• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akses menuju hutan yang tidak terganggu penting bagi program riset FORRU. Program riset harus dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi yang diusulkan bagi percobaan penanaman yang dilakukan FORRU. Hutan yang aman dari gangguan tersebut merupakan perwakilan dari “target” untuk restorasi hutan. Jadi, tugas utamanya adalah merekam dan mengidentifikasi spesies pohon asli yang ada di hutan tersebut serta mengumpulkan data ekologi yang mendasar tentang mereka.

Pohon-pohon yang diberi label di sepanjang jejak yang ada di hutan tersebut biasanya cukup untuk dijadikan dasar studi tentang musim bunga dan buah (fenologi) dan untuk mengobservasi mekanisme yang berpotensi terhadap penyerbukan dan penyebaran benih, serta daya tarik relatif yang dimiliki masing-masing spesies pohon dalam menarik perhatian margasatwa. Jejak fenologi dengan pohon-pohon berlabel juga bermanfaat bagi sumber pendidikan.

Herbarium

Herbarium adalah tempat penyimpanan koleksi spesimen tanaman dan jamur yang diawetkan dan telah diberi label. Referensi spesimen dari semua spesies pohon yang dibuat oleh FORRU (berupa bunga dan buah, serta semaian pada berbagai macam tingkat perkembangan) harus disimpan di herbarium. Memiliki sebuah herbarium kecil di lahan pembibitan atau kantor FORRU sudah cukup, tetapi keadaan yang sesuai (misalnya benar-benar kering dan bebas hama), yang diperlukan untuk mencegah kerusakan spesimen, mungkin sulit untuk didapat, terutama di bawah kondisi lapangan.Oleh karena itu, duplikat spesimen juga harus disimpan di herbarium pusat yang dijaga oleh lembaga botani yang terpercaya. Herbarium unit harus memiliki sebuah mikroskop bedah, alat penekan tanaman, pengering spesimen, pengawet dan buku identifikasi tanaman. Untuk informasi lebih rinci tentang cara membangun sebuah herbarium proyek kecil, silahkan baca buku “The Herbarium Handbook’ yang dipublikasikan oleh Royal Botanic Gardens, Kew, U.K.(www.kewbooks.com)

Pelabelan pohon yang akurat di sepanjang jejak fenologi dapat mengubah alat riset yang penting menjadi sumber pendidikan yang berharga.

Lahan pembibitan dan fasilitas kantor

Lahan pembibitan untuk riset merupakan fasilitas inti bagi sebuah FORRU. Selain sebagai tempat penelitian perkembangbiakan pohon, sebuah lahan pembibitan harus mempunyai kapasitas untuk memproduksi cukup pohon bagi unit lahan percobaan lapangan.

Tempat yang ideal untuk sebuah riset di lahan pembibitan sebuah FORRU adalah di perbatasan hutan target (tempat sumber pengumpulan benih) dan sedekat mungkin dengan lokasi yang direncanakan sebagai tempat uji coba penanaman. Jika tempat uji coba penanaman jauh dari lokasi hutan target, maka sebaiknya lahan pembibitan dibangun dekat dengan hutan target, karena kegiatan monitoring fenologi dan pengumpulan benih lebih sering dilakukan dibandingkan dengan pengangkutan pohon ke lokasi tanam. Di samping itu, hutan target juga menyediakan sumber spora jamur mycorrhizal yang disebar oleh angin, yang penting bagi pertumbuhan spesies pohon hutan asli di lahan pembibitan. Seleksilah sebuah lokasi yang memungkinkan ekspansi untuk masa yang akan datang karena seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan akan lahan bagi semaian akan terus meningkat.

Seiring dengan berjalannya proyek, penting juga untuk membangun komunitas lahan pembibitan tambahan yang berfungsi untuk:

 Uji tehnik perkembangbiakan yang dikembangkan di riset lahan pembibitan yang dilakukan oleh para stakeholder lokal;

 Meningkatkan kapasitas produksi pohon;

 Mengurangi biaya transportasi dan meminimalisir kerusakan pohon saat pengangkutan;

 Mendemonstrasikan bagaimana pohon bisa dikembangkanbiakkan dengan tehnologi yang tidak begitu canggih, yang bisa lebih murah dan bisa dibuat dengan sederhana.

Komunitas lahan pembibitan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam proyek restorasi hutan dan menyediakan fasilitas pendidikan dan sosial yang sangat baik, khususnya bagi partisipasi anak-anak sekolah lokal dan kelompok lingkungan desa.

Lahan pembibitan dengan menggunakan satelit mungkin diperlukan bagi riset pada jenis hutan yang berbeda. Misalnya, riset pertama FORRU-CMU’s berada di

kawasan hutan cemara pada ketinggian 1.000 meter, sebuah tempat yang tidak sesuai jika kita ingin meneliti jenis pohon dataran rendah. Oleh karena itu, lahan pembibitan dataran rendah dibangun untuk mempelajari perkembangbiakan spesies pohon hutan dataran rendah.

Bagaimana seharusnya riset lahan pembibitan dirancang?

Fasilitas mendasar yang yang dibutuhkan untuk penelitian di lahan pembibitan sebuah FORRU adalah sebagai berikut:

 Jalan atau jalur menuju lahan pembibitan sehingga bisa diakses oleh kendaraan.  Areal kerja yang teduh untuk perkembangbiakan pohon, penyebaran benih, dll.  Areal yang teduh untuk bangku-bangku bagi percobaan pengecambahan, yang

terhindar dari hewan pemakan benih.

 Areal yang diberi pagar untuk menghindari dari hewan yang nyasar ke lahan pembibitan dengan naungan yang bisa dipindahkan dimana semaian yang ada dalam pot bisa tumbuh dan nantinya siap untuk ditanam.

 Cadangan air yang memadai.  Sistem irigasi (tidak wajib).

 Tempat tinggal dan toilet untuk karyawan dan pengunjung.

 Tempat aman yang bisa dikunci sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan-bahan yang diperlukan di lahan pembibitan.

 Kotak kering yang dibutuhkan untuk persiapan spesimen herbarium.  Kantor untuk pengelolaan dan penyimpanan data.

 Areal yang dibangun di samping lahan pembibitan untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Kantor tersebut harus ditata dengan baik dan dilengkapi dengan lemari, meja besar, dan komputer. Seiring dengan berkembangnya proyek, kantor tersebut bisa menjadi kantor yang berbasis lahan pembibitan sehingga ketentuan harus dibuat bagi kantor-kantor proyek lainnya yang ada di institusi induk.

Beberapa tempat di lahan pembibitan harus kosong (tidak ditanami bibit) agar bisa mengakomodasi kegiatan pendidikan, termasuk praktek demonstrasi latihan di lahan pembibitan seperti meletakkan semaian di pot dan mecabut semaian. Tempat ini bisa dilengkapi dengan papan tulis putih, poster-poster tentang cara melakukan sesuatu, dan kursi lipat buat para pengunjung. Perhatikan jumlah kelompok maksimum yang bisa ditampung agar tidak membuat lahan pembibitan menjadi terlalu ramai.

Ukuran tempat semaian siap angkut (standing down) yang dibutuhkan akan tergantung dari rancangan dan replika yang dibutuhkan oleh percobaan perkecambahan benih dan eksperimen pertumbuhan semaian, serta jumlah semaian yang dibutuhkan untuk lahan percobaan.

Sebagai aturan praktis, areal yang dibutuhkan untuk sebuah lahan pembibitan pohon tropis bisa diestimasi dengan menambahkan secara bersamaan areal untuk pengembangbiakan, pemindahan semaian, dan pengerasan; dikalikan dengan faktor kontingensi 1,2; ditambah areal yang sama bagi jalan-jalan kecil, tempat tanaman yang dimasukkan dalam pot, penyimpanan, dll. Areal tambahan harus dialokasikan untuk tempat pengajaran dan kantor.