• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riset di lahan pembibitan jenis ini dekat dengan hutan alam, mudah diakses dan memiliki cadangan air yang permanen. Areal yang beratap digunakan untuk eksperimen perkecambahan dan pencabutan hasil perkecambahan. Areal tambahan yang dipagar digunakan untuk melindungi beberapa eksperimen perkecambahan dari hewan pemakan benih. Kantor, gudang (untuk alat dan media) dan toilet dibangun dengan baik dan diletakkan ditengah-tengah, dengan areal kosong di depannya yang bisa digunakan untuk kegiatan pelatihan. Selain itu juga ada areal yang digunakan untuk menurunkan benih dengan naungan yang terbuat dari jaring, yang dipindahakan ke lahan tempat anakan pohon sebelum ditanam. Pagar dibuat untuk menghindari hewan-hewan yang nyasar ke lahan pembibitan. Sebuah tanda di pintu masuk memberi informasi ke masyarakat lokal tentang fungsi lahan pembibitan.

Sebuah rancangan yang dipikirkan secara matang akan bisa meningkatkan efisiensi produksi pohon secara besar-besaran. Pikirkan mengenai berbagai macam kegiatan yang bisa diselenggarakan dan pemindahan tanaman dan material lainnya yang ada di sekitar lahan pembibitan. Misalnya, posisi petak kontainer dekat dengan pintu masuk utama, atau dimana pada akhirnya pohon-pohon akan diangkut ke kendaraan menuju lokasi tanam. Sediakan ruang tambahan di areal pot sebagai tempat penurunan sementara pada saat tanaman dimasukkan ke dalam pot, atau tempat memberikan penyuluhan saat ada lokakarya. Yakinkan bahwa tempat tersebut terlindungi dari sinar matahari langsung dengan membuat naungan dari jaring, baik untuk tanaman maupun untuk manusia. Akhirnya, terlepas dari seberapa akurat perhitungan lahan yang mungkin diperlukan, jika unit tersebut berhasil, tambahan lahan akan tetap dibutuhkan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, pilihlah lahan yang bisa mengakomodasi perluasan unit di masa yang akan datang.

System alur uji coba lapangan (FTPS)

Alur-alur lapangan untuk melakukan uji coba spesies pohon kerangka dan mendemonstrasikan metode spesies kerangka(lihat Bab 4, Bagian 2) harus didirikan pada lahan yang cocok untuk ditanami pohon, dalam areal yang telah rusak, yang sebelumnya mendukung jenis hutan “target”. Penggunaan lahan tersebut harus disetujui oleh semua pemegang kebijakan dan lahan tersebut harus bisa diakses oleh kendaraan.

Alur-alur tersebut harus tidak lebih jauh dari 10 km dari sisa ekosistem hutan target, agar tersedia sumber benih dalam penyebaran berbagai hewan pemakan buah dan untuk menyediakan perlindungan bagi mereka. Pemulihan keanekaragaman hayati bisa berjalan lambat atau terbatas di alur-alur yang jauh dari hutan sisa.

Selain itu, cobalah memposisikan alur di tempat dimana restorasi hutan akan menghasilkan manfaat maksimal bagi integritas ekologi, konservasi keanekaragaman hayati, dan perlindungan lingkungan pada tingkat kawasan. Lokasi-lokasi tersebut meliputi jalan bagi margasatwa untuk mengembalikan fragmentasi hutan; lokasi-lokasi di sekitar mata air dan di sepanjang aliran sungai; dan lokasi-lokasi-lokasi-lokasi yang memiliki resiko erosi dan longsor. Jika hal ini bisa dicapai, maka alur-alur lapangan akan menghasilkan dampak maksimal sebagai demonstrasi metode restorasi hutan, yang tidak hanya menunjukkan pertumbuhan pohon itu sendiri, tapi juga bagaimana tingkat struktur dan fungsi ekosistem sebelumnya bisa direstorasi.

Pengelolaan informasi

Penyeleksian akhir dari spesies pohon kerangka dan rancangan eksperimen restorasi hutan tergantung pada penyimpanan yang efisien, integritas dan analisis dari semua sumber informasi yang beragam yang dihasilkan dari sebuah FORRU (taksonomi, fenologi, lahan pembibitan, eksperimen lapangan, dan pengetahuan adat). Lembaran data asli tentang masing-masing spesies pohon yang diteliti bisa di simpan di lemari arsip yang ada di kantor pembibitan (dengan salinan yang di lembaga induk); tapi pada akhirnya database yang terkomputerisasi akan dibutuhkan. Rancangan database ini, termasuk perangkat keras dan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk itu harus dipertimbangkan secara serius pada awal proyek, dengan berkonsultasi dengan seorang ahli IT yang profesional. Hal ini harus dilakukan karena perubahan data dan sistem manajemen pada saat sebuah proyek sedang berjalan bisa menghasilkan pekerjaan dan biaya yang sia-sia. Beberapa tips mengenai rancangan database dan manajemennya tersedia di Bab 6.

Unit pendidikan

Keberhasilah kegiatan FORRU akan menghasilkan banyak pengetahuan asli yang harus disebarluaskan ke berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah, komunitas kelompok, dan LSM. Permintaan akan kegiatan pendidikan akan banyak datang kepada staf peneliti. Oleh karena itu, penting sekali membuat tim ahli yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan dan program pelatihan-pelatihan. Kegiatan pendidikan dan materi yang beragam harus dirancang sesuai dengan

kebutuhan masing-masing kelompok. Tim pendidikan juga harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang efektif bagi penyebarluasan hasil proyek secara umum, untuk membangun hubungan publik yang baik dan yang berkaitan dengan media berita dan publikasi. Tips untuk merancang dan mengelola sebuah program pendidikan dan strategi komunikasi tersedia di Bab 6, Bagian 3 dan 4.

Publikasi

Secara tradisional para ahli biasanya menyebarluaskan hasil penelitiannya melalui tulisan peer-review di jurnal-jurnal ilmiah. Meskipun tulisan ini penting, tulisan ini sering gagal menjangkau pihak-pihak yang sebenarnya terlibat dalam penerapan restorasi hutan. Oleh karena itu staf FORRU juga harus bisa menghasilkan dan menyebarkan bahan tulisan yang inovatif serta sumber pendidikan yang mudah digunakan (seperti presentasi audio visual, handout, website, dll) yang mudah diakses oleh pihak pemerintah, penduduk desa, anak-anak sekolah, orang-orang yang ikut pelatihan dan para peneliti. Hal ini dijelaskan lebih lanjut di Bab 6, Bagian 3.

Restorasi hutan adalah kegiatan lintas generasi. Orang-orang tua mempunyai pengalaman mengenai kerusakan hutan serta akibatnya dan memiliki kebijaksanaan yang besar untuk melengkapi hasil penelitian. Anak-anak memiliki kesempatan paling besar untuk mendapatkan manfaat dari restorasi hutan dan terbuka dengan ide-ide baru. Materi dan program pendidikan FORRU harus dirancang sebaik mungkin agar bisa melibatkan semua generasi.

BAGIAN 4- PENDANAAN