• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORPORATE RISk MANAgEMENT

Dalam dokumen Annual Report 2010 for web (Halaman 88-91)

b. dEwAN kOMISARIS

KEBIJAKAN PENETAPAN REMUNERASI

F. CORPORATE RISk MANAgEMENT

173

172

L APO R AN T AH U N AN | AN N U AL R EPO R T PER T AMI N A 2 0 1 0 4. Ruang lingkup

Lingkup penugasan Audit Intern meliputi berbagai kegiatan audit atau assurance guna memberikan keyakinan yang memadai kepada manajemen terkait proses bisnis, pengelolaan risiko, dan pengendaliannya dirancang dan ditetapkan oleh Direksi.

5. Wewenang

Audit Intern diberi wewenang, yaitu: akses tak terbatas atas seluruh fungsi, catatan, aset, kegiatan dan pekerja perusahaan, melakukan alokasi sumberdaya, menetapkan frekuensi pemeriksaan, memilih obyek pemeriksaan, menetapkan ruang lingkup audit yang diperlukan, serta menerapkan teknik-teknik audit yang sesuaiuntuk mencapai tujuan audit.

IV. AKUNTAN PUBLIK

Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudireja, Wibisana & Rekan (member irm Pricewaterhouse Coopers) ditunjuk sebagai Akuntan Publik Laporan Keuangan Pertamina Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Penunjukan Kantor Akuntan Publik ini dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris atas hasil rekomendasi dari Komite Audit.

4. Scope

Scope of duties of Internal Audit covers all audit activities or assurance in order to give suficient conidence to the management regarding business process, risk management, with the control is designed and determined by the Board of Directors.

5. Authority

Internal Audit is authorized for: unlimited access to all functions, records, assets, company activities and employees, allocating resources, determining the frequency of inspections, selecting object of inspection, determining scope of required audit, as well as applying appropriate audit techniques in order to achieve the purpose of audit.

IV. PUBLIC ACCOUNTANT

Tanudireja, Wibisana & Associate Public Accountant Firm (member irm Pricewaterhouse Coopers) was appointed as Public Accountant for Pertamina Financial Reports Fiscal Year ended 31 December 2010. The Public Accountant Ofice was appointed by Board of Directors and Board of Commissioners based on recommendation from Audit Committee.

Aktivitas penting SPI selama tahun 2010 diantaranya :

• Audit telah dilaksanakan terhadap 177 aktivitas perusahaan dengan temuan dan rekomendasi sejumlah 1.050 item dan telah ditindaklanjuti oleh auditee sebanyak 764 item.

• Melaksanakan layanan jasa konsultansi kepada manajemen sebanyak 37 kali.

• Berinisiatif atas terbangunnya internal control framework Pertamina, yang merupakan embrio system pengendalian manajemen komperehensif di lingkungan Pertamina.

• Berkoordinasi dengan eksternal auditor (BPK-RI, BPKP, Kantor AkuntanPublik) di dalam pelaksanaan audit eksternal di Pertamina.

• Secara terus menerus memelihara kompetensi auditornya melalui program sertiikasi profesi internal auditor dan pendidikan pelatihan yang berkelanjutan.

III. PIAGAM AUDIT INTERNAL

Piagam Audit Internal merupakan bentuk dukungan nyata dan komitmen manajemen puncak Pertamina, termasuk Dewan Komisaris dalam hal ini adalah Komite Audit, serta adanya penerimaan(acceptance) dari fungsi lain sebagai Auditee. Piagam audit internal secara ringkas berisi: 1. Misi Audit Internal, yaitu menyediakan informasi

sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dengan melakukan pengawasan, pengujian dan evaluasi yang independen atas seluruh kegiatan yang berlangsung pada perusahaan, pengelolaan risiko dan good corporate governance, serta memberikan konsultasi dan rekomendasi untuk memberikan nilai tambah melalui peningkatan efektivitas pengendalian.

2. Norma atau standar, yaitu pelaksanaan tugas Internal Audit berpedoman pada:

a. Norma atau standar Umum Internal Audit. b. Norma atau standar Pelaksanaan Internal Audit. c. Norma ataustandarPelaporan Internal Audit. 3. Independensi

Untuk menjaga independensinya, Internal Auditor bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Pengawasan Intern, sedangkan secara fungsional Kepala Satuan Pengawasan Intern bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama, dan secara berkala memberikan laporan kepada Komite Audit.

Signiicant activities of SPI in 2010 include:

• Audit has been conducted on 177 corporate activities with inding and recommendation of 1,050 items and 764 items have been followed up by the auditee.

• Conducted 37 sessions of consultancy services for the management

• Initiative to build Pertamina internal control framework, which became an embryo for comprehensive management control system within Pertamina.

• Coordinated with external auditor (BPK-RI, BPKP, Public Accountant Ofice) for external audit assignment at Pertamina.

• Continuously maintain the competency of its auditors through internal auditor profession certiication program and continuous education and training.

III. INTERNAL AUDIT CHARTER

Internal Audit Charter is a form of real support and commitment from top management of Pertamina, including Board of Commissioners particularly Audit Committee, and acceptance from other functions as Auditee. Internal audit charter briely contains:

1. Internal Audit Mission, provides information for management considerations by conducting independent supervision, examination and evaluation towards all activities within the company, risk management and good corporate governance, as well as provides consultation and recommendation to give added value through effectiveness improvement of control.

2. Norms or standard, are the implementation of Internal Audit tasks with orientation to:

a. General Norm or Standard of Internal Audit. b. Field Work Norms or Standard of Internal Audit. c. Reporting Norms or Standard of Internal Audit. 3. Independence

To maintain its independence, Internal Auditor is responsible to the Head of Internal Audit Division, while according to its function the Head of Internal Audit Division is responsible to President Director, and periodically reports to Audit Committee.

g. PENgElOlAAN RISIkO

PERUSAhAAN

Dalam rangka pencapaian visi Pertamina sebagai World Class

Company, terdapat berbagai risiko yang melekat pada seluruh

aktivitas bisnis Pertamina. Pertamina membutuhkan suatu pengelolaan risiko perusahaan yang efektif dan komprehensif sesuai dengan kebutuhan sistem tata kelola perusahaan yang sehat (Good Corporate Governance).

Pada tahun 2010, Pertamina telah mengeluarkan kebijakan Manajemen Risiko yang dikelola oleh Komite Manajemen Risiko yang terdiri dari Dewan Direksi. Untuk mendukung kebijakan tersebut, terdapat Unit Kerja dan Satuan Kerja untuk bersama-sama mengindentiikasi, menilai, memetakan, dan memitigasi risiko. Unit Kerja berfungsi memberikan rekomendasi atas risiko bisnis secara korporat, sedangkan Satuan Kerja berfungsi memberikan rekomendasi atas risiko bisnis di tiap Direktorat.

F. CORPORATE RISk

MANAgEMENT

Pertamina’s effort in achieving its vision to become a World Class Company, there are various risks attached to all Pertamina’s business activities. Pertamina needs an effective and comprehensive corporate risk management according to Good Corporate Governance system requirements.

In 2010, Pertamina has issued Risk Management policy managed by Risk Management Committee with membership from the Board of Directors. In order to support the policy, Working Unit and Division Unit work together to identify, assess, map out, and mitigate the risks. The Working Unit has the function to give recommendations on corporate business risks, while Working Division has the function to give recommendation on business risks at each Directorate.

w w w .p e rt a mi n a .co m

175

174

L APO R AN T AH U N AN | AN N U AL R EPO R T PER T AMI N A 2 0 1 0

Jika risiko ini terjadi, maka besaran alpha yang ditetapkan oleh Pemerintah tidak dapat menutupi biaya operasi. Dalam menghadapi risiko tersebut, perusahaan melakukan eisiensi biaya operasi, meningkatkan kehandalan kilang, menjalankan strategi yang tepat dalam pengadaan mata uang asing maupun pengadaan minyak. Selain itu, Pertamina berkoordinasi dengan BP Hilir dalam penentuan penerima PSO, serta bernegosiasi dengan pemerintah untuk mendapatkan kompensasi alpha yang memadai.

e. Risiko Investasi dalam Proyek Migas

Pertamina melakukan investasi blok migas untuk meningkatkan cadangan baik di dalam dan di luar negeri dalam upaya pencapaian target yang telah ditetapkan. Untuk itu, Pertamina menghadapi risiko kemungkinan nilai cadangan minyak yang terkandung tidak sebanding dengan biaya investasi yang dikeluarkan. Untuk memitigasi risiko tersebut, perusahaan melakukan feasibility study yang komprehensif terhadap setiap rencana investasi dan melakukan kerja sama untuk investasi yang bernilai besar dan berisiko tinggi.

f. Risiko Kelangkaan Minyak Mentah dan Produk Minyak

Pertamina terpapar risiko kelangkaan pasokan minyak mentah dan produk minyak karena sebagian produk tersebut masih diimpor. Untuk memitigasi risiko, Pertamina meningkatkan sarana distribusi berupa pembangunan dan peremajaan pipa minyak dan gas, serta penambahan jumlah kapal tanker untuk memperlancar distribusi. Selain itu juga dilakukan peningkatan produksi minyak mentah untuk mengurangi ketergantungan impor. g. Risiko dalam Menjalankan Kerja Sama dengan

Pihak Ketiga

Pertamina memiliki kendala dalam hal biaya, penyediaan teknologi, dan sumber daya manusia sehingga dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga melalui berbagai pola kerja sama seperti

joint venture, JOB, KKS, KPS, dan lainnya. Dengan

kondisi tersebut, Pertamina menghadapi risiko wanprestasi pihak ketiga. Untuk memitigasi risiko tersebut, Pertamina memilih mitra secara selektif, menyusun kontrak yang tidak merugikan kedua pihak, serta menempatkan wakil perusahaan yang kompeten dalam kerja sama tersebut.

To address the risks, the company would use operating costs eficiently, improve the reliability of reineries, implement appropriate strategies in foreign exchange and oil procurement. Pertamina also coordinates with the downstream oil and gas regulator BP Hilir in appointing PSO recipients, as well as negotiate with the government to receive adequate alpha compensation.

e. Oil and Gas Project Investments Risk

Pertamina has made investments in domestic and overseas oil and gas blocks to boost its reserves to achieve the company’s target. In these efforts, Pertamina faces risks of the possibility that oil and gas reserves may not compensate the investment spending. To mitigate the risks, the company conducts comprehensive feasibility study on every investment plan and collaborates with other parties for high valued and high-risk investment.

f. Crude and Oil Product Shortages Risk

Pertamina is exposed to risk of crude and oil products supply shortages as some of the products are still imported. To mitigate the risks, Pertamina improves its distribution facilities by developing and revitalizing oil and gas pipelines, as well as increasing the number of tanker vessels for better distribution. The company also increases the production of crude oil to reduce its dependence on imports.

g. Third Party Risk

Pertamina collaborates with third parties through several cooperation schemes such as joint venture, JOB, KKS, KPS and others due to obstacles in inancing, technology, and human resources. Under the circumstances, Pertamina may face a risk of third party default. To mitigate the risk, Pertamina carefully selects its partners, formulates contracts that beneit both parties, as well as appoints competent company representative in the cooperation.

Pertamina memiliki beberapa jenis risiko, antara lain: 1. Risiko Strategis

Beberapa kejadian risiko (risk event) yang berkaitan dengan Risiko Strategis antara lain:

a. Risiko Perubahan Situasi Ekonomi, Sosial, dan Politik

Sebagai perusahaan BUMN, Pertamina sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi sosial dan politik yang berdampak terhadap kegiatan dan kinerja keuangan Perusahaan. Untuk memitigasi risiko tersebut, Pertamina menyusun strategi jangka pendek dan jangka panjang dengan memperhitungkan dan mengantisipasi perubahan kondisi eksternal yang berpotensi merugikan perusahaan.

b. Risiko Terkait dengan Regulasi Pemerintah Kegiatan usaha dan kinerja keuangan Pertamina dipengaruhi oleh perubahan kebijakan dan regulasi Pemerintah Pusat dan Daerah, sehingga berpotensi terhadap perpanjangan kontrak produksi atau konsesi. Risiko tersebut dimitigasi dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BP Migas. Salah satunya dalam mengelola Wilayah Pengelolaan Pertambangan yang mengacu pada prinsip GCG. c. Risiko Tidak Dapat Digantikannya Cadangan

Migas

Migas adalah sumber daya alam yang tidak dapat terbarukan (non-renewable resources). Untuk mengantisipasi penurunan cadangan migas, Pertamina melakukan mitigasi risiko dengan mencari cadangan baru, mengakuisisi blok di dalam dan luar negeri, mengembangkan energi alternatif seperti panas bumi dan coal bed methane, serta mengembangkan produk bahan bakar yang berasal dari bahan nabati seperti Biopertamax dan Biosolar.

d. Risiko dalam Menjalankan Kegiatan Public Service Obligation (PSO)

Pertamina berkewajiban menyalurkan BBM bersubsidi ke seluruh wilayah Indonesia dengan satuan harga MOPS + alpha. Beberapa risiko yang berpotensi terjadi adalah luktuasi nilai mata tukar dan harga minyak yang signiikan serta pembatasan jumlah subsidi (over quota).

Pertamina has several kinds of risks, including: 1. Strategic Risk

Risk events related to Strategic Risks are as follows:

a. Changes in Economic, Social and Political Situations Risk

As an SOE, Pertamina is very vulnerable to changes in economic, social and political conditions that would have impact on the Company’s activities and inancial performance. To mitigate such risks, Pertamina has formulated short-term and long-term strategies by calculating and anticipating external conditions, which potentially may cause damage to the company.

b. Government Regulation Risk

Pertamina’s business activities and inancial performance are subject to changes in policies and regulations of Central and Regional Governments, as well as the Upstream Oil and Gas Regulator BP Migas. One of the efforts is in managing Mining Working Area in accordance with GCG principles.

c. Non-renewable Oil and Gas Reserves Risk

Oil and gas are non-renewable natural resources. Pertamina conducts risk mitigation to anticipate depleting oil and gas reserves by exploring new reserves, acquiring domestic and overseas blocks, developing alternative energy sources such as geothermal and coal bed methane as well as bio-fuel products such as Biopertamax and Biosolar.

d. Public Service Obligation (PSO) Activities Risk

Pertamina is obliged to distribute subsidized fuel to all regions in Indonesia with MOPS + alpha pricing formula. The risks that may potentially arise are signiicant luctuation of currency and oil price, as well as exceeding subsidy limit (over quota). If such risks occur, the alpha number determined by the Government cannot cover the operating costs.

w w w .p e rt a mi n a .co m

177

176

L APO R AN T AH U N AN | AN N U AL R EPO R T PER T AMI N A 2 0 1 0

Selain itu, Pertamina berusaha mendapatkan tingkat suku bunga pinjaman yang kompetitif, memelihara hubungan yang baik dan mempunyai akses yang kuat dengan bank dan lembaga keuangan di dalam dan luar negeri, serta menambahkan armada kapal milik guna mengurangi ketergantungan kapal sewa.

b. Risiko Kredit

Merupakan risiko tidak tertagihnya piutang usaha. Pertamina melakukan penjualan non tunai/ penjualan kredit guna meningkatkan penjualan dan menjaga persaingan bisnis perusahaan dengan kompetitornya. Akibat transaksi tersebut, Pertamina berpotensi mengalami keterlambatan atau gagal bayar dari pelanggan. Sistem scoring dan rating digunakan untuk memitigasi risiko terhadap potensi tersebut, dengan mempertimbangkan berbagai risiko seperti gagal bayar (default risk), risiko mitra kerja (counterpart risk), dan risiko kelembagaan pemerintah (sovereign risk). Selain itu, Pertamina mengevaluasi alokasi kredit dan jaminannya.

c. Risiko Likuiditas

Merupakan risiko yang timbul karena kondisi cash

shortage atau ketidaksesuaian komposisi mata

uang yang dimiliki dengan komposisi kewajiban dalam mata uang (mismatch currency). Risiko likuiditas ini merupakan secondary risk karena dipicu oleh risiko lainnya, seperti risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional. Langkah mitigasi risiko Pertamina antara lain dengan menetapkan tingkat cash reserve minimum mata uang yang diperlukan, membuat proyeksi cash low untuk memonitor rencana penerimaan dan pengeluaran beserta realisasinya, melakukan strategi pendanaan, percepatan kolektibilitas piutang, serta cost eficiency.

d. Risiko Terjadinya Penurunan Aktivitas Perekonomian Dunia

Perubahan kondisi perekonomian global dapat memberikan pengaruh terhadap kegiatan usaha Pertamina, baik pada pendapatan usaha maupun target laba yang ditetapkan. Untuk memitigasi risiko tersebut, Pertamina melakukan analisa potensi pasar primer dan sekunder, serta strategi pemasaran untuk merespon perubahan kondisi makro ekonomi.

Pertamina also tried to get competitive lending rates, maintain good relationship and strong access to local and foreign banks and inancial institutions, as well as increase the number of its leet to reduce dependence on rental vessels.

b. Credit Risk

A risk that is due to the failure of collecting the company’s receivables. Pertamina conducted non-cash/credit sales to increase sales and maintain its business competitiveness against its competitors. Such transactions may potentially cause Pertamina to incur losses from the customers’ late payments or default. The company applied scoring and rating system to mitigate the risk by considering various risks such as default risk, counterpart risk, and sovereign risk. Pertamina also evaluated credit allocation and its collateral.

c. Liquidity Risk

A risk that arises due to cash shortage or asset and liability mismatch composition of currency (mismatch currency). The liquidity risk is a secondary risk that is induced by other risks, such as market risk, credit risk, and operational risk. Pertamina’s risk mitigation efforts include determining minimum rate of cash reserves of required currency, preparing cash low projection to monitor revenues and spending budget and their realization, employing funding strategy, receivables collection acceleration, as well as cost eficiency.

d. Global Economic Slowdown Risk

The change in global economic condition may affect Pertamina’s business activities including operating revenues as well as proit targets. To mitigate the risk, Pertamina conducted primary and secondary market potential analysis, as well as marketing strategy to respond to the macroeconomic condition.

h. Risiko Terkait dengan Aksi Terorisme

Meningkatnya aktivitas terorisme pada beberapa wilayah di Indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, telah meningkatkan potensi ancaman terorisme yang dapat menimbulkan kerugian material. Untuk menghadapi risiko tersebut, Perusahaan memiliki sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan serta mengasuransikan aset perusahaan.

i. Risiko Bencana Alam

Bencana alam berdampak pada kerusakan aset-aset perusahaan, korban jiwa, hingga terhentinya kegiatan operasional. Sebagai upaya mitigasi risiko tersebut, Pertamina memiliki Disaster Recovery Plan dan Disaster Recovery Center. Pekerja diberikan simulasi kondisi darurat secara berkala dan dibentuk tim penanggulangan keadaan darurat. Pertamina juga mendirikan Pusat Komando Pengendalian di unit operasi yang terhubung dengan crisis center di Kantor Pusat serta mengasuransikan aset perusahaan. j. Risiko Gugatan Hukum

Pertamina selalu menaati hukum serta peraturan yang berlaku pada setiap wilayah maupun negara di mana kegiatan operasi dijalankan. Pertamina juga menghadapi risiko gugatan hukum dari berbagai pihak, baik dari regulator, mitra kerja, pekerja, hingga masyarakat. Sebagai mitigasi risiko tersebut, Pertamina selalu menerapkan prinsip GCG, membentuk Fungsi Hukum dan Litigasi, serta memiliki asuransi liability untuk menjamin berbagai risiko gugatan hukum. 2. Risiko Finansial

Beberapa kejadian risiko (risk event) yang berkaitan dengan Risiko Finansial antara lain:

a. Risiko Pasar

Merupakan risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan atau luktuasi variabel-variabel pasar seperti perubahan kurs valuta asing, harga komoditas, tingkat suku bunga, sewa kapal, dan luktuasi harga minyak. Untuk mengantisipasi risiko tersebut, Pertamina telah melakukan analisis risiko pasar, natural hedging, berkoordinasi dengan BI untuk pengadaan valas, berkoordinasi dengan Anak Perusahaan untuk pengadaan crude dan produk.

h. Terrorism Risk

The increasing number of terrorism acts in several regions in Indonesia during the past several years, has increased the potential terrorist threats that could cause material losses. To address the risk, the Company has Corporate Security Management and insures the company’s assets.

i. Natural Disaster Risk

Natural Disaster has impacts on the damage to the company’s assets, loss of lives, up to operational activities halt. To mitigate the risk, Pertamina has Disaster Recovery Plan and Disaster Recovery Center. Workers are trained with periodical emergency condition simulations and an emergency mitigation team has been formed. Pertamina also established a Control Command Center at each operational unit which is connected with crisis center at the company’s Head Ofice as well as insures the company’s assets. j. Lawsuit Risk

Pertamina always complies with the laws and regulations applied in every region and country where the company operates. Pertamina also faces the lawsuit risk from various parties including regulator, business partners, workers, and the general public. To mitigate the risk Pertamina continues to implement GCG principles, establish a Legal and Litigation Function, as well as have a liability insurance to guarantee any lawsuit risks.

2. Financial Risk

Risk events related with Financial Risk are as follows:

a. Market Risk

A potential loss risk due to luctuated market variables such as changes in foreign exchange, commodity prices, interest rates, vessel rental charges, and oil price luctuation. To anticipate the risk, Pertamina conducted analysis of market risk, natural hedging, coordinated with BI for foreign exchange supply and with subsidiaries for crude and products procurement.

w w w

Dalam dokumen Annual Report 2010 for web (Halaman 88-91)