• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri memaknai diri (self)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.3.1 Pikiran atau Mind

4.3.1.1 Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri memaknai diri (self)

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di lapangan,Cosplay

adalah adalah hobi yang bisa menyalurkan seni, bakat, dan ekspresi dan seni akting mereka juga diasah untuk memainkan peran karakter yang mereka kenakan. Bahkan, seni cosplay saat ini juga sudah semakin berkembang, banyak diselenggarakan lomba kabaret, yang melatih akting di panggung bersama cosplayer lain, seperti CLASLH, berbagai lomba yang diadakan pada event bernuansa Jepang, dan yang juara bisa

memperoleh hadiah serta penghargaan. Membuat sebuah kostum Cosplay. Prosesnya ribet, mereka harus mencari, memilih kain yang cocok, bahan bagus yang gak panas, dll. Setelah itu bawa kain ke penjahit, dengan menunjukkan gambar kostum yang mau mereka buat. Bahkan ada yang menjahit kostum sendiri. Setelah itu menunggu berbulan-bulan hingga kostum jadi. Belum lagi memakai wig yang bagus sepertimerk taobao, mesti rela nunggu PO yang lama juga, karena wig tersebut berasal dari China. Belum lagibootsatau sepatu dan berbagai macam aksesoris lainnya. Bikin sendiri itu butuh waktu dan ketelatenan tingkat dewa supaya hasilnya mirip. Jadi wajar saja banyak cosplayer yang juga merangkap menjadi desainer oleh karenanya para anggota cosplayer menjadi multi-talented.

Dalam hal ini, dari segi pikiran mengenai pandangan diri seorang

Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri, para anggotanya lebih banyak memulai langkah untuk menjadi bagian dari anggota komunitas ini adalah dimulai dari interaksi di media sosial seperti facebook, instagram dan twitter. Tidak terbatas pada hal itu, rasa keingintahuan dan kesukaan dalam menonton dan menggambar anime dan manga Jepang favorit mereka. Lalu, ada rasa yang berkembang dalam diri dan pikiran untuk menghidupkan karakter favorit mereka. Bergabung kedalam Cosplayer

Komunitas Japan Matsuri, merupakan bentuk aktualisasi dan eksistensi diri mereka untuk kemudian dikenal secara massa. Pengetahuan mereka akan makna Cosplayer merupakan sebuah proses pencarian yang

dilakukan dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar. Seperti yang diungkapkan oleh key informan pertama, yakni:“ya pertama sih lihat dari group facebook, disitu kan ada link untuk gabung group whatsapp, dan kebetulan saya juga sudah menjadi colplayer, yaudah kan biar ada banyak teman juga yang satu hobi.”Hal senada pun dilontarkan oleh key informan ketiga, yaitu:“awalnya sih temen share link whatsapp komunitas japan matsuri, terus aku iseng aja gabung, eh ternyata groupnya asik, karena jadi banya temen yang satu hobi gitu, jadikan kalau ada event kita bisacosplay bareng, ya jadi asik gitu deh.”

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi anggota Japan Matsuri pada umumnya menjadi Cosplayer, berdasarkan hasil penelitian,secara umum perilaku Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya dan juga sering menonton kartun atau suka bermain video game.Pernyataan tersebut peneliti pertegas dengan hasil wawancara dari informan pertama :iya karena aku suka nonton anime, apalagi banyak kartun favorit, jadikan aku berkeinginan untuk menjadi karakter dalam film kartu itu, emm akhirnya jadi keterusan deh sekarang menjadi Cosplayer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti melihat, cosplayer pada komunitas japan matsuri adalah cosplayer untuk memenuhi kesukaan dan hobi serta memberika kepuasan kepada diri para cosplayer, dan cosplay bukan hanya merupakan sebagai gaya atau ingin di anggap sebagai anak gaul yang eksis, karena menurut mereka cosplay bukanlah sesuatu kegiatan atau untuk ajang bergaya dan bisa disebut anak gaul

masih banyak hal hal lain yang lebih berguna yang bisa dijdikan ajang untuk gaya maupun eksis serta.

Dengan banyaknya anggota Japan Matsuri yang ikut bergabung dan ikut serta dalam suatu kegiatan yang ada komunitas tersebut, membuat para cosplayer merasa senang dan nyaman untuk terus menjadi anggota Japan Matsuri. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai subjek. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa.

Self atau diri merujuk kepada kepastian dan pengalaman yang memungkinkan manusia menjadi objek bagi dirinya sendiri, kemunculannya bergantung kepada kemampuan individu untuk mengambil peran orang lain dalam lingkungan sosialnya. Melalui proses pengambilan peran ini, individu menginternalisasikan norma-norma kelompoknya mulai dari keluarganya, kelompok sebaya, kelompok masyarakat hingga bangsanya. Seperti yang diungkapkan oleh key informan kedua, yaitu sebagai berikut:“hal besarnya itu udah pasti temen-temen cosplayer lainnya, dan teman-teman komunitas aku, walaupun aku

cosplaynya nggak cocok jadi itu karakter tapi mereka tetap saja have fun

sama aku dan nggak bikin drama-drama nggak penting, hal keduanya itu aku seneng banget jadi karakter-karakter yang aku suka.”Namun berbeda dengan key informan kedua yaitu:“biasanyacompliments dari diri mereka kayak “cocok banget tuh” “lucu deh” atau “keren banget tuh” dan ada

dukungan dari sahabat aku yang mau nemenin aku cosplay ke event segala.”

Para anggota Cosplayer mendedikasikan mereka adalah sebuah karakter manga atau anime favorit mereka yang mereka perankan, ini merupakan hasil dari sebuah interaksi sosial yang mereka bangun baik itu secara internal diri dan secara eksternal atau dari luar seperti teman sebaya, masyarakat hingga bangsa. Budaya luar yang mereka geluti, kemudian di seimbangkan dengan norma-norma yang berlaku agar komunitas ini dapat diterima dengan baik dan dapat bertahan lama eksistensinya.

4.3.1.2 Pemikiran(Thought) memaknai Cosplayerpada Komunitas Japan Matsuri.

Pemikiran ialah proses mencari serta usaha mencapai keputusan yang wajar. Dalam hal ini ketika para anggota Japan Matsuri untuk memutuskan menjadi seorang cosplayer tentu mereka sudah memikirkannya sejak awal, dan sudah menjadi keputusan yang menurutnya sangat wajar sehingga apa yang mereka lakukan merupakan suatu kegiatan yang mungkin tidak akan memberikan dampak negative. Oleh karenanya menjadi seorang cosplayer juga menjadi hobi sekaligus prestasi dalam keputusannya.Yang peneliti lihat dilapangan kegiatan mereka saat mengenakan cosplayer tidaklah sangat penting dan tidak bermanfaat, karena tidak memberikan pemikiran yang baik dalam diri

psikologinya dan melakukan kegiatan yang tidak terlalu penting yaitu hanya untuk bersenang-senang semata.

Untuk di jaman modern ini menjadi seorang cosplayer dan untuk menjadi karakter anime atau superhero sudah mainstream banget. Kalauhanya sekedar mengikuti desain berbagai kostum superhero atau villain, juga sudah banyak yang bikin. Kalo mau yang beda, Entah karena kehabisan ide, atau memang mempunya pemikiran yangout of the box,para cosplayer di Komunitas Japan Matsuri justru berubah jadi karakter yang kocak dan bikin ngakak. Nggak hanya karena idenya yang emang sudah sedikit nyeleneh, tapi juga karena eksekusi hasilnya yang brilian dan memancing tawa dengan gaya make up yang asal-asalan dan costum yang mereka kenakan tidak begitu mirip dengan karakter cosplay yang mereka perankan.

Keikutsertaan para anggota Cosplay Komunitas Japan Matsuri yang melestarikan budaya luar yaitu Negara Jepang, memang dinilai kurang memperhatikan budaya sendiri, namun anggota Cosplay

Komunitas Japan Matsuri menepis perspektif miring itu dengan kegiatan-kegiatan yang positif seperti melakukan bakti sosial, penggalangan dana ke panti asuhan, ke anggota-anggota yang kekurangan dana dan mereka yang memerlukan biaya pengobatan, dengan cara menjual aksesoris atau stiker dan pin dengan logo Japan Matsuri.

4.3.1.3 Significant others memaknai Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri.

George Herbert Mead (1934) Menyebut significant others - orang lain yang sangat penting. ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.

significant others yang peneliti gunakan disini adalah ibu kandung dan kakak kandung informan mahasiswi perokok. Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua . studi klasik tentang hubungan orang tua dan anak yang di lakukan oleh Diana Baumrind, 1972 (dalam Lerner & Hultsch, 1983), merekomendasikan tiga tipe pengasuhan yang di kaitkan dengan aspek aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter dan permisif.

1. Pengasuhan otoritatif adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan, mampu bergaul dengan teman teman sebayanya, pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan rasa harga diri yang tinggi (high self-esteem), memilik moral standar , kemandirian, bertanggung jawab secara sosial 136

2. Pengasuhan otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah perintah orang tua, orang tua

yang otoriter menetapkan batas batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak anak untuk mengemukakan pendapat. Orang tua yang otoriter juga cenderung bersikap sewenang wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran peran atau pandangan pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dn memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak anak yang lain

3. Pengasuhan permisif adalah gaya pengasuhan permisif dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu, pertama pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Pengasuhan permissiveindulgent diasosiasikan dengan kurang nya kemampuan pengenadalian diri anak, karena orang tua yang permissive-indulgent cenderung membiarkan anak melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak anak tidak pernah belajar mengendalikan prilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua kemaunnya dituruti. Kedua pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat 137 tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permissive

indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk dan rasa harga diri yang rendah ( Desmita : 2010)

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terungkap bahwa parasignificant others memandang para Cosplayer khususnya pada Komunitas Japan Matsuri sesuatu hal yang biasa, meskipun pada awalnya mereka tidak menyetujui hal tersebut, karena bagaimanapun manusia tidak akan sama seperti karakrer anime yang ia perankan sangatlah aneh dengan costum serta rambut yang warna-warni pastilah terlihat aneh dikalangan umum, apalagi melihat cowok make-up

pasti akan ada saja yang memandang tidak baik. Akan tetapi mereka mengungkapkan bahwa menurut mereka menjadi seorang Cosplayer tidaklah aneh di luar dan parasignificant others ini tidak mengetahui hal tersebut, lebih baik mereka tahu, karena lebih bisa memantau dan mengawasi perilaku anak atau adik nya dalam hal bergaul.

Aktivitas menjadi seorang Cosplayer khususnya pada Komunitas Japan Matsuri akan menimbulkan persepsi yang berbeda oleh masyarakat, sebagaimana kita tahu jika kita melihat anak remaja yang merokok di depan umum dengan cara dan gaya masing masing mereka berbeda ketika memakai

cosplay, bagi masyarakat yang melihat nya khususnya pada masyarakat yang bukan cosplayer akan menimbulkan pandangan yang buruk, meskipun para

cosplayer itu tidak memberi dampak yang buruk terhadap masyarakat tapi itu sudah semakin banyak penggemarnya yaitu di kota kota besar khususnya kota Bekasi.

Masyarakat memiliki peranan penting dalam membentuk pikiran dan diri. Berdasarkan pengalaman hidupnya, seorang individu akan menetapkan konsep dirinya berdasarkan berbagai faktor. Salah satunya dari faktor eksternal yaitu masyarakat. Seseorang dalam memandang dirinya juga tidak hanya dipengaruhi oleh pandangan dirinya terhadap diri sendiri, namun juga dipengaruhi oleh reaksi dan respon dari orang lain melalui interaksi yang berkesinambungan penilaian dilakukan seseorang berdasarkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Adanya reaksi dan respon dari orang lain akan semakin memperkaya pengetahuan seseorang dalam menjalani peran didalam sebuah prantara sosial yang penuh dengan interaksi.

Menjadi seorang cosplayer merupakan pilihan yang secara sadar maupun tidak sadar, merupakan pilihan yang terarah dan pembentukkan konsep diri oleh significant others, sayangya. Ada beberapa dari significant others dalam penelitian ini masih belum memahami cosplay sebagai sebuah tindakan yang berkelanjutan . seperti yang dituturkan oleh informan keempat berikut: “kaka nggak ngerti, emang cosplay apaan yhh, kaka aja baru dengar dari kamu sekarang. kaka nggak ngerti yang kaya gituan.” Hal senadapun dikatakan oleh informan kelima dan juga belum mengetahui makna cosplay:

“emm.. cosplay itu apa yah dek, aku nggak tau, malah aku baru dengar dari

adek aja sekarang.”

Para anggota Cosplay Komunitas Japan Matsuri bergabung menjadi bagian dari sebuah keluarga hal itu datang bukan hanya motivasi dalam diri melainkan pendukung-pendukung lain yang bersifat luar diri yang membuat

mereka yang bertujuan untuk menghidupkan karakter anime atau manga favorit mereka dan juga untuk melestarikan budaya Jepang didalam Negara Indonesia.

Masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial begitupun Komunitas Japan Matsuri, dimana anggota-anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-simbol yang digunakan ditengah masyarakat tersebut. Mereka membangun simbol agar dapat dipahami anggotanya. Simbol tersebut biasanya hanya dipahami oleh komponen yang tergabung didalamnya.

Pembentukan simbol-simbol, sifat dan karakter individu dalam mayarakat yang paling dini pada umumnya, dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat lainnya disekitar, termasuk kerabat mereka. Itulah yang disebut dengan Significant Other, selain itu konsep diri juga dipengaruhi oleh suatu kelompok yang disebut denganRefrence Group.