• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Pengertian Konsep Diri

2.3.1.1 Pikiran (Mind)

Pikiran, yang didefinisikan oleh Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran.

Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang di sebut pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis nlain seperti konsep ingatandalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah.21

Bentuk ini membawa pada suatu tindakan dan respon yang dipahami oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-simbol itulah maka akan 21

terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari pengalaman isyarat makna yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai bentuk hasil interaksi dengan orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki makna, maka stimulus dan respons memiliki kesamaan untuk semua partisipan.22Makna itu dilahirkan dari proses sosial dan hasil dari proses interaksi dengan dirinya sendiri.

a. Pemikiran George Ritzer

Pemikiran adalah konsepsi, pengertian yang terdapat didalam pikiran itulah yang dimaksud dengan konsepsi.

Metatheori menurut George Ritzer,

Metateorisasiadalah sebuah praktik yang sudah umum di bidang sosiologi.Sementara teoritisasi sosiologi berupa memahami dunia social,methateorisasidi dalam sosiologi berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi. Meneorisasikan praktik teorisasi juga terjadi dibidang akademik lain, namun hal ini khususnya sudah lazim didalam sosiologi.

Awalan’Meta’mengandung artisetelah,mendekati, danmelewati, yang sering digunakan untuk mendeskripsikan studi tingkat ke dua (McMullin,1970). Misalnya ‘S’ merupakan sebuah subjek studi.Studi ‘S’ merupakan studi tingkat pertama, S1; dan studi S1 merupakan studi tingkat kedua, S2.Maka, studi tingkat kedua ataumetastudiadalah studi terhadap studi, yang mengatasi sekaligus melebihi studi tingkat pertama. 22

Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), 223

Refleksivitasmetastudi mencakup pemantauan terus-menerus oleh para praktisi terhadap studi tingkat pertama lewat telaah-diri ( Self-examination)dan pengarahan-diri (self-Direction).Telaah-diri membutuhkan (1) Penilaian empiris terhadap pencapaian(Produk)studi tingkat pertama dan (2) Evaluasi kritis terhadap ketetapan maksud studi(tujuan)sekaligus keefektipan sarana studi (Proses). Jadimetastudiadalah upaya normative yang bertujuan memaknai dan memberikan arah pada studi-studi tingkat pertama.metasosiologiadalah salah satu subtypemetastudi,yang terfokus pada aktifitas-aktifitas penelitian dibidang sosiologi.

Autobiografi Sebagai Alat Metatheoritis

Karya biografi dan auto biografi berguna membantu kita dalam memahami karya teoritis sosiologi pada umunya. Thomas hankin, sejarah ilmu menjelaskan sebagai berikut:

Biografi lengkap seorang ilmuan, yang tak hanya meliputi kepribadian saja, tetapi juga mengenai karya ilmiah dan konteks

sosial dan intelektual di zamannya…masih tetap menjadi cara

yang terbaik untuk menemukan masalah yangmengelilingi tulisan tentang sejarah ilmu. ilmu di ciptakan oleh individu, tetapi banyak di antara karya ilmiah itu yang di dorong oleh kekuatan dari luar, yang berpengaruh melalui ilmuan itu sendiri. Biografi adalah lensa kesustraan, dengan lensa ini kita dapat melihat proses penciptaan ilmu dengan cara yang terbaik. (Hankins, 1979;14)

Apa yang di tegaskan oleh Hankins mengenai ilmu pada umunya menjelaskan orientasi saya atas biografi teoritis sosiologi, termasuk diri saya sendiri, guntingan auto biografi ini di rencanakan untuk memberikan kesan bahwa biografi dapat di manfaatkan sebagai alat untuk analisis metateoritis.

Peran seorang tokoh dalam kancah pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat berarti.Ini menandai bahwa keilmuan secara dinamis berkembang melalui hasil “ijtihad” para tokoh. Mereka meluangkan waktu untuk berfikir dan mengartikulasikan gagasan gagasannya untuk kemudian disosialisasikan. Niatan utama mereka adalah proses kesinambungan pola pikir dan membentengi matinya pengetahuan. Salah satu tokoh kaliber dunia yang mengkampanyekan bahaya globalisasi terhadap dunia pendidikan lewat teori “Mc Donaldisasi pendidikan tinggi” adalah George Ritzer.Ia dikenang sebagai pencetus teori McDonaldisasi, sebagai kritik atas kelemahan sistem global dalam mempengaruhi pola pikir kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Sebagai figur yang banyak mengkaji studi sosiologi dan makroekonomi, ia juga concernterhadap pendidikan. Siapa semestinya dia dan bagaimana pemikirannya tentang pendidikan? MetatheorizingDalam Sosiologi

Tak hanya sosiologi yang melahirkan meta-analisi dalam arti membuat studi refleksidalam sosiologi. Pakar lain yang melakukannya antara lain filsuf (Radnitzky, 1973),psikologi (Gerven, 1973,1986;

Schmidt, et.al,1984), ilmuan politik (Connolly, 1986) dan sejarawan (white, 1973).

Diluar fakta bahwa meta-analis ditemukan juga dibidang ilmu lain, berbagai jenis sosiolog, tak hanya pakar metateori saja, juga melakukan analisis serupa (zhao, 1991). Kita dapat mengelompokan berbagai tipe meta-analisis dalam sosiologi dibawah judulMetasosiologiyang dapat didefinisikan sebagaiStudi Refleksi tantang Struktur yang melandasi sosiologi pada umumnya dan struktur yang melandasi pada

umumnya-subtantif area (misalnya, tinjauan umum hall 1983 tentang pekerjaan), konsep-konsep (analisi konsep “Struktur” dari rebinstein 1986), metode (metametode, contohnya upaya Brewer dan Hunter 1989), data (meta-data-analisi; contoh nya fredlich,1984; Hunter, Schimidt, dan Jakson, 1982; polit dan Pablo, 1987; Wolf, 1986), dan teori-teori. Metateori inilah yang menjadikan sasaran ritzer atau sosiolog .23

b. Pikiran

Pikiran, yang didefinisikan oleh Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk 23

Ritzer, George - Douglas J.Goodman,Teori Sosiologi Modern cetakan ke-6.2010 ,Jakarta : Kencana Prenada media group.

memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran.

c. Simbol(Symbol)

Secara etimologi, pengertian simbol berasal berasal dari istilah bahasa Yunani yakniSymboiondariSyimballoyang berari menarik kesimpulan berarti kesan. Secara terminologi, pengertian symbol

adalah sarana atau media untu membuat dan juga menyampaikan pesan, menyusun sistem epistemologi dan menyangkut soal keyakinan yang dianut (Sujono S, 2001: 187). Pengertian simbol tidak lepas dari ingatan manusia secara tidak langsung bahwa manusia pasti akan mengetahui apa yang disebut dengan simbol. Tidak hanya itu, biasanya simbol didefinisikan sebagai suatu lambang yang digunakan sebagai pengirim pesan atau keyakinan yang telah dianutnya dan juga mempunyai makna tertentu.

Arti simbol sering terbatas pada tanda yang konvensionalnya, yakni sesuatu yang dibangun oleh masyarakat ataupun individu yang memiliki arti tertentu yang disepakati bersama atau anggota masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia juga biasa membicarakan mengenai simbol. Begitu juga kepada kehidupan manusia yang tidak mungkin tidak berurusan dengan suatu hasil kebudayaan. Namun, setiap harinya orang dapat melihat, mempergunakan dan bahkan

setiap orang kadang kala merusak kebudayaan tersebut. Padahal, kebudayaan sebagai hasil ciptaan manusia selaku anggota masyarakat yang bersumber dari masyarakat dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat, jadi masyarakat memiliki peran besar sebagai tempat dan mendukung hadirnya suatu kebudayaan tersebut.24

Simbol juga dapat diartikan sebagai berikut.

Simbol adalah tanda yang terlihat untuk menggantikan gagasan ataupun objek.

Sombol adalah kata, tanda ataupun isyarat dalam mewakili sesuatu misalnya arti, kualitas, objek, abstraksi, dan gagasan.

Simbol adalah arti dari kesepakatan bersama

Simbol biasa diartikan secara terbatas sebagai tanda yang konvensional, sesuatu yang dibangun oleh masyarakat ataupun individu dengan arti tertentu yang kurang lebih standar dan disepakati ataupun digunakan anggota masyarakat tersendiri.

Dalam fakta sejarah pemikiran, istilah simbol mempunyai dua arti yang beragam dalam pemikiran terlebih menyangkut soal keagamaan.Arti simbol dalam praktek keagamaan dianggap sebagai gambaran yang dapat dilihat dari kenyataan tidak jelas dengan sistem pemikiran logis dan juga ilmiah (Loren Bagus, 2005: 1007).

24

Menurut Herbert Blummer (1962) seorang tokoh modern dari teori interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa pengertian simbol menurut Blummer dalam istilah interaksionisme simbolik yang mengartikan bahwa simbol merupakan sifat khas manusia untuk berinteraksi melalui simbol.

Fungsi Simbol:

Manusia sebagai makhluk yang dalam perjalanannya telah mengenal simbol, menggunakan simbol demi tujuan mengungkapkan siapa dirinya. Manusia sebagai bagian anggota dalam masyarakat, sering kali menggunakan simbol dalam memahami bentuk suatu interaksinya. Olehnya itu, simbol memiliki fungsi atau peran penting dalam bentuk komunikasi antar manusia (Faridatul Wasimah. 2012: 26). Adapun fungsi simbol tersebut adalah sebagai berikut..

1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material dan juga sosial dengan membolehkan mereka untuk memberi nama, kategori, dan dalam mengingat berbagai objek yang mereka temui di manapun dan kapanpun.

2. Simbol berfungsi menyempurnakan manusia dalam memahami suatu lingkungannya.

3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berpikir. Arti berpikir dianggap sebagai interaksi simboli dengan diri sendiri.

4. Simbol meningkatkan kemampuan manusia dalam memecahkan suatu persoalan. Sedangkan manusia dapat berpikir, dengan memfungsikan simbol-simbol sebelum melakukan suatu bentuk pilihan dalam melakukan sesuatu.25

d. Bahasa

Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli dan Secara Umum

Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣ ā) adalah kemampuan yang

dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Atau alat untuk beriteraksi dan berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri

25

berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Berikut pengertian Bahasa menurut para ahli:

Mackey (1986:12)Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) Bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.

e. perilaku

pengertian perilaku adalah salah satu ciri manusia adalah berperilaku namun tidak mudah untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan perilaku. Menurut Azwar (1995) psikologi memandang perilaku manusia (Human behavior) sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Menurut Walgito, (2005) perilaku atau aktivitas-aktivitas disini adalah dalam pengertian yang luas. Yaitu meliputi perilaku yang Nampak (over behavior) dan juga perilaku yang tidak nampak (inert behavior).

Menurut Walgito (2010), perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Dalam hal ini ada beberapa teori perilaku, yang dapat dikemukakan:

1. Teori insting

Perilaku disebabkan karena insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

2. Teori dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan ataudrivetertentu. dorongan ini berkait-kaitan dengan kebutuhan –kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.

f. Significant Symbol

Symbol signifikanadalah sejenis isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia. Symbol yang menjawab makna yang dialami individu pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua adalah “bahasa”. Melalui symbol sitgnifikan, manusia bisa berfikir. Pikiran merupakan proses percakapan sesorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan dalam diri individu. Sedangkan diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses social: komunikasi antar manuisia. Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Diri pada dasarnya adalah proses social yang berlangsung dalam dua fase yang dapat dibedakan yaitu “I” dan “Me”. “I” adalah tanggapan spontan individu terhadap orang lain yang merupakan aspek kreatif yang tidak dapat diperhitungkan dan tak teramalkan dari diri. “Me” adalah penerimaan atas oramng lain yang dapat digeneralisir. Melalui “Me”-lah masyrakat

menguasai individu. Control social sebagai keunggulan ekspresi “Me” diatas ekspresi “I”. Masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk “Aku” (Me). Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan simbol yang bermakna.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain, kita menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut. Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik. Hal ini mungkin terjadi karena individu-individu yang terlibat dalam interaksi tersebut berasal dari budaya yang sama, atau sebelumnya telah berhasil memecahkan perbedaan makna di antara mereka.

Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus. Ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan simbol yang tidak signifikan – simbol yang tidak bermakna bagi pihak lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus secara terus menerus mencocokan makna dan merencanakan cara tindakan mereka. Blumer menyatakan actor memilih, memeriksa, mengelompokkan dan menstransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana

dia ditempatkan dan arah tindakannya.Tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa “kekuatan luar” tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam”.Individu membentuk objek itu, merancang objek-objek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut.Ini merupakan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol. Demikian manusia merupakan actor yang sadar dan reflektif. Self indication adalah ‘proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut”. Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian.