• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAERAH PENANGKAPAN IKAN UNGGULAN DI SELAT ALAS PROVINSI NTB

DAFTAR ISTILAH

4 DAERAH PENANGKAPAN IKAN UNGGULAN DI SELAT ALAS PROVINSI NTB

Pendahuluan

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, telah diketahui bahwa sumberdaya ikan unggulan di perairan Selat Alas yang harus dikelola terdiri dari cumi-cumi, cakalang, tongkol, kerapu dan kakap merah. Kelima ikan unggulan tersebut berada dalam status moderatly exploited hingga over exploited. Ikan-ikan unggulan tersebut menjadi target penangkapan utama bagi banyak alat tangkap yang beroperasi di perairan Selat Alas, seperti payang, jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap, rawai hanyut, pancing ulur dan pancing tonda. Oleh karena itu, guna menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan tersebut maka perlu dilakukan upaya pengelolaan terhadap aktivitas penangkapan yang memiliki target penangkapan yang sama dan diduga melakukan penangkapan di daerah yang sama. Kompetisi antar alat tangkap yang sama maupun yang berbeda dapat saja terjadi dan pada akhirnya dapat menjadi sumber konflik dalam pemanfaatan sumberdaya di perairan tersebut.

Setelah dilakukan kajian untuk memperoleh jenis ikan unggulan yang menjadi target penangkapan nelayan di perairan Selat Alas dan tingkat pemanfaannya, serta teknologi yang digunakan, maka kajian selanjutnya adalah melakukan kajian terhadap daerah penangkapan.

Daerah penangkapan ikan (DPI) adalah wilayah perairan di mana alat penangkapan ikan dapat dioperasikan secara sempurna untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya (Simbolon 2011). Oleh karena itu walaupun pada suatu area perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.

Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan DPI adalah sebagai berikut (Kenchington 1996; Simbolon 2011): (1) Daerah tersebut harus memiliki kondisi sehingga ikan dapat menjadikan daerah tersebut sebagai habitat mereka. (2) Daerah tersebut harus merupakan tempat di mana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penangkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi pada wilayah perairan tersebut terkadang sulit untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan terumbu karang. (3) Daerah penangkapan memiliki sumberdaya ikan yang melimpah dan bernilai ekonomi tinggi.

Ketersediaan sumberdaya ikan di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor biologi dan faktor fisika kimia perairan. Faktor biologi yang berpengaruh terhadap fluktuasi populasi ikan di antaranya adalah komposisi dan kelimpahan, pola penyebaran, reproduksi, migrasi, predator dan kepadatan. Adapun faktor fisika kimia perairan yang mempengaruhi fluktuasi tersebut adalah suhu, salinitas, pasang surut, pH, DO, elemen nutrien (nitrogen, fosfat dan silika). Setiap organisme

memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik lingkungannya. Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) alasan utama sebagian spesies berkumpul pada suatu wilayah perairan disebabkan beberapa hal, sebagai berikut : (1) ikan akan memilih lingkungan hidupnya yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, (2) ikan akan mencari sumber makanan yang banyak, dan (3) ikan akan mencari tempat yang cocok untuk pemijahan dan perkembangbiakan.

Daerah perairan yang subur dapat diindikasikan dengan kelimpahan fitoplankton yang tinggi serta konsentrasi klorofil-a yang tinggi pula. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dalam rantai kehidupan di laut, sehingga keberadaannya sangat penting sebagai dasar kehidupan di laut. Klorofil-a merupakan pigmen yang sangat penting dalam proses fotosintesis fitoplankton di laut (Strickland, 1960 dalam Nontji (1987).

Konsentrasi klorofil-a di suatu perairan dapat menggambarkan besarnya produktivitas primer di suatu perairan, karena klorofil-a hampir dimiliki oleh semua fitoplankton. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh suhu secara langsung yaitu dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik pada proses fotosintesis fitoplankton, sehingga dapat menaikkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan pengaruh suhu secara tidak langsung yaitu dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi dari fitoplankton (Tomascik et al. 1997). Selain itu, klorofil-a sangat berpengaruh dalam sistem rantai makanan di laut, karena dengan adanya kelimpahan klorofil-a di suatu perairan dapat menjadikan indikasi berkumpulnya ikan kecil yang merupakan jenis ikan herbifora untuk mencari makan dan disinilah rantai makanan itu terjadi.

Keberadaan klorofil-a di suatu perairan, sangat ditentukan oleh kondisi suhu perairan itu sendiri. Oleh karena itu keberadaan klorofil-a belum tentu merata di seluruh perairan, sekalipun perairan di sebuah selat. Penumpukan klorofil-a di lokasi tertentu dan sebaliknya kekosongan klorofil-a di lokasi lainnya, mengakibatkan kegiatan penangkapan juga terfokus di suatu perairan saja.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam bab ini akan dilakukan kajian terhadap daerah penangkapan dimana ikan-ikan unggulan tersebut berada. Pengetahuan tentang keberadaan daerah penangkapan ikan tersebut diharapkan dapat mendukung upaya pengelolaan perikanan berbasis ikan unggulan di daerah penangkapan yang padat oleh aktivitas penangkapan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1) Menentukan sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a di Selat Alas Provinsi NTB.

2) Menganalisis hubungan antara produksi ikan hasil tangkapan dengan parameter oseaonografi (SPL dan klorofil-a) di Selat Alas Provinsi NTB. 3) Menentukan produktivitas daerah penangkapan ikan unggulan di Selat Alas

Metode Penelitian Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Desember 2012. Lokasi penelitian dilakukan di desa nelayan di kawasan Selat Alas Provinsi NTB (Gambar 2 dan Tabel 1).

Pengumpulan data penelitian

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode survai dilakukan untuk memperoleh data primer yang terdiri dari lokasi penangkapan ikan, jenis ikan hasil tangkapan, jumlah produksi ikan hasil tangkapan, jumlah trip penangkapan dan suhu permukaan laut.

Adapun data sekunder yang digunakan adalah data citra satelit Aqua MODIS Level-3 dengan resolusi spasial 0,05o x 0,05o dan resolusi temporal 8 harian sebagai

data bulanan yang cakupan waktunya dari Agustus 2008 sampai dengan Desember 2012. Data tersebut diperoleh dari Pacific Islands Fisheries Science Center(PIFSC) yang merupakan bagian dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) - USAmelalui laman website yang dikelolanya. Data citra ini digunakan untuk memperoleh informasi sebaran SPL dan konsentrasi klorofil di perairan Selat Alas Provinsi NTB. Data ini telah diformulasi untuk menghasilkan nilai pixel yang memuat kondisi SPL dan klorofil-a. Sedangkan sebaran klorofil-a didapat dengan menggunakan formulasi algoritma OC3M (ocean chlorophyll three-band algorithm for MODIS). Selanjutnya data citra tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) Ferret versi 6.85, kemudian hasil olahan tersebut menjadi input data pada software ArcGIS versi 9.1 sehingga didapatkan peta sebaran SPL dan klorofil-a serta sebaran lokasi penangkapan nelayan. Data sekunder yang lain yaitu data arus permukaan air laut Selat Alas. Data arus permukaan air laut ini didapatkan dari ERDDAP (the Environmental Research Division’s Data Access Program) yang juga merupakan bagian dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) - USA melalui laman website : http:\\coastwatch.pfeg.noaa.gov/erddap/index.html.

:

Analisis Data

Suhu Permukaan Air Laut didapatkan dengan menggunakan algoritma Miami Pathfinder SST (MPFSST) (Minnett et al. 2002) dengan rumus :

�� � = + ∗ � + ∗ � + ∗ sec � − 1 ∗ � ...(4-1)

Keterangan

T31 = adalah brightness temperature (BT) pada band 31 (pada AVHRR kanal4)

T3132 = adalah perbedaan BT pada band 31-band 32 (pada AVHRR kanal 4 dan 5)

c1, c2, c3, c4 = adalah koefisienband 31 dan 32, θ adalah sudut zenith satelit.

Sebaran klorofil-a didapatkan dengan menggunakan formulasi algoritma OC3M (ocean chlorophyll three-band algorithm for MODIS), dengan rumus :

chlor_a = 10(a

0 + a1xR + a2xR2 + a3xR3 + a4xR4) ... (4-2)

Yang mana R =        551 488 403 10 rs rs rs R R R Log ... (4-4) Keterangan

Rrs adalah remote sensing reflectance

Hubungan antara parameter oseanografi (SPL dan klorofil-a) dan produktivitas di daerah penangkapan ikan dianalisis dengan menggunakan korelasi parsial. Korelasi parsial adalah bentuk hubungan antara X1, X2. ... Xp tehadap Y dengan persamaan (Walpole 1988) :

� . = � −

√( − � )( )

... (4-5) Keterangan

Ry = produktivitas (CPUE) R1 = X1 = suhu permukaan laut R2 = X2 = klorofil-a

Dengan kriteria hubungan dari Sarwono (2009) : Jika : rhitung = 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel

rhitung > 0 – 0.25 : korelasi sangat lemah

rhitung > 0.25 – 0.5 : korelasi cukup

rhitung > 0.50 – 0.75 : korelasi kuat

rhitung > 0.75 – 0.99 : korelasi sangat kuat

rhitung = 1 : korelasi sempurna

Hasil Penelitian

Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di Perairan Selat Alas Provinsi NTB

Hasil pengolahan citra Aqua Modis terhadap Suhu Permukaan Laut di perairan Selat Alas terlihat bahwa terjadi pola dan fluktuasi SPL bulanan rata – rata di Selat Alas. Sebaran SPL secara temporal di Selat Alas di dominasi oleh suhu rendah di bulan Agustus kemudian meningkat hingga bulan Desember. SPL rata- rata pada bulan Agustus mencapai 27.0oC. Dominasi suhu rendah pada bulan

Agustus ini terutama terjadi pada bagian selatan dan tengah Selat Alas, hal ini sebagai dampak dari rendahnya SPL di Samudera Hindia.

SPL tertinggi di selat alas terjadi pada bulan November hingga Desember dengan suhu rata-rata mencapai 29.8oC. Dominasi suhu tinggi ini terjadi terutama

pada bagian utara Selat Alas, dengan suhu rata-rata 28.6oC. Peningkatan SPL pada

bagian utara sebagai dampak dari tingginya SPL di Laut Flores (Gambar 19 dan Lampiran 16-20).

Gambar 19 Suhu permukaan laut rata-rata bulanan (Agustus-Desember) Selat Alas Penurunan SPL pada setiap bulan Agustus dan mulai meningkat pada bulan berikutnya, hingga mencapai suhu tertinggi pada bulan Desember, hal ini berulang setiap tahunnya (Gambar 19).

Secara spasial sebaran SPL Selat Alas di Daerah Penangkapan Ikan (DPI) tidak berbeda dengan sebaran secara temporalnya. SPL didominasi oleh suhu rendah terutama pada DPI yang berlokasi di bagian selatan, dan bagian tengah selat dengan suhu rata-rata sebesar 26.50C. SPL rendah pada DPI di bagian selatan selat

yaitu di Laut Selayar, Tanjung Cine, Kuang Wai, Maringkik, Gili Kere, Gusoh Mangkok, Pulau Tiga, Teluk Sunut, dan Tanjung Ringgit. Berikutnya SPL rendah pada DPI di bagian tengah selat yaitu Rambang, Labuan Haji, Maluk, Teluk Benete, Jelenga, Labuan Lalar, Poto Balat, Pulau Satu, dan Pulau Dua. Akan tetapi dominasi suhu tinggi pada bulan Agustus ini terjadi pada DPI di bagian utara selat yaitu pada wilayah perairan Pulau Belang, Pulau kalong, Pulau Ular, dan Pulau kenawa dengan suhu rata-rata sebesar 280C. Sebaran SPL secara spasial pada DPI Selat Alas seperti

di tunjukkan pada Gambar 20 dan Lampiran 26.

Gambar 20 menunjukkan bahwa SPL rata-rata secara spasial pada DPI Selat Alas terus meningkat secara gradual seiring waktu hingga mencapai puncaknya pada bulan November hingga Desember. Suhu tinggi mendominasi seluruh bagian selat dengan suhu rata-rata 29.50C pada bulan November dan 29.00C pada bulan

Desember. Akan tetapi pada bulan Desember DPI pada bagian utara selat suhu rata- rata nya lebih tinggi dari DPI lainnya yaitu sebesar 29.70C. Sebaran SPL rata-rata

Gambar 20 Sebaran SPL rata-rata bulanan (Agustus-Desember) di DPI Selat Alas Provinsi NTB

Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Alas Provinsi NTB

Hasil olahan citra Aqua MODIS terlihat bahwa ketika SPL menurun maka akan diikuti oleh meningkatnya konsentrasi klorofil-a, khususnya pada wilayah perairan Selat Alas di bagian selatan. Hasil olahan citra Aqua MODIS untuk memperoleh konsentrasi klorofil-a di Selat Alas seperti ditunjukkan pada Gambar 21 dan Lampiran 21-25.

Gambar 21 Konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan Selat Alas, Agustus- Desember (2008 – 2012)

Pola sebaran konsentrasi klorofil-a secara temporal di selat Alas berulang tiap tahunnya (Gambar 21), yang menunjukkan peningkatan konsentrasi klorofil-a pada bulan Agustus dan menurun seiring dengan perubahan waktu (bulan). Konsentrasi klorofil-a tertinggi pada bulan Agustus dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0.6 mg/m3 kemudian menurun pada bulan Desember dengan rata-rata konsentrasi

upwelling di suatu wilayah perairan. Air yang berada pada lapisan dalam terangkat ke permukaan dengan membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya. Kelimpahan zat hara ini ditunjukkan dengan kelimpahan konsentrasi klorofil-a yang merupakan komponen utama dari pytoplankton sebagai produsen di wilayah perairan.

Sebaran klorofil-a secara spasial pada DPI Selat Alas sama dengan sebaran secara temporalnya. Sebaran rata-rata konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan menurun seiring dengan perubahan waktu (bulan) yaitu pada bulan Desember. Konsentrasi klorofil-a tertinggi pada bulan Agustus terjadi pada DPI di bagian selatan selat yaitu pada Laut Selayar, Tanjung Cine, Kuang Wai, Maringkik, Gili Kere, Gusoh Mangkok, Pulau Tiga, Teluk Sunut, dan Tanjung Ringgit. DPI pada bagian selatan Selat Alas dengan konsentrasi klorofil-a tertinggi terdapat pada Laut Selayar dan Tanjung Cine dengan rata-rata konsentrasi sebesar 1.15 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a terendah terletak pada DPI bagian utara selat

yaitu Pulau Belang, Pulau kalong, Pulau Ular, dan Pulau kenawa dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0.28 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a menurun pada bulan

desember di semua DPI Selat Alas dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0.35 mg/m3. Pola sebaran klorofil-a pada DPI Selat Alas seperti ditunjukkan pada

Gambar 22.

Gambar 22 Sebaran klorofil-a rata-rata bulanan (Agustus-Desember) di DPI Selat Alas Provinsi NTB

Arus Permukaan Air Laut Selat Alas

Arus permukaan air laut Selat Alas selama bulan Agustus hingga September bergerak dari arah selatan (Samudra Hindia) menuju ke utara (masuk ke dalam selat) pada bagian selatan selat dengan kecepatan rata-rata pada bulan Agustus sebesar 0.24 – 0.42 m/dt dan pada bulan September sebesar 0.13 – 0.21 m/dt. Selanjutnya, pada bagian tengah hingga utara Selat Alas arus permukaan bergerak dari arah barat ke timur, dengan kecepatan rata-rata sebesar 0.12 – 0.23 m/dt pada bulan Agustus dan 0.22 – 0.40 m/dt. Arus permukaan air laut perairan Selat Alas pada bulan Agustus – September seperti di tunjukkan pada Gambar 23.

Gambar 23 Arus permukaan air laut perairan Selat Alas bulan Agustus-September Arus permukaan air laut perairan Selat Alas pada bulan Oktober pada bagian selatan selat menuju ke arah selatan ke samudra Hindia dengan kecepatan rata-rata sebesar 0.00 – 0.12 m/dt, sedangkan pada bagian tengah hingga utara selat

pergerakan arus permukaan dari arah barat ke tenggara. Kecepatan rata-rata arus Selat Alas pada bagian tengah selat berkisar antara 0.09 – 0.23 m/dt, sedangkan pada bagian utara selat kecepatan arus permukaan semakin meningkat dengan kecepatan rata-rata sebesar 0.24 – 0.50 m/dt. Arus permukaan air laut perairan Selat Alas pada bulan Oktober seperti di tunjukkan pada Gambar 24.

Gambar 24 Arus permukaan air laut perairan Selat Alas bulan Oktober Arus permukaan air laut perairan Selat Alas pada bulan November terlihat mulai terbagi dua, arus permukaan air laut pada bagian utara Tanjung Luar menuju ke arah utara, sedangkan pada bagian selatan Tanjung Luar menujua ke arah selatan. Kecepatan rata-rata arus permukaan yang menuju ke arah utara sebesar 0.06 – 0.09 m/dt, dan kecepatan rata-rata arus permukaan yang menuju ke arah selatan sebesar 0.00 – 0.05 m/dt.

Hal sebaliknya terjadi pada bulan Desember, arus permukaan air laut Selat Alas cenderung menuju ke arah selatan selat. Kecepatan arus pada bulan Desember ini berkisar antara 0.09 – 0.14 m/dt pada bagian utara selat dan arus mulai menguat pada bagian tengah selat dengan kecepatan rata-rata sebesar 0.15 – 0.19 m/dt. Arus permukaan air laut perairan Selat Alas pada bulan November – Desember seperti di tunjukkan pada Gambar 25.

Gambar 25 Arus permukaan air laut perairan Selat Alas bulan November- Desember

Produktivitas Tangkapan di Daerah Penangkapan Ikan

Ikan unggulan Selat Alas seperti cumi-cumi, cakalang dan tongkol dapat ditangkap hampir setiap bulan oleh nelayan namun dengan jumlah yang sangat berfluktuasi. Demikian juga dengan daerah penangkapannya (DPI), tidak semua titik di Selat Alas menjadi daerah penangkapan dengan jumlah hasil tangkapan yang tinggi. Beberapa daerah penangkapan di Selat Alas terhadap 3 (tiga) ikan unggulan

tersebut menjadi DPI dengan produksi yang tinggi, tingginya produksi pada DPI tersebut sangat tergantung dengan bulan penangkapan.

Daerah penangkapan komoditas ikan unggulan di perairan Selat Alas umumnya terletak tidak jauh dari fishing base nelayan. Nelayan Kabupaten Lombok Timur (Tanjung Luar dan Labuan Haji) melakukan penangkapan di wilayah perairan yang dekat dengan tempat mereka tinggal seperti wilayah perairan Rambang, Kuang Wai, Laut Selayar, Maringkik, Tanjung Cine, Teluk Sunut, Pulau Tiga, dan Tanjung Ringgit. Sementara itu nelayan Kabupaten Sumbawa Barat (Poto Tano, Labuan Lalar, Teluk Benete, Maluk) melakukan penangkapan juga pada wilayah yang dekat dengan tempat tinggal mereka seperti pulau-pulau kecil disekitar desa Poto Tano (Pulau Belang, Pulau Kalong, Pulau Kenawa, Pulau Ular, Pulau Kalong, dan Pulau Satu). Selanjutnya nelayan yang bertempat tinggal di desa Labuan Lalar, Teluk Benete, dan Maluk melakukan penangkapan di wilayah perairan desa mereka. Hal ini disebabkan karena nelayan Selat Alas sebahagian besar merupakan nelayan kecil dengan ukuran perahu kurang dari 5 gross ton dan tenaga pendorong (mesin) berkisar antara 5 – 7.5 PK. Produktivitas komoditas ikan unggulan (cumi-cumi, cakalang, tongkol, kakap merah, dan kerapu) di daerah penangkapan dan CPUEnya disajikan pada Lampiran 26.

DPI untuk cumi-cumi terkonsentrasi di kawasan perairan meliputi Tanjung Ringgit, Pulau Tiga, Kuang Wai, Selayar, Rambang, dan Teluk Sunut. Kesemua daerah tangkap tersebut terletak dibagian selatan Selat Alas dan berdekatan dengan mulut selat bagian selatan yang berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Saat ini daerah penangkapan cumi-cumi lebih jauh dari fishing base nelayan, yaitu lebih terkonsentrasi (CPUE tertinggi) di perairan Tanjung Ringgit dan Pulau Tiga. Hal ini sebagai akibat dari tingkat pemanfaatan cumi-cumi telah melampaui potensi lestarinya (Tabel 5), sehingga produktivitas tangkapan di perairan yang dekat dengan fishing base semakin berkurang. Cumi-cumi mulai ditangkap pada bulan Agustus dan puncak produksinya pada bulan November.

DPI potensial bagi cumi-cumi di Selat Alas dengan produktivitas tertinggi berada pada perairan Tanjung Ringgit, dan Pulau Tiga dengan CPUE sebesar 10.81 – 29.80 kg/trip. Selanjutnya DPI cumi-cumi yang lain terletak pada perairan Kuang Wai, Rambang, Laut Selayar, Gusoh Mangkok, Batu Kulitan, dan Teluk Sunut dengan produktivitas sebesar 4.01 – 10.8 kg/trip. Berikutnya DPI cumi-cumi dengan produktifitas terendah (CPUE sebesar 0.2 – 4.0) berada pada perairan Labuan Haji, Labuan Lalar, Maringkik, Maluk, Tanjung Cine, jelenga, Poto Balat, Pulau Belang, Pulau Kalong, Pulau Ular, dan Pulau Kenawa. Produktivitas cumi- cumi (CPUE) di daerah penangkapan di Selat Alas Provinsi NTB seperti ditunjukkan pada Gambar 26.

Gambar 26 Produktivitas tangkapan (CPUE) cumi-cumi di daerah penangkapan di Selat Alas Provinsi NTB

Ikan unggulan Selat Alas yang lain adalah ikan cakalang. Ikan cakalang ini dapat ditangkap oleh nelayan sepanjang tahun dengan produksi yang beragam setiap bulannya.DPI ikan cakalang ini tersebar di daerah teluk dan pulau-pulau kecil sepanjang perairan Selat Alas. Nelayan mulai melakukan penangkapan ikan cakalang pada bulan Agustus – Desember dengan produktivitas tertinggi pada bulan September – Oktober (Lampiran 26).

DPI potensial bagi ikan cakalang dengan produktivitas tertinggi tersebar pada perairan Teluk Sunut, Tanjung Ringgit, dan Maluk dengan CPUE rata-rata berkisar antara 6.21 – 18.00 kg/trip. Selanjutnya DPI cakalang dengan CPUE berkisar antara 2.81 – 6.20 kg/trip tersebar pada perairan Laut Rambang, Tanjung Cine, dan Pulau Tiga. Berikutnya DPI dengan CPUE terendah dari ikan cakalang dengan rata-rata CPUE berkisar antara 0.00 – 2.80 kg/trip tersebar pada perairan Laut Kuang Wai, Batu Kulitan, Maringkik, Teluk Benete, Jelenge, Labuan Lalar, dan Pulau Satu. Produktivitas tangkapan (CPUE) ikan cakalang di daerah penangkapan di Selat Alas Provinsi NTB seperti ditunjukkan pada Gambar 27.

Gambar 27 Produktivitas tangkapan (CPUE) ikan cakalang di daerah penangkapan di Selat Alas Provinsi NTB

Ikan tongkol juga merupakan ikan unggulan yang banyak ditangkap di perairan Selat Alas. Nelayan mulai melakukan penangkapan terhadap ikan tongkol pada bulan Agustus hingga Desember dengan produktivitas tertinggi pada bulan September – Oktober (Lampiran 26). DPI potensial bagi ikan tongkol dengan produktivitas tertinggi terletak pada wilayah perairan Teluk Sunut, Maluk, dan Teluk Benete dengan rata-rata CPUE berkisar antara 6.21 – 18.0 kg/trip. Selanjutnya, DPI potensial bagi ikan tongkol dengan CPUE rata-rata berkisar antara 2.81 – 6.20 kg/trip adalah pada Laut Rambang, Tanjung Ringgit, dan Selat Alas. Berikutmya DPI terendah untuk ikan tongkol adalah pada wilayah perairan Laut Kuang Wai, Tanjung Cine, Batu Kulitan, Maringkik, Jelenga, Labuan Lalar, dan Pulau Satu dengan CPUE rata-rata berkisar antara 1.2 – 2.8 kg/trip. Sebaran DPI tongkol berikut CPUEnya disajikan pada Gambar 28 dan Lampiran 26.

Ikan unggulan di perairan Selat Alas yang lain merupakan ikan karang (demersal) yaitu ikan kakap merah dan ikan kerapu. Ikan jenis ini sangat tergantung dari kondisi terumbu karang (takad) sebagai tempat hidupnya, sehingga nelayan dapat melakukan penangkapan sepanjang tahun. Nelayan Selat Alas melakukan penangkapan ikan kakap merah dan ikan kerapu di daerah pulau-pulau kecil dan disepanjang pesisir wilayah perairan Selat Alas di mana terumbu karang terdapat di daerah tersebut (Lampiran 26).

Gambar 28 Produktivitas tangkapan (CPUE) ikan tongkol di daerah penangkapan di Selat Alas Provinsi NTB

Ikan kakap merah dan ikan kerapu dapat ditangkap disemua bulan pengamatan, namun kedua jenis ikan ini mulai meningkat produksinya pada bulan Oktober hingga Desember (Lampiran 26). Hal ini, terlihat dari nilai CPUE (catch per unit effort) yang mulai meningkat pada bulan tersebut.

DPI ikan kakap merah potensial dengan produktivitas tertinggi terletak pada

Dokumen terkait