• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Riwayat hidup ... 77

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu, konsumsi pangan tidak hanya untuk kebutuhan perkembangan tetapi juga untuk kebutuhan kesehatan dan menambah nilai gengsi.

Kebutuhan makan menurut Teori Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Sebagai akibat dari rasa lapar atau tubuh merasa kehilangan zat-zat makanan tertentu akan memotivasi manusia untuk berperilaku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makan (Sumarwan 2004). Makanan atau susunan hidangan berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia. Maslow mengemukakan berbagai tingkat kebutuhan sosial manusia yang telah ada sejak manusia dilahirkan akan berkembang seiring bertambahnya usia. Kebutuhan sosial yang terbawa sejak lahir ini juga dapat disebut sebagai naluri atau instinct sosial, yaitu naluri untuk hidup, naluri untuk perasaan aman, naluri untuk diakui kelompok, naluri untuk gengsi, dan naluri untuk menonjolkan diri (Suhardjo 1989).

Makanan sehari-hari akan sangat menentukan kualitas kesehatan seseorang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap individu memperhatikan apa yang dimakannya setiap hari. Kebutuhan makan juga bukan hanya untuk menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Pola pemenuhan kebutuhan makan selanjutnya menjadi perilaku yang bisa disebut dengan perilaku makan. Perilaku makan merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan dilakukan individu dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar individu dan juga merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam serta luar diri individu.

Saat ini trend yang terjadi di kalangan anak usia remaja dan dewasa muda adalah lebih terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan yang tidak dipersiapkan dari rumah. Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang membawa konsekuensi terhadap kejadian perubahan status gizi menuju gizi lebih yang secara umum dikenal dengan obesitas. Hal ini disebabkan makanan tersebut mengandung kalori, lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan. Pada akhirnya

kebiasaan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya resiko berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, kanker, dan hipertensi (Nurlita 20091).

Perilaku konsumsi individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumsi seseorang adalah gaya hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Phujiyanti (2004) menemukan bahwa gaya hidup thinker, experiencer, dan believer berhubungan dengan kebiasaan sarapan mahasiswa. Hasil penelitian Jelinic, Nola, dan Matanic (2008) juga menyebutkan bahwa tempat mengonsumsi makanan, frekuensi konsumsi daging, dan aktivitas fisik memengaruhi gaya hidup dan kebiasaan makan. Sementara itu, gaya hidup juga dapat memengaruhi status zat gizi, pola konsumsi, dan tingkat konsumsi zat gizi remaja (Sundari 2003). Temuan-temuan tersebut menegaskan bahwa gaya hidup memengaruhi perilaku konsumsi seseorang

Perubahan gaya hidup juga dapat membawa perubahan pada selera, kebiasaan, dan perilaku pembelian. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), gaya hidup merupakan konsep yang kontemporer, lebih komprehensif, dan lebih berguna daripada kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008), gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Lebih lanjut Kotler dan Amstrong (2008) juga mengatakan bahwa gaya hidup mencerminkan keseluruhan orang tersebut dalam interaksinya dengan lingkungannya. Interaksi seseorang dengan lingkungannya tak lepas dari pengaruh orang-orang dan keadaan di sekitarnya.

Jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan, dan tempat domisili merupakan faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumen di Thailand (Suwanvijit & Promsa-ad 2009). Penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa gaya hidup konsumen terbagi menjadi lima kelompok, yaitu gaya hidup yang berorientasi pada pergaulan, ketergantungan dalam pengambilan keputusan, kesadaran ekonomi, kebutuhan, dan kesempatan. Individu dengan orientasi gaya hidup yang berbeda juga akan memiliki perilaku pembelian dan konsumsi yang berbeda.

Gaya hidup setiap individu akan dapat berbeda-beda walaupun berasal dari lingkungan keluarga dan budaya yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

1

Nurlita H. 2009. Diambil dari makalah berjudul “Mari Lakukan Pengendalian Penyakit Jantungdan Pembuluh Darah Melalui Pola Makan Bergizi Seimbang”. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes. Diakses melalui http//depkes.go.id.

gaya hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor-faktor yang ada dalam dirinya (faktor internal), faktor-faktor lain di luar dirinya (faktor eksternal) pun turut memengaruhi aktivitas, minat, dan pendapatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gaya hidup individu dapat berubah dan menurut Schiffman dan Kanuk (2004), berubahnya gaya hidup memainkan peran utama dalam menentukan manfaat produk yang penting bagi konsumen. Pada periode dewasa, individu akan menetapkan gaya hidup yang dijalaninya (Turner & Helms 1986).

Salah satu kelompok usia dalam masa perkembangan adalah periode remaja dan dewasa muda. Periode remaja adalah saat-saat seseorang akan mencari identitas dirinya. Pada periode berikutnya, yaitu dewasa muda, individu sudah terlepas dari keluarganya atau sudah mengalami tahap launching. Pada periode ini juga individu akan beradaptasi dengan keadaan dan lingkungan yang baru. Kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari lingkungan sebelumnya akan memengaruhi perilakunya sehari-hari yang kemudian membentuk gaya hidupnya.

Dewasa muda juga dikatakan sebagai periode seseorang untuk bekerja dan berprestasi baik fisik, mental, maupun intelektual secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan gizi yang tepat dan cukup untuk dapat beraktivitas sesuai dengan tugas perkembangannya. Idealnya, pada periode ini telah terbentuk ideal eating habits dan ideal body weight pada masing-masing diri individu. Individu- individu yang berada pada tahap usia dewasa muda memiliki aktivitas yang tinggi sehingga asupan makanan yang dibutuhkannya pun berbeda. Sementara itu, pada periode remaja gangguan-gangguan psikologis akibat gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, seringkali muncul.

Kebiasaan makan pada periode remaja dan dewasa muda ini penting untuk diperhatikan karena akan memengaruhi keoptimalan fungsi sistem organ selama proses penuaan. Gaya hidup serta perilaku yang tidak mendukung konsumsi makanan yang sehat dan bergizi menyebabkan individu kurang mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Gaya hidup memengaruhi kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang dan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989).

Pada umumnya, mahasiswa merupakan sekelompok individu yang termasuk dalam periode dewasa muda. Periode dewasa muda ini adalah periode proses peralihan dari remaja menuju dewasa. Menurut Suhardjo (1989), pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Beberapa

remaja khususnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut mengalami kegemukan. Penelitian Hurlock (1997) juga menunjukan bahwa remaja suka sekali jajan makanan ringan, terutama kue-kue yang manis. Sementara itu golongan sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin dan mineral tidak populer dikalangan remaja. Remaja memliki tingkat konsumsi yang rendah terhadap sayur dan buah-buahan (Sop et al. 2010). Remaja seharusnya memiliki kebiasaan makan yang baik agar status gizinya juga baik (Suhardjo 1989). Selain itu kebiasaan makan yang terbentuk saat di akhir periode remaja juga akan memengaruhi kebiasaan makan seseorang saat dewasa, karena kebiasaan makan terbentuk sejak dini dan akan terbawa sampai waktu yang akan datang.

Hasil penelitian Jelinic, Nola, dan Matanic (2008) menyebutkan bahwa tinggal sendiri atau indekos membuat mahasiswa lebih tidak terbiasa untuk melakukan kebiasaan sarapan. Selain itu, mahasiswa yang tidak tinggal di rumah juga lebih terbiasa untuk makan di kantin, sedangkan mahasiswa yang tinggal di rumah lebih terbiasa untuk mengonsumsi makanan yang sudah disediakan dirumah. Sarapan merupakan kebiasaan yang paling sering dilewatkan mahasiswa, dibandingkan dengan kebiasaan makan siang dan makan malam (Phujiyanti 2004). Penelitian Mustopa (2003) juga menemukan bahwa overweight lebih banyak terjadi pada mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, sedangkan tubuh yang kurus lebih banyak dimiliki oleh mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas, gaya hidup dan kebiasaan makan mahasiswa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa.

Perumusan Masalah

Salah satu periode pada dewasa muda adalah masa-masa mahasiswa. Mahasiswa memiliki karakteristik dan berasal dari latar belakang keluarga serta budaya yang beragam sehingga memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda. Banyak faktor yang memengaruhi perilaku konsumsinya, seperti aktivitas serta pendapatan mereka. Tidak jarang perilaku konsumsi ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup yang dibawanya dari rumah masing-masing maupun gaya hidup yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka yang baru.

Salah satu contoh, karena aktivitas yang seringkali dimulai sejak pagi hari, banyak mahasiswa yang tidak membiasakan diri untuk makan pagi. Padahal makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja (Soekirman & Atmawikarta 2011). Aktivitas yang tinggi juga membuat mahasiswa hanya memiliki sedikit waktu untuk membuat perencanaan menu atau menyiapkan makanan sendiri sehingga lebih sering mengonsumsi makanan yang telah diolah.

Selain itu, saat ini makanan yang dijual di sekitar lingkungan para mahasiswa pun semakin beragam. Baik makanan pokok maupun makanan jajanan diolah dan dikemas semenarik mungkin agar mendapat perhatian lebih. Hal ini akan memengaruhi kebiasaan makan para mahasiswa. Makanan yang dapat langsung dikonsumsi tersebut membuat mahasiswa semakin memilih untuk makan di luar daripada di rumah atau indekos. Tidak jarang, makanan yang dipilih untuk diolah sendiri pun adalah makanan instan atau menggunakan bumbu yang siap pakai. Mie instan adalah salah satu contoh makanan favorit bagi para mahasiswa yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah makanannya sendiri ataupun bagi mahasiswa yang memiliki uang saku dengan jumlah terbatas. Selain dapat dimasak dengan cepat, harganya yang murah, serta mudah diperoleh, mie instan juga dianggap dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat yang diperlukan tubuh. Tingkat kesehatan dan kebutuhan gizi seringkali tidak menjadi perhatian utama dalam mengonsumsi makanan. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah waktu yang tersedia untuk makan dan keterbatasan ekonomi. Berdasarkan hal-hal tersebut, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gaya hidup mahasiswa? 2. Bagaimana kebiasaan makan mahasiswa?

3. Bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup mahasiswa?

4. Bagaimana pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gaya hidup mahasiswa. 2. Mengidentifikasi kebiasaan makan mahasiswa.

3. Menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup mahasiswa.

4. Menganalisis pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa

Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah: 1. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan yang selama ini diperoleh untuk menganalisis gaya hidup konsumen.

2. Konsumen

Mahasiswa sebagai konsumen diharapkan dapat memilih gaya hidup dan kebiasaan makan yang lebih baik lagi setelah mendapatkan informasi dari penelitian ini.

3. Institusi

Pihak institusi terkait dapat menggunakan penelitian ini sebagai informasi mengenai gaya hidup dan kebiasaan makan mahasiswa.

4. Ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gaya hidup mahasiswa beserta pengaruhnya terhadap kebiasaan makan agar dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan makan.

Dokumen terkait