• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

Supervised by RETNANINGSIH and ALFIASARI.

The research focused to analyze the influence of lifestyle toward college student’s food habits. This research used cross sectional study design, involved 120 samples, choosed by cluster random sampling method. In this study, descriptive, cluster, and logistic regression analysis were used. The research found that lifestyle was classified as two category, there are education-oriented lifestyle as soon as entertaintment and healthy-oriented lifestyle. Sex, father’s age, and reference group influenced student’s habits to eat three times a day. Breakfast habits was influenced by reference group. Dinner habits was influenced by sex, mother’s occupation and reference group. Meanwhile, snack habits was influenced by sex and reference group. However, this study didn’t found any influence variable toward lunch habits.

Keywords: food frequency, breakfast habits, lunch habits, dinner habits, snack habits

ABSTRAK

ANITA SAUFIKA. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa. Dibimbing oleh RETNANINGSIH dan ALFIASARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan dengan 120 contoh yang dipilih secara acak. Data dalam penelitiaan ini dianalisis menggunakan uji deskriptif, analisis cluster, dan uji regresi logistik. Gaya hidup dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu gaya hidup berorientasi pendidikan serta gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan tiga kali sehari dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia ayah, dan kelompok acuan. Hanya ada satu variabel yang memengaruhi kebiasaan sarapan, yaitu kelompok acuan sedangkan kebiasaan makan malam dipengaruhi oleh jenis kelamin, pekerjaan ibu, dan kelompok acuan. Sementara itu, kebiasaan makan camilan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kelompok acuan. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak menemukan satu pun variabel yang memengaruhi kebiasaan sarapan dan makan siang.

(2)
(3)

Kebiasaan makan penting untuk diperhatikan karena akan memengaruhi keoptimalan fungsi sistem organ dan keoptimalan individu dalam menjalankan aktivitas. Gaya hidup serta perilaku yang tidak mendukung konsumsi makanan yang sehat dan bergizi menyebabkan individu kurang mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan: 1) mengidentifikasi gaya hidup mahasiswa, 2) mengidentifikasi kebiasaan makan mahasiswa, 3) menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup, dan 4) menganalisis pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Institut Pertanian Bogor (IPB) dipilih secara purposive sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan kampus yang memiliki mahasiswa terbanyak di Bogor. Pengambilan data berlangsung pada bulan September hingga Oktober 2011. Mahasiswa yang dilibatkan sebagai responden penelitian ini berjumlah 120 orang dan dipilih melalui metode cluster random sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang sebelumnya sudah diuji coba terlebih dahulu. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah: 1) faktor internal dan faktor eksternal mahasiswa, 2) gaya hidup, dan 3) kebiasaan makan mahasiswa (frekuensi makan dalam sehari; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat makan; makanan pantangan; pertimbangan dalam memilih makanan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi makan berdasarkan kelompok makanan). Data sekunder diperoleh dari Direktorat Administrasi dan Pendidikan mengenai data jumlah mahasiswa IPB dan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel dan SPSS. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji reliabilitas, analisis deskriptif, analisis cluster dan uji regresi logistik.

Faktor internal yang diukur dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, lama kuliah, suku bangsa, agama, dan uang saku. Mahasiswa yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berada pada periode remaja dan dewasa awal dengan rentang usia 18-22 tahun. Proporsi terbesar mahasiswa adalah berjenis kelamin perempuan (58,3%). Dilihat dari lama kuliah (bulan), lama kuliah mahasiswa berkisar antara 14-27 bulan dengan rata-rata 26,5 bulan. Sebagian besar mahasiswa dalam penelitian ini juga berasal dari sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), bersuku Jawa, dan menganut agama Islam. Rata-rata uang saku mahasiswa adalah sebesar Rp811.316,67 dengan sumber uang saku utama terbesar berasal dari orang tua dan uang saku tambahan berasal dari beasiswa.

(4)

rata-oleh mahasiswa adalah teman (84,2%).

Berdasarkan hasil analisis cluster, diperoleh dua tipe gaya hidup yang terbagi menjadi gaya hidup berorientasi pendidikan serta gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan memiliki proporsi lebih tinggi (64,2%) daripada gaya hidup berorientasi pendidikan (35,8%).

Sekitar enam dari sepuluh mahasiswa memiliki frekuensi makan tiga kali sehari dengan rata-rata 3 kali sehari. Sementara itu, masih terdapat 33,3 persen mahasiswa yang tidak terbiasa melakukan sarapan, sedangkan kebiasaan makan yang paling tidak pernah dilewatkan oleh hampir seluruh mahasiswa adalah pada waktu makan siang dan makan malam. Selain itu, 67,5 persen mahasiswa juga terbiasa mengonsumsi makanan camilan setiap hari. Sementara tempat yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa untuk mengonsumsi makanannya adalah kantin atau warung makan.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik, diketahui bahwa variabel usia dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap gaya hidup. Usia mahasiswa yang lebih tinggi dan jumlah anggota keluarga yang lebih besar membuat peluang mahasiswa untuk memiliki gaya hidup berorientasi pendidikan pun akan lebih besar. Sementara itu, peluang untuk memiliki gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan lebih besar pada mahasiswa yang lebih banyak memilih televisi sebagai kelompok acuannya.

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang lebih tinggi untuk memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Hal ini dimungkinkan terjadi karena laki-laki dewasa memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dewasa. Selain itu, mahasiwa dengan usia ayah dan skor kelompok acuan teman yang lebih tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Selain memengaruhi kebiasaan makan tiga kali sehari, kelompok acuan teman juga memengaruhi kebiasaan mahasiswa dalam melakukan sarapan.

Hasil regresi logistik yang lain juga memerlihatkan bahwa mahasiswa berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang lebih tinggi untuk melakukan kebiasaan makan malam, sedangkan mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk melakukan kebiasaan makan camilan. Ibu yang tidak bekerja juga membuat peluang mahasiswa lebih besar untuk melakukan kebiasaan makan malam daripada mahasiswa dengan ibu yang bekerja. Hal ini dimungkinkan terjadi karena ibu yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu di rumah sehingga dapat lebih memerhatikan dan menyiapkan makanan untuk keluarganya. Sementara itu, mahasiswa yang menjadikan keluarga sebagai kelompok acuannya memiliki peluang yang lebih besar untuk memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari, makan malam, dan makan camilan. Akan tetapi, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel dalam penelitian ini yang memengaruhi kebiasaan makan siang.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur gaya hidup dan kebiasaan makan pada periode perkembangan yang lain atau melihat pengaruh faktor-faktor lain yang mungkin dapat memengaruhi gaya hidup serta kebiasaan makan yang belum diukur dalam penelitian ini.

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu, konsumsi pangan tidak hanya untuk kebutuhan perkembangan tetapi juga untuk kebutuhan kesehatan dan menambah nilai gengsi.

Kebutuhan makan menurut Teori Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Sebagai akibat dari rasa lapar atau tubuh merasa kehilangan zat-zat makanan tertentu akan memotivasi manusia untuk berperilaku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makan (Sumarwan 2004). Makanan atau susunan hidangan berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia. Maslow mengemukakan berbagai tingkat kebutuhan sosial manusia yang telah ada sejak manusia dilahirkan akan berkembang seiring bertambahnya usia. Kebutuhan sosial yang terbawa sejak lahir ini juga dapat disebut sebagai naluri atau instinct sosial, yaitu naluri untuk hidup, naluri untuk perasaan aman, naluri untuk diakui kelompok, naluri untuk gengsi, dan naluri untuk menonjolkan diri (Suhardjo 1989).

Makanan sehari-hari akan sangat menentukan kualitas kesehatan seseorang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap individu memperhatikan apa yang dimakannya setiap hari. Kebutuhan makan juga bukan hanya untuk menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Pola pemenuhan kebutuhan makan selanjutnya menjadi perilaku yang bisa disebut dengan perilaku makan. Perilaku makan merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan dilakukan individu dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar individu dan juga merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam serta luar diri individu.

(6)

kebiasaan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya resiko berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, kanker, dan hipertensi (Nurlita 20091).

Perilaku konsumsi individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumsi seseorang adalah gaya hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Phujiyanti (2004) menemukan bahwa gaya hidup thinker, experiencer, dan believer berhubungan dengan kebiasaan sarapan mahasiswa. Hasil penelitian Jelinic, Nola, dan Matanic (2008) juga menyebutkan bahwa tempat mengonsumsi makanan, frekuensi konsumsi daging, dan aktivitas fisik memengaruhi gaya hidup dan kebiasaan makan. Sementara itu, gaya hidup juga dapat memengaruhi status zat gizi, pola konsumsi, dan tingkat konsumsi zat gizi remaja (Sundari 2003). Temuan-temuan tersebut menegaskan bahwa gaya hidup memengaruhi perilaku konsumsi seseorang

Perubahan gaya hidup juga dapat membawa perubahan pada selera, kebiasaan, dan perilaku pembelian. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), gaya hidup merupakan konsep yang kontemporer, lebih komprehensif, dan lebih berguna daripada kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008), gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Lebih lanjut Kotler dan Amstrong (2008) juga mengatakan bahwa gaya hidup mencerminkan keseluruhan orang tersebut dalam interaksinya dengan lingkungannya. Interaksi seseorang dengan lingkungannya tak lepas dari pengaruh orang-orang dan keadaan di sekitarnya.

Jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan, dan tempat domisili merupakan faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumen di Thailand (Suwanvijit & Promsa-ad 2009). Penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa gaya hidup konsumen terbagi menjadi lima kelompok, yaitu gaya hidup yang berorientasi pada pergaulan, ketergantungan dalam pengambilan keputusan, kesadaran ekonomi, kebutuhan, dan kesempatan. Individu dengan orientasi gaya hidup yang berbeda juga akan memiliki perilaku pembelian dan konsumsi yang berbeda.

Gaya hidup setiap individu akan dapat berbeda-beda walaupun berasal dari lingkungan keluarga dan budaya yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

1

(7)

gaya hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor-faktor yang ada dalam dirinya (faktor internal), faktor-faktor lain di luar dirinya (faktor eksternal) pun turut memengaruhi aktivitas, minat, dan pendapatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gaya hidup individu dapat berubah dan menurut Schiffman dan Kanuk (2004), berubahnya gaya hidup memainkan peran utama dalam menentukan manfaat produk yang penting bagi konsumen. Pada periode dewasa, individu akan menetapkan gaya hidup yang dijalaninya (Turner & Helms 1986).

Salah satu kelompok usia dalam masa perkembangan adalah periode remaja dan dewasa muda. Periode remaja adalah saat-saat seseorang akan mencari identitas dirinya. Pada periode berikutnya, yaitu dewasa muda, individu sudah terlepas dari keluarganya atau sudah mengalami tahap launching. Pada periode ini juga individu akan beradaptasi dengan keadaan dan lingkungan yang baru. Kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari lingkungan sebelumnya akan memengaruhi perilakunya sehari-hari yang kemudian membentuk gaya hidupnya.

Dewasa muda juga dikatakan sebagai periode seseorang untuk bekerja dan berprestasi baik fisik, mental, maupun intelektual secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan gizi yang tepat dan cukup untuk dapat beraktivitas sesuai dengan tugas perkembangannya. Idealnya, pada periode ini telah terbentuk ideal eating habits dan ideal body weight pada masing-masing diri individu. Individu-individu yang berada pada tahap usia dewasa muda memiliki aktivitas yang tinggi sehingga asupan makanan yang dibutuhkannya pun berbeda. Sementara itu, pada periode remaja gangguan-gangguan psikologis akibat gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, seringkali muncul.

Kebiasaan makan pada periode remaja dan dewasa muda ini penting untuk diperhatikan karena akan memengaruhi keoptimalan fungsi sistem organ selama proses penuaan. Gaya hidup serta perilaku yang tidak mendukung konsumsi makanan yang sehat dan bergizi menyebabkan individu kurang mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Gaya hidup memengaruhi kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang dan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989).

(8)

remaja khususnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut mengalami kegemukan. Penelitian Hurlock (1997) juga menunjukan bahwa remaja suka sekali jajan makanan ringan, terutama kue-kue yang manis. Sementara itu golongan sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin dan mineral tidak populer dikalangan remaja. Remaja memliki tingkat konsumsi yang rendah terhadap sayur dan buah-buahan (Sop et al. 2010). Remaja seharusnya memiliki kebiasaan makan yang baik agar status gizinya juga baik (Suhardjo 1989). Selain itu kebiasaan makan yang terbentuk saat di akhir periode remaja juga akan memengaruhi kebiasaan makan seseorang saat dewasa, karena kebiasaan makan terbentuk sejak dini dan akan terbawa sampai waktu yang akan datang.

Hasil penelitian Jelinic, Nola, dan Matanic (2008) menyebutkan bahwa tinggal sendiri atau indekos membuat mahasiswa lebih tidak terbiasa untuk melakukan kebiasaan sarapan. Selain itu, mahasiswa yang tidak tinggal di rumah juga lebih terbiasa untuk makan di kantin, sedangkan mahasiswa yang tinggal di rumah lebih terbiasa untuk mengonsumsi makanan yang sudah disediakan dirumah. Sarapan merupakan kebiasaan yang paling sering dilewatkan mahasiswa, dibandingkan dengan kebiasaan makan siang dan makan malam (Phujiyanti 2004). Penelitian Mustopa (2003) juga menemukan bahwa overweight lebih banyak terjadi pada mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, sedangkan tubuh yang kurus lebih banyak dimiliki oleh mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas, gaya hidup dan kebiasaan makan mahasiswa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa.

Perumusan Masalah

(9)

Salah satu contoh, karena aktivitas yang seringkali dimulai sejak pagi hari, banyak mahasiswa yang tidak membiasakan diri untuk makan pagi. Padahal makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja (Soekirman & Atmawikarta 2011). Aktivitas yang tinggi juga membuat mahasiswa hanya memiliki sedikit waktu untuk membuat perencanaan menu atau menyiapkan makanan sendiri sehingga lebih sering mengonsumsi makanan yang telah diolah.

Selain itu, saat ini makanan yang dijual di sekitar lingkungan para mahasiswa pun semakin beragam. Baik makanan pokok maupun makanan jajanan diolah dan dikemas semenarik mungkin agar mendapat perhatian lebih. Hal ini akan memengaruhi kebiasaan makan para mahasiswa. Makanan yang dapat langsung dikonsumsi tersebut membuat mahasiswa semakin memilih untuk makan di luar daripada di rumah atau indekos. Tidak jarang, makanan yang dipilih untuk diolah sendiri pun adalah makanan instan atau menggunakan bumbu yang siap pakai. Mie instan adalah salah satu contoh makanan favorit bagi para mahasiswa yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah makanannya sendiri ataupun bagi mahasiswa yang memiliki uang saku dengan jumlah terbatas. Selain dapat dimasak dengan cepat, harganya yang murah, serta mudah diperoleh, mie instan juga dianggap dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat yang diperlukan tubuh. Tingkat kesehatan dan kebutuhan gizi seringkali tidak menjadi perhatian utama dalam mengonsumsi makanan. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah waktu yang tersedia untuk makan dan keterbatasan ekonomi. Berdasarkan hal-hal tersebut, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gaya hidup mahasiswa? 2. Bagaimana kebiasaan makan mahasiswa?

3. Bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup mahasiswa?

4. Bagaimana pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

(10)

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gaya hidup mahasiswa. 2. Mengidentifikasi kebiasaan makan mahasiswa.

3. Menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup mahasiswa.

4. Menganalisis pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah: 1. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan yang selama ini diperoleh untuk menganalisis gaya hidup konsumen.

2. Konsumen

Mahasiswa sebagai konsumen diharapkan dapat memilih gaya hidup dan kebiasaan makan yang lebih baik lagi setelah mendapatkan informasi dari penelitian ini.

3. Institusi

Pihak institusi terkait dapat menggunakan penelitian ini sebagai informasi mengenai gaya hidup dan kebiasaan makan mahasiswa.

4. Ilmu pengetahuan

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Gaya Hidup

Gaya Hidup dalam Kajian Perilaku Konsumen

Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut yang dipengaruhi perbedaan individu, proses psikologis dan pengaruh lingkungan. Perilaku konsumen ini dapat dilhat dan diamati karena merupakan proses pengulangan yang terjadi dan membentuk pola tersendiri. Selain itu, Sumarwan (2004) juga mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan barang atau jasa.

Proses pengambilan keputusan konsumen juga dipengaruhi berbagai faktor. Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor kultural meliputi budaya, subbudaya, dan kelas sosial. Lalu faktor sosial meliputi kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Selanjutnya faktor pribadi terdiri dari usia dan tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. Sedangkan di dalam faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, kepercayaan, dan sikap (Kotler & Amstrong 2008). Gaya hidup termasuk dalam faktor pribadi yang memengaruhi pembelian konsumen sehingga individu-individu yang memiliki gaya hidup yang berbeda akan memiliki proses pengambilan keputusan yang berbeda. Gambar 1 memerlihatkan karakteristik yang memengaruhi perilaku konsumen.

Gambar 1 Karakteristik yang memengaruhi perilaku konsumen Sumber: Kotler dan Amstrong (2008)

Kultural

- kultural - sub kultur - kelas sosial

Sosial

- kelompok acuan - keluarga - peran & status

Pribadi

- usia & tahap daur hidup

- jabatan

- keadaan ekonomi - gaya hidup - kepribadian - konsep diri

Psikologis

- motivasi - persepsi - belajar - kepercayaan - sikap

(12)

Memahami gaya hidup konsumen akan sangat bermanfaat bagi pemasar. Terdapat empat manfaat yang dapat diperoleh pemasar dari pemahaman gaya hidup konsumen. Pertama, pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasipasar sasaran. Kedua, pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. Ketiga, jika gaya hidup telah diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklan produknya pada media-media yang paling cocok. Keempat, mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar dapat mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka (Sutisna 2001).

Ruang Lingkup Gaya Hidup

Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Kotler (2000) juga mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam tiga hal, yakni cara menggunakan waktunya, sikap, dan pendapatnya mengenai diri dan lingkungannya. Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan gaya hidup sebagai bagaimana orang-orang hidup, menggunakan uangnya, dan mengalokasikan waktu mereka.

Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan orang tersebut dalam interaksinya dengan lingkungannya. Gaya hidup seseorang merangkum sesuatu yang lebih daripada kelas sosial seseorang, kita dapat menduga beberapa hal mengenai perilaku orang tersebut tetapi tidak banyak mengenai kegiatan, minat, dan bakatnya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia (Kotler & Amstrong 2008).

(13)

sekelompok orang dan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989).

Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), gaya hidup biasanya diukur menggunakan teknik psikografik. Teknik ini fokus mengukur kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion) individu yang biasa disebut dengan AIO inventories. Pernyataan AIO (activities, interest, opinion) di dalam AIO inventories dapat bersifat umum atau spesifik. Dalam melakukan pengukuran AIO inventories konsumen ditanya apakah mereka sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, atau sangat tidak setuju (Engel, Blackwell, dan Miniard 1994). Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup

Activities (Kegiatan) Interest (Minat) Opinion (Opini) Demografi Kerja Hobi Peristiwa sosial Liburan Hiburan Keanggotaan klub Komunitas Berbelanja Olahraga Keluarga Rumah Pekerjaan Komunitas Rekreasi Mode Makanan Media Prestasi

Diri mereka sendiri Isu sosial Politik Bisnis Ekonomi Pendidikan Produk Masa depan Budaya Usia Pendidikan Pendapatan Pekerjaan Ukuran keluarga Tempat tinggal Geografi Ukuran kota

Tahap di dalam siklus kehidupan

Sumber: Plummer (1974) dalam Engel, Blackwell, dan Miniard (1994)

Gaya Hidup dan Faktor-faktor Pembentuknya

Orang menggunakan konsep seperti gaya hidup untuk menganalisis peristiwa yang terjadi di sekitar diri mereka serta untuk menafsirkan dan meramalkan suatu peristiwa. Orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. (Engel, Blackwell, dan Miniard 1994, Kotler 1985).

Faktor internal dan eksternal individu memengaruhi gaya hidup. Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, karakteristik demografi, subbudaya, kelas sosial, kelompok acuan, keluarga, motivasi, emosi, dan kepribadian. Lalu menurut hasil penelitian Suwanvijit dan Promsa-ad (2009) yang dilakukan di Thailand, ditemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, agama, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga.

(14)

hasil pengaruh beragam variabel bebas yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga. Faktor-faktor yang merupakan masukan (input) bagi terbentuknya suatu gaya hidup adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup (kota atau desa), susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan atau agama, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan, sistem distribusi, dan banyak hal lagi faktor sosiopolitik yang bersangkutan.

Kebiasaan Makan

Ruang Lingkup Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan ialah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan dalam kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok (Khumaidi 1988). Kebutuhan makan tidak hanya bermanfaat untuk menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Suhardjo (1989) mendefinisikan perilaku makan sebagai cara individu memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial, dan budaya.

Khumaidi (1988) juga menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah rakitan-rakitan dari bermacam-macam segi yang bersifat multidimensional. Kebiasaan makan adalah berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan, dan bagaimana makanan siap di atas meja untuk disantap. Cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial juga disebut kebiasaan makan (Suhardjo et al. 1998).

(15)

sering dilakukan sebab pada umumnya aktivitas sejak pagi membuat individu merasa lapar sehingga selera makan sangat tinggi. Makan malam artinya makan pada waktu malam dengan tujuan untuk mempersiapkan terjadinya proses pembakaran untuk menghasilkan energi yang diperlukan pada saat tidur. Karena dalam keadaan tidur energi tersebut dipergunakan untuk menggerakan paru-paru, jantung, serta organ tubuh lainnya. Selain itu, terdapat juga kebiasaan makan camilan, yaitu masakan yang dimakan sepanjang hari tidak terbatas pada waktu, tempat, dan jumlah yang dimakan. Tujuannya ialah untuk pengurangan rasa lapar walaupun tidak mutlak, menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk-pauknya, serta sebagai hiburan (Moertjipto, Rumijah, & Astuti 1993).

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Soekirman & Atmawikarta 2011). Konsumsi makan yang baik haruslah beraneka ragam dan terdiri dari sumber karbohidrat, protein (hewani dan nabati), vitamin, dan mineral.

Dalam mengkaji kebiasaan makan, jenis makanan perlu diperhatikan karena untuk memenuhi kebutuhan makanan individu, diperlukan pemenuhan gizi yang seimbang. Makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap individu dalam melakukan kebiasaan makannya. Karena tubuh tidak hanya membutuhkan satu jenis makanan saja. Makanan yang sehat harus mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh. Makanan yang beragam dijamin dapat member manfaat yang lebih besar terhadap kesehatan (Khomsan & Anwar 2008). Pengelompokan jenis makanan ini diantaranya adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan makanan jcamilan.

(16)

memberikan kerugian yang menurutnya sebagai suatu hukuman (Suhardjo 1989). Keadaan (status) kesehatan juga sangat memengaruhi kebiasaan makan. Individu dengan penyakit tertentu biasanya dianjurkan untuk menghindari beberapa jenis makanan (Khumaidi 1988). Keadaan yang bersifat terpaksa ini tidak jarang mengakibatkan menurunnya konsumsi zat gizi.

Kebiasaan Makan dan Faktor-faktor Pembentuknya

Kebiasaan makan mulai terbentuk sejak kecil, saat anak berada dalam lingkungan keluarganya. Akan tetapi perilaku konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Kebiasaan makan ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal antara lain terdiri dari kondisi sosial budaya, gaya hidup, perubahan sosial, faktor ekonomi, dan perubahan teknologi. Setiap individu juga mengalami proses pembelajaran dalam perilaku konsumsi makan. Hal inilah yang menyebabkan kebiasaan makan seseorang dapat berubah karena semakin dewasa seseorang maka faktor-faktor yang memengaruhinya pun semakin banyak dan kompleks.

Menurut Khumaidi (1988), pada dasarnya ada dua faktor yang memengaruhi kebiasaan makan, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Kebiasaan makan individu, kelarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh faktor budaya (cara-cara seseorang berfikir, berperasaan, dan berpandangan tentang makanan), faktor lingkungan sosial (segi kependudukan dengan susunan, strata, dan sifat-sifatnya), faktor lingkungan ekonomi (daya beli, ketersediaan uang), lingkungan ekologi (kondisi tanah, iklim, lingkungan biologi, sistem usaha tani, dan system pasar), faktor ketersediaan bahan makanan (kondisi-kondisi yang bersifat hasil karya manusia), serta faktor pengembangan teknologi.

Kebiasaan Makan dalam Ruang Lingkup Perkembangan Remaja dan Dewasa Muda

(17)

ini. Gangguan makan merupakan masalah yang seringkali terlihat pada individu yang berada pada periode remaja. Gangguan makan adalah suatu hal yang kompleks, melibatkan keturunan genetis, faktor fisiologis, kognitif, dan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan Tiga gangguan makan yang paling menonjol adalah anoreksia nervosa, bulimia, dan obesitas (Santrock 2003).

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan karenan adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dengan cara melaparkan diri. Anoreksia nervosa terutama terjadi pada perempuan selama masa remaja dan masa dewasa awal. Mereka terus membuat diri mereka kelaparan dan jumlah lemak di dalam tubuh terus menurun sampai batas minimum, sehingga pada kondisi ini menstruasi biasanya terhenti. Bulimia merupakan pola makan berlebihan dan memuntahkannya kembali secara teratur. Faktor-faktor sosial, psikologis, dan fisiologis diyakini menjadi penyebab gangguan makan ini. Penderita bulimia terus makan dalam jumlah yang banyak dan kemudian mengeluarkan dengan memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Pada umumnya penderita bulimia adalah perempuan. Penderita anoreksia dapat mengendalikan diri dalam hal makan, sedangkan bulimia tidak. Depresi adalah karakteristik yang umum dari penderita bulimia (Santrock 2003).

(18)
(19)

KERANGKA PEMIKIRAN

Gaya hidup merupakan aktivitas, minat, dan pendapat individu dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya gaya hidup seorang individu, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Fakor internal yang memengaruhi gaya hidup berasal dari karakteristik individu itu sendiri, yaitu usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, suku bangsa, pendidikan, pendapatan, dan agama. Sementara itu karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan adalah faktor eksternal yang diteliti dalam penelitian ini. Karakteristik keluarga yang diteliti meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga.

Teori psikografik merupakan konsep yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Aktivitas, minat, dan opini seorang individu dilihat untuk menentukan gaya hidupnya. Selanjutnya gaya hidup tersebut akan memengaruhi kebiasaan makan karena diduga aktivitas, minat, dan opini seseorang akan memengaruhi frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat individu mengonsumsi makanannya; pertimbangan dalam memillih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi individu berdasarkan kelompok makanan. Individu dengan gaya hidup yang berbeda juga diduga memiliki kebiasaan makan yang berbeda pula. Selain gaya hidup, faktor internal dan eksternal juga diduga akan memengaruhi kebiasaan makan. Secara lengkap kerangka pemikiran pengaruh

(20)

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian “pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa”

Faktor Internal - usia

- jenis kelamin - urutan kelahiran - lama kuliah - suku bangsa - agama - uang saku

Faktor Eksternal - karakteristik keluarga - pola asuh makan - kelompok rujukan

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini

Kebiasaan Makan - Frekuensi makan

- Kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan - Tempat makan

- Makanan pantangan

- Pertimbangan dalam memilih makanan - Cara memperoleh makanan

(21)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada kurun waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor (IPB) dipilih secara purposive sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan kampus yang memiliki mahasiswa terbanyak di Bogor. Pengambilan data berlangsung sejak akhir bulan September hingga akhir bulan Oktober 2011.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mayor minor IPB Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari mahasiswa semester tiga, lima, dan tujuh. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) terpilih sebagai tempat dilakukannya penelitian dengan pengambilan contoh secara acak fakultas yang ada di IPB. Selanjutnya empat departemen di FMIPA terpilih secara acak dari delapan departemen yang ada dan terpilihlah Departemen Statistik, Biologi, Fisika, dan Biokimia.

Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin seperti berikut (Umar 2000):

keterangan:

n = jumlah contoh yang diambil N = jumlah populasi

e = taraf nyata 0,09

Perhitungan menggunakan rumus Slovin tersebut menghasilkan jumlah mahasiswa yang menjadi contoh penelitian minimal sebesar 117 orang. Namun dalam penelitian ini mahasiswa yang dilibatkan sebagai contoh penelitian berjumlah 120 orang. Selanjutnya, pengambilan contoh dilakukan melalui metode cluster random sampling dengan proporsi 30 contoh pada setiap departemen yang terpilih. Contoh selanjutnya akan disebut dengan mahasiswa. Skema pengambilan contoh pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

(22)

Gambar 3. Skema cara penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dari variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal contoh dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, urutan dalam keluarga, departemen, fakultas, lama kuliah, asal daerah, suku bangsa, uang saku, dan sumber uang saku. Seluruh faktor internal ini ditanyakan dalam bentuk pertanyaan terbuka, sehingga contoh dapat mengisi langsung sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal contoh dalam penellitian ini adalah karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan. Karakteristik keluarga yang dilihat adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Seperti halnya faktor internal, karakteristik keluarga juga ditanyakan pada contoh melalui pertanyaan terbuka.

Pola asuh makan diukur melalui 15 pertanyaan yang berkaitan dengan kebiasaan makan yang dilakukan ketika contoh berada di lingkungan keluarga. Instrumen ini memiliki empat pilihan jawaban, yaitu tidak pernah (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2) dan selalu (skor 3). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa intrumen pola asuh makan ini sudah dapat dikatakan reliabel dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,678.

Kelompok acuan diukur melalui sepuluh pernyataan terkait dengan proses konsumsi contoh. Contoh diminta memilih kelompok acuan yang

IPB ( 12.832 orang )

FMIPA (1938 orang)

Statistika (278 orang)

Biologi (365 orang)

Fisika (202 orang)

Biokimia 263 orang)

n=30 n=30 n=30 n=30

acak sederhana

acak sederhana

(23)

paling dijadikan referensi pada setiap pernyataan yang diajukan. Contoh juga boleh memilih lebih dari satu kelompok acuan dalam setiap pernyataan. 3. Gaya hidup

Gaya hidup contoh diukur menggunakan konsep psikografik, berhubungan dengan sifat atau ciri pribadi (psyco) dan profil (graphics). Pengukuran ini mengacu pada pengukuran kegiatan, minat, dan opini (Activities, Interest, dan Opinion) yang biasa disebut dengan AIOinventories (Engel, Blackwell, dan Miniard 1994). Instrumen yang digunakan merupakan hasil pengembangan peneliti dari Mowen dan Minor (1998). Terdapat 44 pernyataan untuk mengukur gaya hidup ini yang terdiri dari 15 pernyataan untuk activities, 14 pernyataan untuk interest, dan 15 pernyataan untuk opinion. Jawaban untuk pernyataan dalam instrumen ini terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), cukup setuju (CS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Skor yang diberikan untuk masing-masing pilihan jawaban adalah satu untuk jawaban sangat tidak setuju, dua untuk jawaban tidak setuju, tiga untuk jawaban cukup setuju, empat untuk jawaban setuju, dan lima untuk jawaban sangat setuju. Nilai cronbach alpha sebesar 0,623 diperoleh setelah dilakukan uji reliabilitas. 4. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan yang diukur dalam penelitian ini adalah frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat individu mengonsumsi makanannya; pertimbangan dalam memillih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi individu berdasarkan kelompok makanan. Variabel-variabel tersebut dikur dengan cara yang berbeda-beda.

Contoh diberi empat pilihan dalam menjawab frekuensi makan dalam sehari. Pilihan tersebut adalah satu kali, dua kali, tiga kali, atau yang lainnya. Pilihan lainnya diisi oleh contoh yang memiliki frekuensi makan yang tidak tentu dalam sehari. Contoh juga diminta menyebutkan alasan sesuai dengan frekuensi makannya dalam sehari.

(24)

kebiasaan makannya sesuai waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan) beserta alasannya.

Pertimbangan dalam memilih makanan diukur melalui sepuluh komponen. Pilihan jawaban untuk pertimbangan memilih makanan ini terdiri dari tidak pernah (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2), dan selalu (skor 3). Nilai cronbach alpha sebesar 0,684 diperoleh setelah dilakukan uji reliabilitas.

Cara memperoleh makanan terbagi menjadi tiga, yaitu memasak sendiri, masakan dari rumah, dan membeli matang. Jawaban untuk cara memperoleh makanan terdiri dari tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Contoh juga diminta menuliskan alasan terkait cara memperoleh makanannya.

Frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan dilihat berdasarkan kelompok makanan pokok, sayur-mayur, lauk-pauk, buah, dan makanan camilan. Frekuensi yang dapat dipilih oleh contoh, yaitu tidak pernah (skor 0), kurang dari satu kali seminggu (skor 1), kurang dari tiga kali seminggu (skor 10), tiga kali seminggu (skor 15), satu kali sehari (skor 25), dan lebih dari satu kali sehari (skor 50).

Data sekunder diperoleh dari direktorat Administrasi dan Pendidikan mengenai data jumlah mahasiswa IPB dan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) contoh. Selain itu, digunakan juga literatur-literatur berupa buku, artikel, jurnal, internet, yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya. Jenis variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis variabel yang dikumpulkan

Variabel

Jenis data mentah

Dasar pengkategorian Pengkategorian

Faktor Internal Contoh

Usia Rasio Papalia, Olds, dan Feldman (2008)

Remaja (13-19 th) Dewasa muda (18-40 th)

Jenis kelamin Nominal - [0] Laki-laki [1] Perempuan

Urutan

kelahiran Ordinal

Data yang diperoleh merupakan urutan anak dalam keluarga, kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori.

Anak sulung Anak bungsu

Anak tunggal atau berada diantara anak sulung dan bungsu

Lama kuliah Rasio

Lama kuliah contoh diukur berdasarkan bulan dan dihitung sejak awal kuliah contoh hingga penelitian ini dilakukan.

(25)

Variabel

Jenis data mentah

Dasar pengkategorian Pengkategorian

Suku bangsa

Nominal -

[1] Sunda [2] Jawa [3] Betawi [4] Batak [5] Minang [6] Melayu [7] Bali [8] Bima/Sasak/Rote [8] Bugis/Gorontalo [9] Lainnya

Uang saku Rasio

Data mentah jumlah uang saku berbentuk data rasio yang selanjutnya dikategorikan berdasarkan kelas interval dari rata-rata uang saku contoh.

[1] ≤Rp500.000,00 [2]

Rp500.001,00-Rp1.000.000,00 [3] ≥Rp1.000.001,00

Sumber uang

saku Nominal -

[1] Orang tua [2] Saudara [3] Beasiswa [4] Bekerja

[5] Orang tua dan lainnya [6] Beasiswa dan lainnya Faktor Eksternal Contoh

Usia orang tua Rasio Papalia, Olds, dan Feldman (2008)

Dewasa muda (20-40) Dewasa madya (41-65) Dewasa lanjut (>65)

Pendidikan

orang tua Ordinal -

[1] Tidak tamat SD [2] SD [3] SMP [4] SMA [5] Diploma/Akademi [6] S1/S2/S3 Pekerjaan

orang tua Nominal -

[1] Tidak bekerja [2] PNS

[3] Pegawai swasta [4] Wirausaha [5] Guru/dosen [6] TNI/ POLRI [7] Pedagang/buruh [8] Pensiunan [9] Lainnya

Pendapatan

orang tua Rasio

Data mentah jumlah pendapatan ayah dan ibu berbentuk data rasio yang kemudian dijumlahkan sehingga menjadi pundapatan keluarga. Selanjutnya, pendapatan orang tua dikategorikan berdasarkan kelas interval dari rata-rata pendapatan orang tua contoh.

[0] tidak memiliki pendapatan [1] ≤ Rp2.900.000,00 [2] Rp2.900.001,00-Rp5.800.000,00 [3] Rp5.800.001,00-Rp8.700.000,00 [4] Rp8.700.001,00-Rp11.600.000,00 [5] ≥ Rp11.600.001,00

Besar keluarga Rasio BKKBN (1980)

(26)

Variabel

Jenis data mentah

Dasar pengkategorian Pengkategorian

Kelompok acuan

Nominal -

[1] Teman [2] Keluarga

[3] Iklan atau selebriti [4] Televisi

[5] Internet [6] Media cetak

[7] Ahli kesehatan/dosen [8] Lainnya

Pola asuh

makan Ordinal Ulfah dan Latifah (2007)

[1] Kurang (<60%) [2] Sedang (60-80%) [3] Baik (>80%) Gaya Hidup

Gaya hidup Ordinal

Gaya hidup contoh diperoleh dari hasil pengelompokan dari hasil uji analisis cluster yang kemudian diberi nama sesuai dengan cirri-ciri setiap cluster yang terbentuk.

[1] Gaya hidup berorientasi pendidikan

[2] Gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan

Kebiasaan Makan Contoh

Frekuensi makan Rasio - tidak tentu 1 kali 2 kali 3 kali Kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan

Nominal - [1] Ya, rutin dilakukan

[0] Tidak rutin dilakukan

Tempat makan Nominal -

[1] Rumah

[2] Indekos/kontrakan [3] Kantin/warung makan [4] Asrama

Pertimbangan dalam memilih makanan

Ordinal -

Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Selalu

Makanan

pantangan Nominal -

Agama Kesehatan Adat Cara memperoleh makanan

Nominal -

Memasak sendiri Makanan dari rumah Membeli makanan matang

Frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan

Rasio Suhardjo (1989)

(27)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses mengedit, mengodekan, memasukkan ke dalam program, dan menganalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Exel dan SPSS. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, uji reliabilitas, analisis cluster dan uji regresi logistik.

Analisis deskriptif yang digunakan meliputi frekuensi distribusi, ukuran sebaran serta grafik dan tabulasi silang. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal contoh (usia, jenis kelamin, urutan kelahiran dalam keluarga, lama kuliah, asal daerah, suku bangsa, uang saku, dan sumber uang saku), faktor eksternall contoh (karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan), dan kebiasaan makan contoh (frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat makan; pertimbangan dalam memilih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan).

Gaya hidup contoh dianalisis menggunakan analisis cluster yang bertujuan untuk mengklasifikasikan objek-objek menjadi beberapa gerombol berdasarkan ukuran kemiripan atau ciri-ciri umum antar objek, sehingga objek-objek yang berada dalam gerombol yang sama memiliki kemiripan yang lebih besar dibandingkan dengan objek pada gerombol yang berbeda. Analisis cluster yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-Mean Cluster, yaitu analisis statistik yang berguna untuk mengelompokan sejumlah objek ke dalam jumlah kelompok yang sudah ditentukan terlebih dahulu (Santoso 2010). Analisis ini sangat efektif dan efisien jika digunakan untuk mengelompokkan objek yang berjumlah besar. K-Mean Cluster ini digunakan untuk objek yang berjumlah lebih dari 100 (Suseno 2009).

(28)

hidup dan lima model untuk kebiasaan makan. Model regresi untuk pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap gaya hidup memiliki variabel independen (xi) yang tetap dengan variabel dependen (y) yang tidak sama. Variabel dependen tersebut (y) adalah 1= gaya hidup berorientasi pendidikan , 0= gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan

Keterangan:

p = Peluang untuk gaya hidup α = Konstanta

1-5 = Koefisien regresi X1 = Usia (th)

X2 = Jumlah uang saku (Rp) X3 = Usia ibu (th)

X4 = Jumlah anggota keluarga (org) X5 = Pola asuh makan (skor %) X6 = Kelompok acuan teman (skor) X7 = Kelompok acuan televisi (skor)

γ

1-3 = Koefisien dummy

D1 = Jenis kelamin (1= perempuan , 0=laki-laki) D2 = Suku bangsa (1= Jawa , 0= lainnya)

D3 = Pekerjaan ibu (1= bekerja , 0= tidak bekerja)

ε = Error

Model regresi untuk kebiasaan makan juga memiliki variabel independen (xi) yang tetap dengan variabel dependent (yi) yang tidak sama. Variabel dependen yang pertama (y1) adalah frekuensi makan yang dilihat dari kebiasaan makan tiga kali sehari (1= makan tiga kali sehari, 0= tidak makan tiga kali sehari). Variabel dependen kedua (y2) adalah kebiasaan sarapan (1= rutin sarapan/ hampir setiap hari sarapan, 0= tidak rutin sarapan). Variabel ketiga (y3) adalah kebiasaan makan siang (1= rutin makan siang, 0= tidak rutin makan siang). Variabel keempat (y4) adalah kebiasaan makan malam (1= rutin makan malam, 0= tidak rutin makan malam). Variabel terakhir (y5) adalah kebiasaan makan camilan (1= rutin makan camilan, 0= tidak rutin makan camilan).

= α + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6+ 7X7 +

γ

1

D

1+

γ

2

D

2

+

γ

3

D

3 + ε
(29)

Keterangan:

p = Peluang untuk kebiasaan makan α = Konstanta

β1-5 = Koefisien regresi X1 = Usia (th)

X2 = Jumlah uang saku (Rp) X3 = Usia ayah (th)

X4 = Pola asuh makan (skor %) X5 = Kelompok acuan teman (skor) X6 = Kelompok acuan keluarga (skor)

γ

1-3 = Koefisien dummy

D1 = Jenis kelamin (1= perempuan , 0=laki-laki) D2 = Pekerjaan ibu (1= bekerja , 0= tidak bekerja)

D3 = Gaya hidup (1= gaya hidup berorientasi pendidikan , 0= gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan)

ε = Error

Definisi Operasional

Contoh adalah mahasiswa mayor-minor Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang masih aktif mulai dari semester 3 sampai semester 7 pada tahun ajaran 2011/2012

Faktor internal adalah ciri-ciri yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan anak, departemen, fakultas, lama kuliah, asal daerah, suku bangsa, uang saku, dan sumber uang saku

Usia adalah lama hidup mahasiswa yang dinyatakan dalam tahun.

Lama kuliah adalah lamanya studi yang sudah ditempuh mahasiswa dan dinyatakan dalam bulan.

Urutan anak adalah urutan mahasiswa dalam keluarga, yaitu sebagai anak sulung, bungsu, atau yang lainnya.

Suku bangsa adalah suku bangsa asal mahasiswa.

Uang saku adalah pendapatan yang diperoleh mahasiswa setiap bulan yang terdiri dari uang saku utama dan uang saku tambahan.

(30)

Faktor eksternal adalah ciri-ciri yang berasal dari luar diri mahasiswa yang meliputi karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan.

Karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar keluarga mahasiswa.

Pendidikan orang tua tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa. Tingkat pendidikan ini dikelompokkan mulai dari tidak tamat SD sampai perguruan tinggi.

Pekerjaan orang tua adalah kegiatan atau aktivitas orang tua mahasiswa yang dapat memberikan penghasilan bagi dirinya.

Pendapatan orang tua adalah jumlahuang yang diperoleh oleh orang tua mahasiswa setiap bulan dari pekerjaan yang dilakukannya.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga mahasiswa yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang).

Pola asuh makan adalah pola perilaku makan yang diterapkan atau dibiasakan oleh keluarga mahasiswa ketika mahasiswa berada di lingkungan keluarga.

Kelompok acuan adalah individu, sekelompok individu, atau media yang dipercaya oleh mahasiswa untuk menjadi referensi ketika mahasiswa akan melakukan suatu proses konsumsi. Kelompok acuan ini dapat terdiri dari teman, keluarga, media, dan lain-lain. Gaya hidup adalah kegiatan, minat, dan pendapat mahasiswa dalam kehidupan

sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik.

Kebiasaan makan adalah perilaku berulang-ulang yang meliputi frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan maka camilan; tempat individu mengonsumsi makanannya; pertimbangan dalam memillih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi individu berdasarkan kelompok makanan.

Frekuensi makan adalah jumlah berapa kali mahasiswa makan dalam satu hari.

(31)

Pertimbangan dalam memilih makanan adalah hal-hal yang diperhatikan mahasiswa sebelum mengonsumsi makanan.

Makanan pantangan adalah makanan atau minuman yang tidak dikonsumsi mahasiswa karena alasan, agama, kesehatan, dan adat.

Cara memperoleh makanan adalah cara seseorang untuk mendapatkan makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memasak sendiri, membeli di tempat lain, atau cara lain yang biasanya dilakukan seseorang.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Faktor Internal

Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata usia mahasiswa perempuan (19,7 ± 0,9 tahun) relatif lebih rendah daripada rata-rata usia mahasiswa laki-laki (20,1 tahun ± 1,1 tahun). Usia mahasiswa ini termasuk ke dalam periode remaja dan dewasa muda (Papalia, Old, & Feldman 2008).

Jenis Kelamin. Pada penelitian ini, mahasiswa yang berjenis kelamin

perempuan (58,3%) lebih banyak daripada mahasiswa yang berjenis kelamin

laki-laki (41,7%). Hal ini sejalan dengan data jumlah mahasiswa IPB tahun 2011,

yaitu mahasiswa perempuan (60,2%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (39,8%)

Urutan Kelahiran. Berdasarkan urutan kelahiran, mahasiswa dapat dibedakan menjadi anak sulung, anak bungsu, dan lainnya. Mahasiswa yang termasuk kategori lainnya adalah mahasiswa yang merupakan anak tunggal atau berada pada urutan antara anak sulung dan anak bungsu. Pada penelitian ini, proporsi terbesar mahasiswa ada pada urutan anak sulung, yaitu sebesar 45,8 persen, sedangkan proporsi terkecil berada pada urutan anak bungsu, yaitu sebesar 18,3 persen.

Lama Kuliah. Dilihat dari lama kuliah (bulan), lama kuliah mahasiswa berkisar antara 14-27 bulan. Rata-rata lama kuliah mahasiswa 26,5 bulan dan standar deviasi sebesar 9,8 bulan.

(33)
[image:33.595.93.465.62.509.2]

Gambar 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah

Suku Bangsa. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa berasal dari

berbagai macam suku yang ada di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa

mahasiswa IPB memiliki latar belakang budaya yang sangat beragam. Jumlah

mahasiswa terbanyak dalam penelitian ini berasal dari suku Jawa dan Sunda.

Sekitar empat dari sepuluh mahasiswa berasal dari suku Jawa dan tiga dari sepuluh mahasiswa berasal dari suku Sunda. Suku bangsa lainnya adalah

mahasiswa yang berasal dari suku campuran, seperti Bali-Etnis, Jawa-Sunda,

Jawa-Betawi, Melayu-Sunda, dan lain-lain.

[image:33.595.98.459.498.698.2]
(34)

Agama. Hampir seluruh mahasiswa dalam penelitian ini menganut agama Islam. Selain Islam, agama lain yang dianut oleh mahasiswa adalah Kristen dan Hindu (Gambar 6).

Gambar 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan agama

Uang Saku. Uang saku merupakan sumber pendapatan bagi mahasiswa. Rata-rata uang saku mahasiswa setiap bulannya adalah Rp811.316,67 dengan standar deviasi Rp293.283,29 dan berada pada rentang Rp250.000,00 sampai Rp1.750.000,00. Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa berada pada uang saku yang berkisar pada rentang Rp500.001,00-Rp1.000.000,00 per bulan.

Uang saku mahasiswa terdiri dari uang saku utama dan uang saku tambahan. Rata-rata uang saku utama mahasiswa setiap bulan adalah Rp688.816,67 dengan standar deviasi Rp268.246.03 dan berada pada rentang Rp250.000,00-Rp1.658.000,00. Uang saku tambahan berfungsi menambah uang saku utama mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi tidak semua mahasiswa memiliki uang saku tambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh mahasiswa tidak memiliki uang saku tambahan dan memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan uang saku utama saja. Uang saku tambahan mahasiswa berada pada rentang Rp50.000,00-Rp500.000,00 per bulan. Rata-rata uang saku tambahan mahasiswa adalah Rp253.448,30 dengan standar deviasi Rp123.460,70.

Tabel 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku

Uang saku total (per bulan) n %

≤ Rp500.000 24 20,0

Rp500.001 – Rp1.000.000 77 64,2

≥ Rp1.000.001 19 15,8

(35)

Mahasiswa dalam penelitian ini mendapatkan uang saku dari sumber yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar uang saku utama mahasiswa berasal dari orang tua. Sumber yang lain berasal dari saudara, beasiswa, dan bekerja. Walaupun sebagian besar mahasiswa mendapatkan uang saku utama dari orang tua, ternyata ada satu orang mahasiswa yang mendapatkan uang saku utama dari hasil bekerja (mengajar les).

Sama seperti uang saku utama, uang saku tambahan mahasiswa juga berasal dari berbagai sumber. Sumber uang saku tambahan terbesar adalah beasiswa. Sebanyak dua dari lima mahasiswa dalam penelitian ini mendapatkan uang tambahan dari beasiswa yang diterimanya. Sumber uang saku tambahan mahasiswa yang lain diantaranya adalah orang tua, bekerja, dan saudara. Selain itu, Tabel 4 juga menunjukan bahwa terdapat mahasiswa yang memperoleh uang saku utamanya lebih dari satu sumber, baik untuk uang saku utama maupun uang saku tambahan.

Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber uang saku

Sumber uang saku

Uang saku utama

Uang saku tambahan

n % n %

Orang tua 101 84,2 14 24,1

Saudara 2 1,7 6 10,3

Beasiswa 7 5,8 25 43,1

Bekerja 1 0,8 9 15,5

Orang tua dan lainnya 6 5,0 2 3,4

Beasiswa dan lainnya 3 2,5 2 3,4

Total 120 100,0 58 100,0

Faktor Eksternal

Karakteristik Keluarga. Usia orang tua mahasiswa secara keseluruhan

termasuk dalam kategori dewasa. Berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh

usia ayah maupun ibu mahasiswa termasuk pada kategori dewasa madya. Tidak

ada ibu yang termasuk pada usia dewasa lanjut, sedangkan ada satu orang ayah

mahasiswa termasuk pada kategori dewasa lanjut. Usia ayah mahasiswa berada

pada rentang 44-59 tahun dengan rata-rata 50,1 tahun dan standar deviasi 4,9

tahun. Usia ibu berada pada rentang 39-53 tahun dengan rata-rata 46,5 tahun

dan standar deviasi 4,1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu

(36)

Tabel 5 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua Keterangan: *sebanyak delapan orang ayah mahasiswa telah meninggal dunia

Tingkat pendidikan orang tua yang diukur dalam penelitian ini adalah

tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa.

Pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa adalah perguruan

tinggi (S1/S2/S3) dan tidak ada satu orang pun orang tua mahasiswa yang tidak

menamatkan pendidikannya dari Sekolah Dasar (SD). Proporsi terbesar pendidikan ayah mahasiswa berada pada tingkat perguruan tinggi, sedangkan proporsi terbesar pendidikan ibu mahasiswa berada pada tingkat SMA/sederajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan orang tua mahasiswa dalam penelitian ini sudah relatif baik (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendidikan orang tua

Pekerjaan yang dilakukan orang tua mahasiswa merupakan kegiatan

yang menjadi sumber pendapatan orang tua mahasiswa untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya. Pekerjaan ini beragam jenisnya, mulai dari

pegawai negeri, pegawai swasta, guru, dan pekerjaan lainnya. Pekerjaan ayah

mahasiswa lebih didominasi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai

swasta. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hampir seluruh ayah

mahasiswa memiliki pekerjaan, akan tetapi ada tiga orang ayah mahasiswa tidak

memiliki pekerjaan karena terkendala oleh masalah kesehatan.

Kelompok Usia Orangtua (th) Ayah Ibu

n % n %

Dewasa muda (20-40) 3 2,7 9 7,5

Dewasa madya (41-65) 108 96,4 111 92,5

Dewasa lanjut (>65) 1 0,9 0 0

Total 112* 100,0 120 100,0

Pendidikan Ayah Ibu

n % n %

Tidak tamat SD 0 0 0 0

SD 5 4,5 18 15,0

SMP/sederajat 10 8,9 9 7,5

SMA/sederajat 39 34,8 46 38,3

Diploma/akademi 10 8,9 15 12,5

Perguruan tinggi (S1/S2/S3) 48 42,9 32 26,7

(37)

Berbeda dengan pekerjaan ayah mahasiswa yang didominasi oleh PNS,

pekerjaan ibu mahasiswa lebih didominasi oleh ibu rumah tangga (tidak bekerja).

Pekerjaan lain yang dimiliki oleh ibu mahasiswa diantaranya adalah PNS, guru

[image:37.595.72.488.45.820.2]

atau dosen, dan pegawai swasta. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa ada ibu mahasiswa yang bekerja sebagai dokter/perawat/analis, tetapi tidak ada ibu mahasiswa yang bekerja sebagai TNI/POLRI, pedagang/buruh, dan pensiunan.

Tabel 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan pekerjaan orang tua

Pendapatan orang tua mahasiswa berkisar antara Rp500.000,00 hingga

Rp15.000.000,00. Tetapi ada pula dua keluarga mahasiswa yang sama sekali

tidak memiliki pendapatan. Hal ini dikarenakan oleh ayah mahasiswa yang sudah

meninggal dan ibu mahasiswa yang tidak bekerja. Rata-rata pendapatan orang

tua mahasiswa setiap bulan adalah Rp3.525.432,00 dengan standar deviasi

Rp2.451.786,00. Proporsi terbesar pendapatan orang tua mahasiswa berada

pada rentang kurang dari sama dengan Rp2.900.000,00 per bulan dan hanya

ada satu keluarga mahasiswa yang memiliki pendapatan pada rentang lebih dari Rp11.600.000,00 per bulan (Tabel 8). Pendapatan orang tua tertinggi ini dimiliki oleh mahasiswa dengan ayah yang bekerja sebagai pegawai swasta dan ibu tidak bekerja.

Tabel 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan orang tua

Jenis pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

Tidak bekerja 3 2.7 71 59.2

PNS 29 25,9 21 17.5

Pegawai swasta 25 22.3 8 6.7

Wiraswasta 21 18.8 5 4.2

TNI/POLRI 5 4.5 0 0

Guru/Dosen 10 8.9 10 8.3

Dokter/perawat/analis 0 0 4 3.3

Pedagang/buruh 7 6.2 0 0

Pensiunan 7 6.2 0 0

Lainnya 5 4.5 1 0,8

Total 112 100.0 120 100,0

Pendapatan n %

Tidak memiliki pendapatan 2 1,7

≤ Rp2.900.000 57 47,5

Rp2.900.001 – Rp5.800.000 41 34,2

Rp5.800.001 – Rp8.700.000 16 13,3

Rp8.700.001 – Rp11.600.000 3 2,5

≥ Rp11.600.001 1 0,8

(38)

Rata-rata jumlah anggota keluarga mahasiswa adalah 5 orang dengan

rentang jumlah anggota keluarga sebesar 2-10 orang. Hasil penellitian

menunjukkan bahwa persentase terbesar besar keluarga mahasiswa berada pada kategori keluarga kecil dengan jumlah keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang, sedangkan persentase terkecil besar keluarga mahasiswa berada pada keluarga besar. Keluarga yang termasuk kategori keluarga besar ini memiliki jumlah anak lebih dari 5 orang.

Tabel 9 Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga

Pola Asuh Makan. Pola asuh makan yang dilakukan mahasiswa saat berada di lingkungan keluarganya berbeda-beda (Tabel 10). Sarapan ternyata selalu menjadi hal yang penting bagi sebagian besar keluarga mahasiswa (62,5%). Tidak ada satu orang mahasiswa pun yang tidak pernah dibiasakan sejak dini untuk cuci tangan sebelum makan, meskipun kebiasaan ini ada yang jarang melakukan sampai selalu melakukan. Sebanyak tujuh dari sepuluh mahasiswa lebih memilih makanan yang dimasak di rumah saat mereka sedang berkumpul dengan keluarga di rumah. Hal-hal yang selalu dilakukan mahasiswa saat berada di rumah dengan persentase tertinggi selanjutnya adalah makan tiga kali sehari, makan bersama keluarga, dan berdoa bersama sebelum makan. Walaupun tidak makan mie instan lebih dari tiga kali dalam seminggu sudah dilakukan oleh empat dari sepuluh mahasiswa ketika berada di rumah, akan tetapi mie instan seringkali masih menjadi alternatif pilihan makanan yang disediakan di rumah. Hal ini ditunjukkan dari masih adanya 53,3 persen mahasiswa yang mengaku bahwa tidak tersedianya mie instan di rumah adalah sesuatu yang jarang. Fast food juga masih menjadi makanan yang dipilih oleh mahasiswa dan keluarganya saat makan di luar rumah. Meskipun demikian, sayur dan buah juga menjadi sesuatu yang seringkali tersedia dalam menu makanan keluarga mahasiswa. Sementara itu, hal-hal yang jarang dilakukan oleh mahasiswa dan keluarganya adalah berbicara ketika makan bersama, makan dengan tertib di meja makan, menghindari minuman berwarna/ bersoda, dan tidak makan lebih dari jam 9 malam.

Besar keluarga n %

Kecil (≤4 org) 58 48,3

Sedang (5-7 org) 54 45,0

Besar (≥8 org) 8 6,7

(39)
[image:39.595.50.488.85.784.2]

Tabel 10 Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan pola asuh makan

Pernyataan Selalu Sering Jarang

Tidak

pernah Total

n % n % n % n % n %

Makan teratur 3 kali sehari

ketika berada di rumah. 63 52,5 32 26,7 23 19,2 2 1,7 120 100,0 Terbiasa makan bersama

minimal satu kali dalam sehari dengan keluarga.

48 40,0 32 26,7 35 29,2 5 4,2 120 100,0

Sarapan adalah hal yang

penting dalam keluarga. 75 62,5 29 24,2 13 10,8 3 2,5 120 100,0 Makan dengan tertib di meja

makan bersama keluarga. 19 15,8 28 23,3 50 41,7 23 19,2 120 100,0 Sayur dan buah selalu

tersedia dalam menu makanan keluarga.

36 30,0 58 48,3 25 20,8 1 0.8 120 100,0

Minuman berwarna/ bersoda adalah hal yang dihindari dalam keluarga.

27 22,5 34 28,3 55 45,8 4 3,3 120 100,0

Sudah dibiasakan sejak dini untuk mencuci tangan sebelum makan.

73 60,8 41 34,2 6 5,0 0 0 120 100,0

Tidak ada satupun anggota keluarga yang berbicara ketika makan bersama.

4 3,3 27 22,5 67 55,8 22 18,3 120 100,0

Fast food adalah makanan favorit keluarga ketika makan bersama di luar rumah,

42 35,0 62 51,7 11 9,2 5 4,2 120 100,0

Fast food adalah pilihan makanan pertama keluarga ketika ibu sedang tidak memasak di rumah.

46 38,3 55 45,8 14 11,7 5 4,2 120 100,0

Tidak makan malam lebih dari

jam 9 malam. 27 22,5 40 33,3 44 36,7 9 7,5 120 100,0 Lebih memilih makanan yang

dimasak di rumah daripada membeli masakan matang ketika sedang berkumpul di rumah.

72 60,0 32 26,7 14 11,7 2 1,7 120 100,0

Makanan instan tidak tersedia

di rumah. 10 8,3 19 15,8 64 53,3 27 22,5 120 100,0

Tidak makan mie instan lebih dari 3 bungkus dalam seminggu ketika berada di rumah.

55 45,8 29 24,2 28 23,3 8 6,7 120 100,0

Berdoa bersama sebelum makan saat makan bersama keluarga.

39 32,5 36 30,0 36 30,0 9 7,5 120 100,0

(40)

mahasiswa berada pada kategori kurang. Sementara itu, proporsi terbesar pola asuh makan mahasiswa berada pada kategori sedang.

Gambar 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pola asuh makan

Seperti yang tersaji pada Tabel 11, hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan usia yang berada pada periode remaja memiliki proporsi lebih besar dalam pola asuh makan kurang, sedangkan mahasiswa yang berada pada periode dewasa awal memiliki proporsi lebih besar pada pola asuh makan sedang dan pola asuh makan baik. Berdasarkan jenis kelamin, persentase mahasiswa perempuan lebih tinggi pada pola asuh makan sedang. Sementara itu, mahasiswa laki-laki memiliki persentase lebih tinggi dalam pola asuh kurang dan pola asuh makan baik. Pada hasil pen

Gambar

Gambar 2  Kerangka pemikiran penelitian “pengaruh gaya hidup terhadap
Gambar 3. Skema cara penarikan contoh
Tabel 3 Jenis variabel yang dikumpulkan (Lanjutan)
Tabel 3 Jenis variabel yang dikumpulkan (Lanjutan) 22
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kapulaga merupakan jenis yang mempunyai nilai ekonomi paling tinggi (Rp.40.000/kg) dari semua jenis tanaman bawah... Pemanfaatan lahan bawah masih terbatas pada jenis empon-empon.

Tujuan penulis membuat judul di atas adalah untuk memberikan pemahaman terkait konsep yang digunakan pada perancangan tugas akhir desain interior, yaitu perancangan

Pengaruh penghargaan finansial dan pertimbangan pasar kerja terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir menjadi akuntan publik dapat diketahui dengan

dengan sejumlah aspek organisasional yang dirasakan selama bekerja. Namun demikian, dari 8 aspek yang ada, terdapat 2 aspek yang dipandang sudah memuaskan yaitu

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan Judul Analisis Penerimaan

 Kreativitas sebagai core competence akan membantu perusahaan menciptakan produk, jasa, proses, atau ide yang lebih baik atau lebih baru.... Sekarang ini masih banyak

• Set validasi: 10 sampel independen yang terdiri dari campuran lemak babi dengan minyak goreng sawit dengan konsentrasi di dalam set kalibrasi. Parameter yang dilihat adalah nilai

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK terhadap penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan penegak hukum dalam menyelesaikan tindak pidana korupsi yaitu