• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

Lampiran 1 Pengkategorian variabel penelitian ... 88 Lampiran 2 Menu makanan asrama PP Sahid ... 90 Lampiran 3 Menu makanan asrama PP UQI ... 91 Lampiran 4 Contoh menu makanan asrama yang bisa diterapkan di PP UQI 91 Lampiran 5 Waktu belanja penyelenggaraan makanan PP Sahid ... 92 Lampiran 6 Waktu belanja penyelenggaraan makanan PP UQI ... 92 Lampiran 7 Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja putri ... 93 Lampiran 8 Tingkat ketersediaan makanan asrama PP Sahid dan PP UQI ... 93 Lampiran 9 Nilai signifikansi variabel berdasarkan uji beda Mann-Whitney U 94 Lampiran 10 Nilai signifikansi antar variabel contoh PP Sahid berdasarkan uji

korelasi Spearman ... 95 Lampiran 11 Nilai signifikansi antar variabel contoh PP UQI berdasarkan uji

korelasi Spearman ... 96 Lampiran 12 Nilai signifikansi antar variabel total contoh berdasarkan uji

korelasi Spearman ... 97 Lampiran 13 Foto ... 98

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals

(MDGs) 2015 merupakan cita-cita mulia yang didasari kenyataan bahwa pembangunan yang hakiki adalah pembangunan manusia yang mencakup semua komponen pembangunan dengan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Bappenas 2010). Dalam upaya meningkatkan kulitas sumber daya manusia, remaja sebagai generasi penerus bangsa dan sumber daya pembangunan yang optimal perlu diperhatikan.

Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berperan penting dalam pengembangan sumberdaya manusia (Depkes 2007). Istilah modern dalam dunia pesantren bukan dimaksudkan kepada ajaran agamanya tetapi kepada metode pembelajarannya dan sistem pengelolaannya (Gitosardjono 2006). Model pondok pesantren modern yang memodernisasi metode pembelajaran dan sistem pengelolaannya diharapkan lebih mampu dalam mengembangkan sumber daya manusia (santri).

Umumnya santri yang tinggal di pondok pesantren adalah remaja. Menurut Depkes (2005), masa remaja menjadi masa yang begitu khusus dalam hidup masusia karena pada masa tersebut terjadi awal proses kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pada remaja putri, perubahan itu ditandai dengan mulainya menstruasi. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana banyak terjadi perubahan dalam hal fisik dan psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan kekacauan-kekacauan batin pada remaja, sehingga masa remaja juga sering disebut sebagai masa pancaroba. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya (Depkes 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya meningkatkan kesehatan dan status gizi.

Status gizi yang baik diusia remaja sangat diperlukan terutama untuk remaja putri agar dimasa kehamilannya nanti sehat dan pertambahan berat badannya adekuat, tetapi hal itu seringkali diabaikan guna menjaga penampilannya dan bentuk tubuh (Arisman 2010). Seorang remaja putri dengan status gizi kurang, berisiko terjadinya keadaan Kurang Energi Kronik (KEK)

sehingga memberikan kontribusi kurang baik terhadap kenaikan berat badan selama hamil. Ibu yang mempunyai riwayat kekurangan berat badan cenderung melahirkan lebih cepat (premature) serta berisiko bagi kelangsungan hidup ibu dan bayinya (Moore 1997 diacu dalam Yuliansyah 2007).

Menurut Smith & Haddad (2000) diacu dalam Riyadi (2001) bahwa faktor (determinan) langsung yang mempengaruhi status gizi adalah konsumsi makanan dan status kesehatan. Jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan (internal dan eksternal), pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan (Hardinsyah & Martianto 1989). Lain halnya dengan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan dan hiburan, manusia hanya membutuhkan asupan pangan dalam jumlah yang terbatas atau secukupnya. Kelebihan atau kekurangan asupan pangan akan berdampak negatif pada status gizi.

Peningkatan kebutuhan gizi pada remaja terjadi akibat pertumbuhan cepat jaringan baru dan perubahan-perubahan perkembangan tertentu. Sebagai contoh, kebutuhan kalsium (Ca) meningkat sekitar 50% pada masa remaja (Riyadi 2001). Menurut The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) (1997) di Amerika Serikat hanya 19 % anak perempuan usia 9-19 tahun yang memenuhi rekomendasi kalsium hariannya (Tucker et al.

2002). Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian Fikawati et al. (2005) pada sampel penelitian siswi kelas 1 dan kelas 2 di 13 SMUN di Kota Bandung menunjukan bahwa konsumsi kalsium pada remaja perempuan dengan suplemen kalsium hanya 52,5% AKG dan bila tanpa suplemen kalsium hanya 48,9% AKG. Kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa muda. Kekurangan kalsium selagi muda merupakan penyebab osteoporosis di usia lanjut, dan keadaan ini tidak dapat ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi zat ini ketika (tanda) penyakit ini tampak (Arisman 2010).

Peningkatan kebutuhan besi (Fe) untuk pengembangan massa sel darah merah dan mioglobin pada masa remaja penting untuk pertambahan jaringan otot baru, remaja putri membutuhkan besi yang lebih banyak (sampai 15%) untuk mengkompensasi kehilangan darah akibat menstruasi (Riyadi 2001). Di negara yang sedang berkembang, sekitar 26% remaja putri menderita anemia. Dampak anemia pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar/

prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi (Arisman 2010).

Subandriyo (1993) menjelaskan bahwa masalah kesehatan merupakan gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam ukuran tingkat kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Morbiditas lebih mencerminkan keadaan kesehatan sesungguhnya. Morbiditas berhubungan erat dengan berbagai faktor lingkungan, seperti perumahan, air minum dan kebersihan. Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi saluran pencernaan (Supariasa et al.

2002). Status kesehatan seseorang juga dapat dilihat dari kapan terakhir kalinya sakit. Remaja yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan karena akan berpengaruh pada merosotnya nafsu makan, keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi yang langsung berpengaruh pada status gizi (Fatimah 2002). Menurut Roedjito (1989) bahwa infeksi berbagai penyakit akan memperburuk tingkat keadaan gizi karena zat gizi yang didapat dari makanan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

Usia santri putri yang berada di pondok pesantren yang umumnya adalah remaja, merupakan sumber daya yang berpotensi besar bagi pembangunan suatu bangsa. Jika ternyata kualitas sebagian generasi mudanya buruk, maka apa yang dapat diperbuat generasi tersebut untuk negaranya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin melihat bagaimana hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di Kabupaten Bogor.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di Kabupaten Bogor, yaitu di Pondok Pesantren Modern Sahid (PP Sahid) dan Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (PP UQI).

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proses penyelenggaraan makanan di PP Sahid dan PP UQI 2. Mengetahui konsumsi energi dan zat gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI

3. Menilai tingkat kecukupan konsumsi energi dan zat gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI

4. Menilai status gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI

5. Menilai status kesehatan santri putri di PP Sahid dan PP UQI

6. Mengetahui kondisi lingkungan pemondokan santri putri di PP Sahid dan PP UQI

7. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan konsumsi dengan status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di Kabupaten Bogor

2. Terdapat hubungan antara status kesehatan dengan status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di Kabupaten Bogor

Kegunaan

Data hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi pihak pondok pesantren mengenai status gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk keperluan penelitian yang lebih mendalam dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam program perbaikan gizi pondok pesantren.

Dokumen terkait