• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achadi EL. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Adila R. 2012. Penyelenggaraan makanan, daya terima menu makanan, dan kontribusinya terhadap kecukupan gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Atmodjo SM. 1993. Pengantar kesehatan lingkungan untuk bidang gizi masyarakat. Di dalam: Rustiawan A, Atmodjo SM, Subandriyo VU, Effendi YH. Ilmu Kesehatan Masyarakat [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Laporan

Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. Jakarta: Bappenas RI.

Berg A. 1986. Gizi dalam Pembangunan Nasional. Diterjemahkan oleh Sayogyo. Jakarta: Rajawali Pers.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics). Jakarta : BPS.

[CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2000. CDC growth charts. http://www.cdc.gov/growthcharts/cdc_charts.htm. [5 Agustus 2011]. Dahlan S. 2008. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Davis AN, Scoular FI. 1956. The energi value of self-selected diets consumed by young college women. Journal of Nutrition (61): 289-294.

[Depag] Departemen Agama RI. 2003. Pola Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Depag RI. ______. 2009. Daftar Jumlah Santri dan Nama Kyai Tahun 2008/2009. Jakarta:

Depag RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Pengelolaan Makanan bagi

Pekerja. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat,

Depkes RI.

______. 1996. Laporan Akhir Konsumsi Gizi. Jakarta: Depkes RI.

______. 2001. Kursus Penyehatan Makanan bagi Pengusaha Makanan dan

Minuman [modul]. Kerjasama Depkes RI dengan Yayasan Pelayanan

Sanitasi Lingkungan Nasional (PESAN). Jakarta: Yayasan PESAN. ______. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

______. 2005. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga, Depkes RI.

______. 2007. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan

Pesantren. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,

Depkes RI.

Dewi AH. 2012. Hubungan pengetahuan gizi serta tingkat konsumsi terhadap status gizi santri putri di dua pesantren modern di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Entjang I. 1985. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alumni.

Fatimah S. 2002. Status gizi dan perilaku hidup sehat santri putri di Pondok Pesantren Assyiddiqyah Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB. Fikawati S, Syafiq A, Puspasari P. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

asupan kalsium pada remaja di Kota Bandung. Jurnal Universa Medica

(24): 24-34.

Fitriyani Y. 2008. Kondisi lingkungan, perilaku hidup sehat dan status kesehatan keluarga wanita pemetik teh di PTPN VII Pangalengan, Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. 2008. Gizi Kesehatan

Masyarakat. Diterjemahkan olah Hartono. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Public Health Nutrition.

Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assesment. New York: Oxford University Press.

Gitosardjono SS. 2006. Pengelolaan dan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Modern Sahid dan Usaha Sejahtera Terpadu Padepokan Sahid Wisata

Gunung Menyan. Bogor: Yayasan Kesejahteraan, Pendidikan dan Sosial

Sahid Jaya.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Hardinsyah, Martianto D. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta

Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Diterjemahkan oleh Suharjo. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Food, Nutrition, and Agriculture.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI.

Lamsidi A. 2003. Hubungan kondisi kesehatan lingkungan pemondokan dengan kejadian ispa di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Semarang: Pascasarjana, UNDIP.

Maesaroh. 2007. Tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi dan hubungannya dengan kadar Hb pada santri remaja putri [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran, UNDIP.

Maftukha E. 2006. Pengelolaan pesantren dalam perspektif manajemen modern (studi kasus di Pondok Pesantren Muhammadiyah Miftakhul ‘Ulum Pekajangan Pekalongan) [skripsi]. Pekalongan: Jurusan Tarbiyah, STAIN Pekalongan.

[Menkes] Menteri Kesehatan. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/MENKES/SK/V/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta: Depkes RI.

______. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Depkes RI. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar).

Jakarta: Rineka Cipta.

______. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ______. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nurdiani R. 2011. Analisis penyelenggaraan makanan di sekolah dan kualitas

menu bagi siswa sekolah dasar di Bogor [tesis]. Bogor: Pascasarjana, IPB.

Nursiah MA. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat bekerjasama dengan Akademi Gizi Depkes RI.

Nutrisurvey. 2007. Nutrition surveys and calculations. http://www.nutrisurvey.de/. [20 Agustus 2011].

Palacio JP, Theis M. 2009. Introduction to Foodservice. Ed ke-11. Ohio: Pearson Education.

Perdigon GP. 1989. Foodservice Management In The Philippines. Quezon City: U.P. College of Home Economics.

Restantini S. 2003. Penyelenggaraan makanan ditinjau dari konsumsi energi protein dan pengaruhnya terhadap status gizi santri putri usia 10-18 tahun (studi di Pondok Pesantren Persis 85 Banjar) [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran, UNDIP.

Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Roedjito. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Scoular FI, Davis AN, Pace JK, Rankin AB, Boshart GJ. 1956. The protein

metabolism of young college women consuming self selected diets.

Journal of Nutrition (61): 297-305.

Sediaoetama AD. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.

Shirley G. 1999. Food Service Management Study Course. Ed ke-3. Lowa: Lowa State University Press (AMES).

Sinaga T. 1995. Feasibility Study dalam Food Service Management. Malang: Pendidikan Ahli Madya Gizi Malang.

______. 2009. Penerimaan bahan pangan in foodservice management. Di dalam: Sulaeman A, Sinaga T, Ekayanti I. Manajemen Jasa Makanan dan Gizi

[diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Subandriyo VU. 1993. Kesehatan keluarga. Di dalam: Rustiawan A, Atmodjo SM, Subandriyo VU, Effendi YH. Ilmu Kesehatan Masyarakat [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Sukandar D. 2008. Studi Sosialisasi Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi

Nelayan di Jeneponto Sulawesi Selatan. Bogor: Fakultas Ekologi

Manusia, IPB.

Sukarni M. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran). Jakarta: Penerbit PT Ghalia Indonesia.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

Tucker LJ, Snelling AM, Adams TB. 2002. Development and validation of a stages of change algorithm for calcium intake for college female students.

Journal of the American College of Nutrition (21): 530–535.

[WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. http://www.who.int/growthref/en/index.html. [25 Maret 2011].

______ World Health Organization. 2007. WHO anthroplus. http://www.who.int/growthref/tools/en/. [20 Agustus 2011].

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya). Ed ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

[WNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

Wirakusumah ES. 1991. Manajemen Makanan dan Gizi Institusi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Yuliansyah D. 2007. Faktor–faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran, UGM.

Yuliati LN, Santoso H. 1995. Manajemen Gizi Institusi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdikbud RI.

SITI MASTUROH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Relation to Nutritional Status of Female Adolescent Boarders at Two Modern Islamic Boarding Schools in Bogor. Under directions of RIZAL DAMANIK and TIURMA SINAGA.

The consumption adequacy level and health status affect the nutritional status. Meanwhile, little is known concerning to the consumption adequacy level, health and nutritional status of female adolescent boarders at Modern Islamic boarding schools which has a food service system. The aim of the study was to identify the consumption adequacy level and health status in relation to nutritional status of female adolescent boarders at two modern Islamic boarding schools in Bogor: knowing the process of a food service, energy and nutrients consumption; assessing energy and nutrients consumption adequacy level; determining nutritional and health status of female adolescent boarders; and revealing environmental condition of female adolescent boarders dormitory at Sahid and Ummul Quro Al-Islami modern Islamic boarding schools (PP Sahid and PP UQI). The study was an observational type used cross sectional design held for two periods, on April 2011 (PP Sahid) and from September to October 2011 (PP UQI). The subjects were 68 at PP Sahid and 87 at PP UQI of female adolescent boarders chosen by simple random sampling with purposive site selection. The results showed that both boarding schools did not meet the required food serving standard. The average of energy and nutrients consumption of subjects was still below the recommended adequacy value, except for vitamin B1 in the two groups of subjects (28,92 mg and 14,46 mg) and calcium in the subjects at PP Sahid (1018,35 mg). Most energy and nutrients consumption adequacy levels of the subjects were in the deficit category except for vitamin B1 consumption adequacy level in the subjects at PP Sahid (54,4%). Most (69,1% and 79,3%) nutritional status (BMI for age) of both groups of subjects was in the normal nutritional status category. Most (97,1% and 88,5%) health status of both groups of subjects was unhealthy (sick). The dormitory environmental conditions on both the boarding school had not fully met the health requirements. The results showed that energy and calcium consumption adequacy levels were significantly correlated with nutritional status (BMI for age) of the subjects. Meanwhile, the consumption adequacy levels of protein, vitamin A, B1 and C, phosphorus and iron were not significantly correlated with nutritional status (BMI for age) of the subjects. Besides, the health status was not significantly correlated with nutritional status (BMI for age) of the subjects.

Keywords: consumption adequacy level, nutritional status, health status, female adolescent boarders

Kesehatan terhadap Status Gizi Santri Putri di Dua Pondok Pesantren Modern di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RIZAL DAMANIK dan TIURMA SINAGA.

Konsumsi makanan dan status kesehatan secara langsung

mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik sangat diperlukan terutama

untuk santri putri (remaja putri) agar dimasa kehamilannya nanti sehat dan pertambahan berat badannya adekuat. Makanan santri putri yang tinggal di pondok pesantren dapat berasal dari makanan yang disediakan oleh asrama melalui penyelenggaraan makanan dan dari makanan jajanan di kantin, warung atau pedagang kaki lima yang berada di luar asrama. Penyelenggaraan makanan di asrama yang baik dalam segi kualitas dan kuantitas akan menghasilkan makanan yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan gizi masing-masing santri putri. Santri putri yang mengonsumsi makanan yang cukup kandungan gizinya akan memiliki status gizi yang baik, begitupun sebaliknya. Santri putri yang kesehatannya buruk sangat rawan karena akan berpengaruh pada merosotnya nafsu makan, keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi yang langsung berpengaruh pada status gizi.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di Kabupaten Bogor, yaitu di Pondok Pesantren Modern Sahid (PP Sahid) dan Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (PP UQI). Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) mengetahui proses penyelenggaraan makanan di PP Sahid dan PP UQI, 2) mengetahui konsumsi energi dan zat gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI, 3) menilai tingkat kecukupan konsumsi energi dan zat gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI, 4) menilai status gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI, 5) menilai status kesehatan santri putri di PP Sahid dan PP UQI, 6) mengetahui kondisi lingkungan pemondokan santri putri di PP Sahid dan PP UQI, dan 7) menganalisis hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di PP Sahid dan PP UQI.

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan pondok pesantren secara purposive sampling. Penelitian dilakukan di PP Sahid pada bulan April 2011 dan di PP UQI pada bulan September-Oktober 2011. Contoh dalam penelitian ini adalah santri putri. Pemilihan contoh dilakukan secara simple

random sampling. Contoh pada penelitian ini berjumlah 155 orang terdiri dari 68

contoh PP Sahid dan 87 contoh PP UQI.

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: 1) karakteristik contoh, 2) karakteristik orang tua contoh, 3) proses penyelenggaraan makanan, 4) konsumsi makanan, 5) status kesehatan, dan 6) kondisi lingkungan pemondokan. Data sekunder yaitu data karakteristik pesantren. Data yang diolah dari hasil penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif dan diuji statistik. Analisis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda Mann-Whitney U dan uji korelasi Spearman.

Santri putri di PP Sahid berjumlah 346 orang (tahun ajaran 2010/2011) dan di PP UQI berjumlah 1556 orang (tahun ajaran 2011/2012). Kisaran umur contoh antara 12-19 tahun. Sebagian besar uang saku/bulan contoh PP Sahid (55,9%) berada pada kategori tinggi (≥Rp 500.000), sedangkan pada PP UQI (57,4%) berada pada kategori sedang (Rp 200.000-Rp 499.999).

(35,6%) contoh PP UQI adalah tamat SLTA/sederajat. Sebagian besar pekerjaan ayah contoh PP Sahid (47,1%) dan PP UQI (49,4%) adalah berwiraswasta. Sebagian besar pekerjaan ibu contoh PP Sahid (48,5%) dan PP UQI (63,2%) adalah ibu rumah tangga. Sebagian besar pendapatan orang tua/bulan contoh PP Sahid (47,1%) berada pada kategori tinggi (≥Rp 6.000.000), sedangkan pada contoh PP UQI (50,6%) berada pada kategori sedang (Rp 2.000.000-Rp 5.999.999).

PP Sahid menyerahkan penyelenggaraan makanan kepada Katering Barakah, sedangkan PP UQI melakukan penyelenggaraan makanan sendiri. Jumlah porsi yang dilayani PP Sahid sekitar 400 porsi/sekali makan, sedangkan pada PP UQI sekitar 1560 porsi/sekali makan. Jumlah tenaga kerja penyelenggaraan makanan PP Sahid sebanyak 12 orang, sedangkan pada PP UQI sebanyak 13 orang. Belum ada tenaga kerja profesional (ahli gizi) pada penyelenggaraan makanan di kedua pesantren. PP Sahid belum menyediakan fasilitas untuk penerimaan bahan pangan, persiapan bahan pangan dan penyimpanan peralatan; sedangkan PP UQI belum menyediakan fasilitas untuk penerimaan bahan pangan, persiapan bahan pangan dan pencucian peralatan. Peralatan untuk mengolah makanan terdiri atas peralatan besar dan utensils, peralatan tersebut belum memadai dari segi kualitas bahan di PP Sahid, sedangkan belum sesuai dengan fungsinya di PP UQI. Sumber biaya yang dipakai di kedua pesantren berasal dari SPP. Dianggarkan untuk makan santri dari SPP sebesar Rp 12.000/hari pada PP Sahid, sedangkan sebesar Rp 8.000/hari pada PP UQI.

PP Sahid dan PP UQI menyusun menu dengan siklus menu tujuh hari. Pembelian bahan pangan di kedua pondok pesantren dilakukan secara informal (langsung). Penerimaan bahan pangan di PP Sahid dilakukan dengan cara konvensional (invoice receiving), sedangkan di PP UQI dengan cara buta (blind

receiving). Namun, metode pembelian di kedua pesantren belum sepenuhnya

memenuhi prosedur penerimaan bahan pangan secara benar. PP Sahid dan PP UQI melakukan proses penyimpanan dengan tujuan untuk mempertahankan mutu supaya tidak berubah kualitasnya. Proses penyimpanan di kedua pesantren belum sepenuhnya memenuhi prosedur penerimaan bahan pangan secara benar. Proses persiapan bahan pangan di kedua pesantren juga belum sepenuhnya mengikuti prosedur yang benar. Kegiatan memasak di PP Sahid dan PP UQI dilakukan di dapur sebanyak tiga kali sehari dengan kegiatan memasak antara lain mengukus, merebus, menumis, menggoreng dan lain sebagainya. Luas lantai dapur di kedua pondok pesantren sudah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 yaitu sedikitnya 2 m2 untuk setiap orang pekerja. Sistem distribusi yang digunakan di kedua pesantren yaitu secara desentralisasi dengan sistem pelayanan Cafetaria dengan Pelayanan.

Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi pada kedua kelompok contoh masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan, kecuali untuk vitamin B1 yaitu sebesar 28,92 mg (PP Sahid) dan 14,46 mg (PP UQI), serta kalsium pada contoh PP Sahid (1.018,35 mg). Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dari makanan asrama pada contoh PP Sahid lebih besar dibandingkan dari makanan luar asrama. Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dari makanan asrama pada contoh PP UQI lebih kecil dibandingkan dari makanan luar asrama.

Sebagian besar tingkat kecukupan konsumsi energi contoh PP Sahid (88,2%) dan PP UQI (74,7%) berada pada kategori defisit. Sebanyak 85,4%

untuk vitamin B1 pada contoh PP Sahid (54,4%).

Sebagian besar status gizi (IMT/U) contoh PP Sahid (69,1%) dan PP UQI (79,3%) adalah normal. Sebagian besar status gizi (TB/U) contoh PP Sahid (88,2%) dan PP UQI (75,9%) adalah normal. Sebagian besar status gizi (BB/U) contoh PP Sahid (91,2%) dan PP UQI (92,0%) adalah gizi baik.

Sebagian besar contoh PP Sahid (97,1%) dan PP UQI (88,5%) memiliki status kesehatan yang tidak sehat (sakit). Gejala/penyakit yang paling banyak diderita contoh yaitu gejala/penyakit infeksi. Sebagian besar lama sakit contoh PP Sahid (39,4%) dan PP UQI (44,2%) adalah 4-7 hari. Sebagian besar frekuensi sakit contoh PP Sahid (66,7%) adalah 1 kali/bulan, sedangkan pada PP UQI (40,3%) adalah ≥3 kali/bulan. Sebagian besar skor morbiditas contoh PP Sahid (82,4%) dan contoh PP UQI (94,3%) berada pada kategori rendah. Sebagian besar contoh PP Sahid (83,3%) dan PP UQI (61,1%) melakukan tindakan pengobatan ketika sakit yaitu dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan formal.

Kedua pesantren belum memenuhi standar/persyaratan ‘rumah sehat’ menurut Riskesdas (2010) yang diperkuat Kepmenkes No. 829/MENKES/SK/VII/1999 untuk kondisi fisik kamar tidur. Akses terhadap sumber air minum terlindung pada kedua pesantren sudah memenuhi kriteria MDGs 2010 diacu dalam Riskesdas (2010). Cara pembuangan sampah dikedua pesantren sudah dikategorikan ‘baik’ menurut Riskesdas (2010). Akses terhadap sanitasi layak terkait pembuangan tinja pada PP Sahid sudah memenuhi kriteria, sedangkan pada PP UQI belum memenuhi kriteria MDGs 2010 diacu dalam Riskesdas (2010). Ketersediaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) pada PP Sahid sudah memenuhi kriteria, sedangkan pada PP UQI belum memenuhi kriteria Riskesdas (2010).

Ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi kalsium dengan status gizi (IMT/U) pada contoh PP Sahid (p<0,01). Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi energi, protein, vitamin A, B1 dan C, serta fosfor dan zat besi dengan status gizi (IMT/U) contoh PP Sahid (p>0,05). Ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi energi dengan status gizi (IMT/U) contoh PP UQI (p<0,05). Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi protein, vitamin A, B1 dan C, serta kalsium, fosfor dan zat besi dengan status gizi (IMT/U) contoh PP UQI (p>0,05). Secara total contoh, ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi energi dan kalsium dengan status gizi (IMT/U) (p<0,05). Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi protein, vitamin A, B1 dan C, serta fosfor dan zat besi dengan status gizi (IMT/U) total contoh (p>0,05). Tidak ada hubungan yang nyata antara status kesehatan dengan status gizi (IMT/U) pada contoh PP Sahid dan PP UQI (p>0,05). Secara total contoh, tidak ada hubungan yang nyata antara status kesehatan dengan status gizi (IMT/U) (p>0,05).

SITI MASTUROH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPERTEMEN GIZI MASYARAKAT

Dokumen terkait