• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

PP Sahid dan PP UQI menyusun menu dengan siklus menu tujuh hari. Pembelian bahan pangan di kedua pondok pesantren dilakukan secara informal (langsung). Penerimaan bahan pangan di PP Sahid dilakukan dengan cara konvensional (invoice receiving), sedangkan di PP UQI dengan cara buta (blind

receiving). Namun, metode pembelian di kedua pesantren belum sepenuhnya

memenuhi prosedur penerimaan bahan pangan secara benar. PP Sahid dan PP UQI melakukan proses penyimpanan dengan tujuan untuk mempertahankan mutu supaya tidak berubah kualitasnya. Proses penyimpanan di kedua pesantren belum sepenuhnya memenuhi prosedur penerimaan bahan pangan secara benar. Kegiatan persiapan bahan pangan di kedua pesantren juga belum sepenuhnya mengikuti prosedur yang benar. Kegiatan memasak di PP Sahid dan PP UQI dilakukan di dapur sebanyak tiga kali sehari dengan kegiatan memasak antara lain mengukus, merebus, menumis, menggoreng dan lain sebagainya. Luas lantai dapur di kedua pondok pesantren sudah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 yaitu sedikitnya 2m2 untuk setiap orang pekerja. Sistem distribusi yang digunakan di kedua pesantren yaitu secara desentralisasi dengan sistem pelayanan Cafetaria dengan Pelayanan.

Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi pada kedua kelompok contoh masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan, kecuali untuk vitamin B1 yaitu sebesar 28,92 mg (PP Sahid) dan 14,46 mg (PP UQI), serta kalsium pada contoh PP Sahid (1.018,35 mg). Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dari makanan asrama pada contoh PP Sahid lebih besar dibandingkan dari makanan luar asrama. Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dari makanan asrama pada contoh PP UQI lebih kecil dibandingkan dari makanan luar asrama.

Sebagian besar tingkat kecukupan konsumsi energi contoh PP Sahid (88,2%) dan PP UQI (74,7%) berada pada kategori defisit. Sebanyak 85,4% contoh PP Sahid dan 72,3% contoh PP UQI mempunyai tingkat kecukupan konsumsi protein defisit. Tingkat kecukupan konsumsi vitamin dan mineral pada kedua kelompok contoh berada pada kategori defisit kecuali untuk vitamin B1 pada contoh PP Sahid (54,4%).

Sebagian besar status gizi (IMT/U) contoh PP Sahid (69,1%) dan PP UQI (79,3%) adalah normal. Sebagian besar status gizi (TB/U) contoh PP Sahid

(88,2%) dan PP UQI (75,9%) adalah normal. Sebagian besar status gizi (BB/U) contoh PP Sahid (91,2%) dan PP UQI (92,0%) adalah gizi baik.

Sebagian besar contoh PP Sahid (97,1%) dan PP UQI (88,5%) memiliki status kesehatan yang tidak sehat (sakit). Gejala/penyakit yang paling banyak diderita contoh yaitu gejala/penyakit infeksi. Sebagian besar lama sakit contoh PP Sahid (39,4%) dan PP UQI (44,2%) adalah 4-7 hari. Sebagian besar frekuensi sakit contoh PP Sahid (66,7%) adalah 1 kali/bulan, sedangkan pada PP UQI (40,3%) adalah ≥3 kali/bulan. Sebagian besar skor morbiditas contoh PP Sahid (82,4%) dan contoh PP UQI (94,3%) berada pada kategori rendah. Sebagian besar contoh PP Sahid (83,4%) dan PP UQI (61,0%) melakukan tindakan pengobatan ketika sakit yaitu dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan formal.

Kedua pesantren belum memenuhi standar/persyaratan ‘rumah sehat’ menurut Riskesdas (2010) yang diperkuat Kepmenkes No. 829/MENKES/SK/VII/1999 untuk kondisi fisik kamar tidur. Akses terhadap sumber air minum terlindung pada kedua pesantren sudah memenuhi kriteria MDGs 2010 diacu dalam Riskesdas (2010). Cara pembuangan sampah dikedua pesantren sudah dikategorikan ‘baik’ menurut Riskesdas (2010). Akses terhadap sanitasi layak terkait pembuangan tinja pada PP Sahid sudah memenuhi kriteria, sedangkan pada PP UQI belum memenuhi kriteria MDGs 2010 diacu dalam Riskesdas (2010). Ketersediaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) pada PP Sahid sudah memenuhi kriteria, sedangkan pada PP UQI belum memenuhi kriteria Riskesdas (2010).

Ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi kalsium dengan status gizi (IMT/U) pada contoh PP Sahid (p<0,01). Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi energi, protein, vitamin A, B1 dan C, serta fosfor dan zat besi dengan status gizi (IMT/U) contoh PP Sahid (p>0,05). Ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi energi dengan status gizi (IMT/U) contoh PP UQI (p<0,05). Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi protein, vitamin A, B1 dan C, serta kalsium, fosfor dan zat besi dengan status gizi (IMT/U) contoh PP UQI (p>0,05). Secara total contoh, ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi energi dan kalsium dengan status gizi (IMT/U) (p<0,05). Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi protein, vitamin A, B1 dan C, serta fosfor dan zat besi dengan status gizi (IMT/U) total contoh (p>0,05). Tidak

ada hubungan yang nyata antara status kesehatan dengan status gizi (IMT/U) pada contoh PP Sahid dan PP UQI (p>0,05). Secara total contoh, tidak ada hubungan yang nyata antara status kesehatan dengan status gizi (IMT/U) (p>0,05).

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penyelenggaraan makanan di PP Sahid dan PP UQI antara lain perlu dilakukan perbaikan fasilitas dan saran fisik yang belum memadai serta menambah fasilitas dan peralatan yang belum tersedia. Perlu adanya seorang profesional (ahli gizi) dalam penyelenggaraan makanan di asrama, guna perbaikan kualitas menu yang berpedoman pada gizi seimbang sehingga dapat memenuhi angka kecukupan gizi santri putri. Disarankan kepada orang tua santri jangan memberikan banyak uang saku kepada anaknya (santri putri), sebaiknya dialokasikan untuk dana perbaikan menu makanan asrama dengan cara dimusyawarahkan sehingga perbaikan kualitas menu berdasarkan kesepakatan bersama dapat tercapai.

Konsumsi santri putri masih rendah, hal ini diduga karena kebosanan santri terhadap menu makanan yang disediakan serta adanya santri yang ingin berdiet karena mementingkan bentuk badannya. Oleh karena itu diharapkan dalam perencanaan menu lebih beragam, bergizi, dan berimbang, siklus menu yang lebih panjang dan diganti setelah santri merasa bosan. Contoh menu makanan asrama yang bisa diterapkan di PP UQI dapat dilihat pada Lampiran 4. Saran yang dapat diberikan untuk kantin di sekitar asrama yaitu sebaiknya tidak menjual makanan seperti yang disediakan oleh asrama, tetapi hendaknya yang dijual di kantin dapat menunjang makanan santri. Saran yang dapat diberikan untuk santri putri di PP Sahid dan PP UQI antara lain perlu ditingkatkan pengetahuan gizi. Adanya pengetahuan gizi yang baik maka santri putri dapat melakukan diet (pengaturan makanan) secara benar. Saran yang dapat diberikan untuk memperbaiki status kesehatan santri putri di PP Sahid dan PP UQI antara perlu adanya pengawasan terhadap hygiene dan sanitasi makanan asrama maupun luar asrama serta perbaikan kondisi lingkungan pemondokan yang berpedoman pada standar/peraturan kesehatan.

Dokumen terkait