• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Media Dalam Modul

Dalam dokumen Pedoman Perkaderan LK I BPL (Halaman 104-107)

Game Rantai Nama :

Sebuah game untuk perkenalan, caranya yaitu menyebutkan nama dan identitas lain secara bergiliran, namun orang berikutnya sebelum memperkenalkan dirinya terlebih dahulu mengulang nama orang-orang yang telah memperkenalkan terlebih dahulu.

Game Mana Jodohku ? :

Sebuah game untuk perkenalan, caranya yaitu menaburkan name tag peserta, dan peserta mengambilnya secara acak dalam waktu cepat, kemudian setelah semua peserta mendapatkan name tag, maka mereka harus mencari orang yang namanya tertera dalam name tag yang ia peroleh, dan memberikan pada yang bersangkutan. Selanjutnya mereka menggali informasi identitas dari orang tersebut. Langkah selanjutnya adalah memperkenalkan pada forum dengan cara yang menemukan name tag menyampaikan identitas yang bersangkutan secara oral, namun tanpa ekspresi sedangkan yang bersangkutan melakukan gerakan seakan dia yang berbicara.

Game Metis Yuk ! :

Nama Metis adalah nama lain dari ngerujak ulek. Permainan ini adalah membagikan karton-karton yang telah dibentuk menjadi buah-buahan dan bahan rujak serta peralatan ngerujak (peralatan rujak : ulekan dan cowet atau cobek, dan tempat buah). Peralatan rujak digambar secara besar dan ditempel di depan, buah-buahan dan bahan dibagikan kepada peserta untuk ditulisi sesuatu. Kemudian buah-buahan ditempelkan pada tempat buah, dan bahan bumbu ditempelkan pada cowet dan ulekan.

Game Tulis Binatang Apa Ya ? :

Permainannya adalah dengan cara menginstruksikan peserta untuk memilih nama binatang tertentu yang sifatnya dirahasiakan dan ditulis dalam kertas kecil dan diberikan pada fasilitator. Syaratnya nama binatang itu jumlah hurufnya ditentukan oleh fasilitator, pemilihan jumlah huruf sesuaikan dengan jumlah peserta, atau bisa-bisanya aja lo lah. Selanjutnya fasilitator memberikan satu kertas yang berisi kotak-kotak kosong sesuai dengan jumlah huruf yang ditentukan, dan masing-masing peserta hanya menuliskan satu huruf nama binatangnya dalam kertas itu sesuai dengan posisinya secara bergiliran. Mirip dengan Game Gambar Binatang Apa ? bedanya peserta disuruh menggambar masing-masing satu garis (kalo di sini satu huruf)

Game Menyeberang Sungai :

Permainan ini pada dasarnya adalah perlombaan untuk melewati jarak tertentu secara perkelompok dan perorangan dengan menggunakan media tertentu (dalam modul menggunakan karton). Permainannya adalah peserta melewati jarak tertentu itu dengan menginjak karton dan satu karton maksimal boleh diinjak oleh 2 orang. Masing-masing peserta yang berkelompok diberikan satu karton, dan yang perorangan diberikan 2 karton. Dalam permainan ini perorangan dan perkelompok tidak dipisahkan, karena justru yang diinginkan adalah perbandingan antara sendiri dan berkelompok.

Semua game dapat diubah sesuai kebutuhan dan dapat dikembangkan ataupun dapat dibuat game lain yang lebih tepat. Pada dasarnya game berfungsi untuk menstimulan pembahasan tertentu, atau dapat digunakan untuk menghilangkan kejenuhan.

Bahan Bacaan :

Bahan bacaan adalah bahan yang diberikan kepada peserta yang isinya materi atau studi kasus atau hal lain yang dapat didiskusikan berkaitan dengan materi.

CONTOH STUDI KASUS MATERI KONSTITUSI HMI

Si Petak mahasiswa yang rajin kuliah sehingga gak sempet mikirin buat berorganisasi intra apalagi ekstra. Tak terasa Petak telah mulai menyusun skripsi, ternyata waktu menyusun skripsi banyak godaannya, abis kalo gak garap skripsi dia hanya bisa ngelamun, beda dengan temannya, Si Epri yang aktivis organisasi, gak hanya intra, ekstra juga dia aktif, jadi otomatis gak ada waktu luang buat ngelamun, cewek aja gak sempet kepikiran kok. Akhirnya Si Petak nanyain ama Epri apa aja sih kok kayaknya gak pernah gak ada aktifitas, kayak asyik banget dech. Epri yang aktifis ini cuap-cuap lah mengenai keuntungan berorganisasi ampe-ampe Petak terbengong-bengong. Rupanya Epri itu aktifis HMI dan pernah berkeliling Indonesia gratis gara-gara aktifitasnya itu. Tentu aja Petak jadi kepengen kayak si Epri (padahal mah banyak busanya).

Epri menyarankan agar Petak ikut Maperca. Seminggu kemudian kebetulan ada Maperca HMI, maka Petak pun ikut. Sebulan setelah ikut Maperca Petak sidang skripsi dan lulus, selanjutnya wisuda. Karena tertarik dengan aktivitas di HMI ketika ada LK I (dua bulan setelah wisuda), Petak pun ikut LK I dan akhirnya menjadi anggota biasa HMI. Perjalanan karirnya cukup pesat, maklum udah sarjana, ketika ada RAK ia pun terpilih menjadi ketua umum komisariat.

Dalam perjalanannya ada suatu masalah khususnya mengenai suksesi BEM di kampus atau bahasanya urusan PTKP-lah. Dalam pertemuan internal komisariat-komisariat yang ada di lingkungan kampus tersebut, disepakati bahwa HMI tidak akan memunculkan kadernya sebagai Top Leader di kampus, dan akan memberikan sanksi pada kader yang memaksakan diri. Namun pada perjalanannya, DH anggota komisariatnya Petak yang kebetulan dia juga menjabat sebagai Ketua bidang PPD HMI cabang, memaksakan diri mencalonkan menjadi Presiden BEM dan berhasil menduduki posisi itu. Tentu saja kondisi ini membuat heboh komisariat-komisariat yang ada di kampus tersebut. Akhirnya akibat dari kesepakatan yang telah dibuat, Petak memberikan sanksi pada DH dengan mengusulkan pencabutan status keanggotaan kepada cabang dengan dasar telah melanggar ketentuan HMI yang dituangkan pada kesepakatan antar komisariat.

Pada saat bersamaan komisariat U di kampus yang berbasis keagamaan di cabang tersebut juga ada yang mengusulkan pemecatan anggotanya, NH yang dianggap telah mencemarkan nama baik HMI, karena dia ditenggarai telah menggelapkan uang BEM Fakultas dimana ia menjadi gubernurnya, namun pada proses internal kampus hal itu tidak dapat dibuktikan.

Akhirnya kasus-kasus pengusulan komisariat dibahas pada pleno cabang yang kebetulan dilaksanakan tak jauh dari situ. Menyikapi kasus tersebut, cabang menolak pemecatan DH yang kebetulan kabid cabang, dengan alasan kesepakatan komisariat salah, karena tidak mendorong kehidupan kampus yang baik, dan kesepakatan itu bukan merupakan suatu aturan di HMI, sedangkan untuk kasus NH, cabang melakukan pemecatan.

Selesai pleno tak menyelesaikan kemelut di komisariatnya Petak, komisariat Petak berketetapan untuk tidak mengakui DH sebagai anggotanya, DH pun melakukan intrik dengan menggunakan institusi cabang untuk memecat Shinta, sekretaris umum Petak yang pernah menolak cinta DH, dengan alasan tidak menjalankan kewajiban sebagai anggota HMI yaitu berpartisipasi dalam kegiatan HMI, karena kebetulan yang bersangkutan sejak dilantik jadi sekum melakukan penelitian di luar kota dan belum kembali. Akhirnya cabang mencabut keanggotaan Shinta dalam rapat harian.

Untuk melegalisasi keputusan cabang, maka dalam konferensi cabang ada beberapa bagian dalam ART HMI yang diubah. Konflik makin meruncing, Petak yang pada dasarnya bukan mahasiswa aktifis, tidak kuat menanggulangi masalah tersebut, dan memilih untuk bekerja dan kebetulan keterima sebagai PNS. Melihat itu cabang melakukan pemecatan terhadap Petak dengan alasan rangkap jabatan. Petak gak terima, ia banding ke konferensi tahun berikutnya, dan karena kekuatan politik dia lemah semenjak ia tidak lagi menjadi ketua umum komisariat, maka konferensi mengukuhkan pemecatan Petak. Tidak terima dengan keputusan konferensi, Petak pun banding ke kongres, dan sampai sekarang masalah ini terkatung-katung, karena menunggu keputusan di kongres XXV.

Cerita di atas murni fiktif, hanya sekedar buat studi kasus, fasilitator dapat memulai diskusi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengcover masalah keanggotaan dan struktur organisasi, misal bisakah Petak ikut LK I ? dan

tepatkah keputusan cabang untuk memecat NH, Shinta, dan Petak ? dan Tepatkah cabang untuk tidak memecat DH ? bisakah konferensi mengubah ART HMI ? atau pertanyaan lain. Jawaban harus didasarkan pada konstitusi HMI dan pedoman lainnya.

CONTOH BAHAN BACAAN NDP MANUSIA, TUHAN, AGAMA, DAN KEPERCAYAAN

Kimung merenung sambil sesekali membaca surat dari Santy kekasihnya. “Mas, kita tidak mungkin melanjutkan hubungan ini, karena perbedaan kita terlalu prinsip dan tak mungkin dipersatukan. Hubungan kita selama ini anggap saja mimpi yang indah, apa yang sudah terjadi biarlah menjadi kenangan, aku rela kok Mas, aku sangat senang telah menyerahkan semuanya untukmu. Tapi Mas, kenapa kita harus berbeda keyakinan? Ataukah Tuhan sengaja membeda-bedakan umat-Nya, bukankah Tuhan kita sama? Ah….. tapi biarlah semua berlalu. Mas lupakan saja aku, sebaliknya aku pun akan mencobanya walaupun sulit”. Penggalan surat Santy berulang kali dibacanya. Kimung tak mengerti, mengapa hubungannya dengan Santy harus berakhir dengan cepat hanya gara-gara perbedaan agama. Bukankah semua agama bersumber dari Tuhan dan mengajarkan kebaikan, serta merupakan pedoman hidup manusia untuk mencapai kesejahteraan. Kimung tak habis pikir kenapa justru karena agama banyak orang bermusuhan, tak memperbolehkan membangun keluarga yang beda agama, dan lain sebagainya yang menurut Kimung tidak pernah diajarkan dalam agama apapun, Kimung yakin bahwa agama tidak menyuruh untuk bermusuhan antar manusia.

Cerita Kimung mungkin merupakan cerita sekian juta orang di dunia ini, cerita kita semua. Sejak jaman dahulu manusia selalu memiliki satu kepercayaan yang dianggapnya benar, dengan kepercayaannya itu, seorang manusia mampu berbuat apa saja, tanpa merasa bersalah sedikitpun. Masih teringat di kepala ketika seorang terdakwa divonis mati akibat melakukan pengeboman, hanya tersenyum tanpa ada penyesalan sedikitpun, bahkan ia merasa senang karena justru dengan itu ia merasa telah melakukan suatu tindakan yang benar. Itulah hebatnya pengaruh suatu kepercayaan. Apalagi hanya sekedar masalah pernikahan seperti kasus Kimung, melakukan pembunuhan saja jika dilandasi oleh suatu keyakinan bahwa itu benar, maka setiap orang dengan senang hati melakukannya, walaupun itu jelas merusak peradaban dunia.

Kepercayaan itu biasanya diwujudkan dalam agama atau aliran kepercayaan. Agama diyakini oleh setiap orang yang memeluknya sebagai sumber kebenaran yang mutlak, karena ia dianggap berasal

Bahan Diskusi

Dalam dokumen Pedoman Perkaderan LK I BPL (Halaman 104-107)