• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Perkaderan LK I BPL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Perkaderan LK I BPL"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Badan Koordinasi Nasional

Lembaga Pengelola Latihan

Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam

Periode 2003 - 2005

Aku dengar; Aku lupa

Aku lihat; Aku ingat

Aku lakukan; Aku paham

Aku sampaikan; Aku mahir

(3)

PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillah akhirnya dengan berbagai dukungan dari semua pihak, panduan pelaksanaan Latihan Kader I Himpunan Mahasiswa Islam dapat selesai dengan baik. Tujuan adanya panduan ini adalah untuk memudahkan dalam pengelolaan Latihan Kader I serta dapat mencapai standar yang diinginkan dan memiliki keseragaman kualitatif dalam output-nya.

Panduan ini sebenarnya merupakan kompilasi dari beberapa panduan yang telah ada dan dipakai di beberapa cabang yang kemudian dibahas oleh tim penyusun yang terdiri dari pengurus Bakornas LPL dan PA PB HMI, jadi tidak heran kalau mungkin ada kesamaan-kesamaan dengan beberapa cabang tertentu. Pembahasan yang dilakukan oleh tim berfungsi agar panduan ini dapat fleksibel dan cocok untuk diaplikasikan di seluruh cabang, karena pada panduan-panduan cabang tersebut ada yang bersifat khusus yang cocok pada cabang tertentu saja.

Untuk materi-materi terurai yang ada dalam panduan ini merupakan hasil pembuatan oleh teman-teman HMI dari beberapa wilayah yang menyumbangkan tulisannya pada Bakornas LPL, namun ada juga yang diambil dari karya tulis yang bersangkutan tanpa ada ijin langsung, untuk itu kami mohon maaf kepada yang bersangkutan, tetapi yang kami lakukan adalah semata-mata untuk perbaikan HMI, maka kami mohon keikhlasannya.

Khusus contoh modul, diambil dari modul yang dibuat oleh HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila yang telah diaplikasikan pada Basic Training di komisariat tersebut yang berlangsung pada tanggal 1 – 7 September 2003, sehingga banyak kemungkinan contoh yang kami berikan tidak pas untuk daerah lain, tetapi kami tegaskan bahwa modul tersebut hanya contoh yang tidak serta merta harus diikuti secara saklek.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para kontributor materi terurai, Marlenny dkk di Samarinda, Eko dan Rai di Bandar Lampung, temen-temen Komisariat Pertanian Unila, dan Kanda Supriadi di Padang (sekaligus minta ijin untuk plagiat sebagian karyanya “Untuk Sang Master”), serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian panduan ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan setimpal.

Kami sangat menyadari bahwa panduan ini jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan panduan ini, karena kami yakin perkaderan yang baik adalah perkaderan yang terbuka. Semoga Allah ridho pada langkah-langkah yang kita ambil.

Billahittaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum wr wb

Jakarta, Jumadil Tsani 1425 H

Agustus 2004 M

(4)

SAMBUTAN

KETUA UMUM

BADAN KOORDINASI NASIONAL

LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Assalamu’alaikum wr wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua. Shalawat serta salam kita haturkan untuk uswah manusia, Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari kehidupan dzulumat menuju kehidupan penuh nur. Semoga cahaya Islam segera tegak.

Bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional dan Maulid Nabi Muhammad saw, yaitu tanggal 12 Rabiul Awal 1425 H, bertepatan dengan tanggal 2 Mei 2004, Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Bakornas LPL HMI) periode pertama (2003 – 2005) dikukuhkan, banyak harapan yang digantungkan pada lembaga baru ini. Harapan besar terhadap LPL adalah dapat mengubah HMI menjadi lebih baik melalui pengelolaan training yang baik pula. Berangkat dari harapan tersebut dalam Rapat Kerja Bakornas LPL pasca pengukuhan, hari itu juga, akhirnya terumuskan visi Bakornas LPL yang pertama ini, yaitu Mengembalikan Ruh Perjuangan HMI yang dikemas dalam misi Standarisasi Perkaderan.

Upaya untuk mencapai visi misi tersebut tertuang dalam program kerja, yang salah satunya adalah membuat modul training khususnya training formal di semua jenjang, sehingga pelaksanaan training dapat terstandarisasi serta mudah untuk dievaluasi. Setelah melalui beberapa pembahasan, ternyata modul tidak mungkin distandarisasi secara nasional, karena justru akan membuat perkaderan menjadi statis, maka akhirnya diputuskan untuk membuat panduan pelaksanaan yang isinya berupa aturan teknis secara umum yang dapat menstandarisasi pelaksanaan training tetapi masih memberikan ruang yang luas kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Namun demikian untuk memberikan gambaran secara praktis implementasi panduan itu, perlu contoh modul untuk pegangan para pengelola latihan yang dapat dijadikan stimulan ide kreatif, sehingga dalam panduan pun disertakan contoh modulnya.

Panduan pelaksanaan Latihan Kader memang telah menjadi kebutuhan yang urgent, mengingat pada saat ini sering terjadi kesimpang-siuran dalam pengelolaan Latihan Kader yang berdampak pada turunnya kualitas pelatihan dan muaranya adalah kejumudan dalam perkaderan HMI.

Pembuatan panduan pelaksanaan Latihan Kader yang tujuan utamanya adalah untuk standarisasi kualitatif perkaderan, hendaknya dapat dijadikan rujukan dalam setiap pengelolaan Latihan Kader, dengan catatan harus selalu

(5)

mengembangkan kreativitas tanpa meninggalkan hal-hal prinsip dalam perkaderan HMI.

Pada kesempatan ini, pengurus Bakornas LPL HMI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I ini, juga kepada para kontributor panduan ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan setimpal.

Akhir kata semoga panduan ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Latihan Kader I, semoga Allah SWT ridho pada langkah-langkah yang kita ambil.

Yakin Usaha Sampai Billahittaufiq walhidayah Wassalamu’alaikum wr wb

Jakarta, Jumadil Tsani 1425 H

Agustus 2004 M

PENGURUS

BADAN KOORDINASI NASIONAL

LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

ENCEP HANIF AHMAD Ketua Umum

(6)

SAMBUTAN

KETUA BIDANG PEMBINAAN ANGGOTA

PENGURUS BESAR

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hanya kepada Yang Maha Mutlak segala puji dan syukur kita panjatkan. Dan kepada pembawa Risalah Suci kita sampaikan salam keselamatan, karena ia telah mampu melakukan revolusi pemikiran dan peradaban pada masanya sampai hari ini.

Menjadi kehendak Tuhan jika hambanya mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal untuk membaca ayat-ayat-Nya sehingga mampu menjawab tuntutan dan tantangan zaman. Dalam konteks ini, kecerdasan dan kesalehan seorang hamba diuji ketika ia mampu menarik dimensi-dimensi ke-Tuhanan dalam praksis sosial dan peradaban. Dan jika di tarik dalam arus teologi (tauhid) mungkin inilah yang dikehendaki teologi Islam saat ini.

Persoalan-persoalan ummat dan bangsa senantiasa harus direspon dengan memberikan jawaban-jawaban yang cerdas, konstruktif dan bertanggungjawab serta berada dalam bingkai yang jelas. Inilah yang mungkin dikehendaki oleh mahasiswa yang mengorganisasikan diri dalam Himpunan Mahasiswa Islam, yang sejak berdirinya tahun 1947 telah mengkonsentrasikan diri untuk menjawab persoalan-persoalan pelik ummat dan bangsa. Praktek-praktek ini sebenarnya bisa diletakkan dalam konteks kemampuan kader HMI untuk membaca dan merealisasikan ayat-ayat Tuhan. Setengah abad lebih HMI lahir dan berkembang, dan sampai hari ini HMI masih menegaskan diri sebagai organisasi kader. HMI bertanggungjawab untuk memfasilitasi seluruh potensi dan nilai-nilai kreatif kadernya. Oleh karena itu, menjadi tidak bijak jika HMI hanya memberikan ‘ruang kreatif’nya hanya dalam satu bidang, seperti hanya ‘ruang kreatif’ politik. Harus menjadi pertanggungjawaban moral-intelektual dan organisatoris bagi HMI untuk mendorong dan mempersiapkan ruang untuk mengembangkan potensi dan nilai-nilai kreatif kader di setiap bidang.

Di HMI kita mengenal Training formal dan Training nonformal. Dalam Training formal terdapat tiga jenjang pelatihan (Training), yaitu 1) Basic Training, 2) Intermediate Training, dan 3) Advance Training. Setiap jenjang pelatihan ini memiliki tujuan masing-masing. Untuk melaksanakan tiga jenjang pelatihan ini setiap kader dan institusi HMI dapat mengacu kepada Pedoman Perkaderan HMI hasil lokakarya tahun 2000. sampai hari ini HMI, yang direpresentasikan oleh Pengurus Besar (PB) nya hanya mampu memiliki pedoman perkaderan.

(7)

Berangkat dari kondisi ini, maka bidang Pembinaan Anggota (PA) bekerja sama dengan Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan (Bakornas LPL) telah mengkaji dan menghasilkan Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I Himpunan Mahasiswa Islam. Panduan pelaksanaan ini dapat digunakan oleh institusi dan kader HMI ditingkat cabang terutama Lembaga Pengelola Latihan-nya.

Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I HMI ini, telah disyahkan dalam rapat harian PB HMI pada tanggal 21 oktober 2004 bertepatan dengan tanggal 06 Sya’ban 1425 H. Dan dalam kesempatan ini penghargaan serta ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam (BAKORNAS LPL HMI) yang telah berkerja keras menyusun Panduan Pelaksanaan ini, karena harus diakui keterlibatan teman-teman bidang PA tidak semaksimal teman-teman di Bakornas LPL.

Sebagai sebuah panduan pelaksanaan yang baru pertama kali disusun, maka amat dipahami jika terdapat kekurangan atau penjabaran yang amat berlebihan. Namun demikian, hasil karya ini mudah-mudahan bermanfaat dan sekaligus menjadi ‘virus’ bagi siapa saja kader HMI yang berkeinginan untuk menyusun Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I HMI dalam versi lain.

Akhirnya, kami berharap mudah-mudahan Tuhan yang selalu rindu ingin dikenal masih berkenan memberikan sebercik Nur-Nya kepada setiap langkah dan gerak kader HMI. Dan kami yakin Tuhan menghargai segala usaha hambanya, apalagi usaha itu diarahkan untuk membuktikan kebenaran ayat-ayat-Nya. Amin

Billahittaufiq Wal Hidayah Wassaalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Sya’ban 1425 H 25 Oktober 2004 M

KETUA BIDANG PA PB HMI PERIODE 2003-2005

(8)

DAFTAR ISI

Pengantar ... ii

Sambutan Ketua Umum Bakornas LPL HMI ... iii

Sambutan Ketua PA PB HMI ... v

Daftar Isi ... vii

Mukadimmah ... 1 Pedoman Pelaksanaan ... 3 2.1 Tujuan ... 3 2.2 Target ... 3 2.3 Unsur-unsur Training ... 3 2.4 Mekanisme Pelaksanaan ... 4 2.5 Kriteria ... 6 2.6 Manajemen Training ... 7

2.7 Lokasi dan Waktu Training ... 9

2.8 Seleksi ... 10

Materi Training ... 11

3.1 Materi Pokok ... 11

3.1.1 Materi Sejarah Perjuangan HMI ... 11

3.1.2 Materi Konstitusi HMI ... 21

3.1.3 Materi Nilai-nilai Dasar Perjuangan ... 30

3.1.4 Materi Mission HMI ... 56

3.1.5 Materi Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi ... 62

3.2 Materi Penunjang ... 72

3.2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan ... 72

3.2.2 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ... 73

3.2.3 Materi Tambahan Lain ... 73

Evaluasi Training ... 75

(9)

Lampiran ... 78

1. Kontributor Materi Terurai ... 79

2. Tim Penyusun ... 80

3. Tata Cara Penilaian Peserta ... 81

Contoh Modul ... 83

1. Pengantar ... 84

2. Session Design ... 84

2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan ... 84

2.2 Materi Sejarah Perjuangan HMI ... 85

2.3 Materi Konstitusi HMI ... 87

2.4 Materi Nilai-nilai Dasar Perjuangan ... 88

2.5 Materi Mission HMI ... 90

2.6 Materi Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi ... 92

2.7 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ... 93

3. Penutup ... 94

4. Daftar Istilah dalam Modul ... 95

5. Daftar Media dalam Modul ... 95

6. Contoh Studi Kasus Materi Konstitusi HMI ... 96

7. Contoh Bahan Bacaan NDP ... 98

1) Manusia, Tuhan, Agama dan Kepercayaan ... 98

2) Ada Apa dengan Manusia ? ... 99

3) Maha Adil atau Maha Kuasa ? ... 101

4) Raja yang Adil dan Bijaksini ... 103

8. Contoh Bahan Bacaan Kepemimpinan dan Manjemen Organiasasi . 107 9. Kontributor Session Design ... 109

10. Kontributor Bahan Bacaan ... 109

Contoh Dokumen Latihan Kader I ... 110

1. Contoh Jadwal LK I ... 111

2. Contoh Surat Permohonan Pengelolaan Latihan ... 114

3. Contoh Surat Mandat LPL ... 115

4. Contoh Surat Pengajuan Nama Pemandu ... 116

5. Contoh Lampiran Surat Pengajuan Nama Pemandu ... 117

6. Contoh Surat Keputusan LPL tentang Pemandu ... 118

7. Contoh Lampiran Surat Keputusan LPL tentang Pemandu ... 120

(10)

Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, HMI menggunakan pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses perkaderan. Semua bentuk aktivitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu sebagai upaya memberikan kejelasan dan ketegasan kerangka sistem perkaderan dimaksud harus dibuat panduan pelaksanaan yang dapat dijadikan sebagai petunjuk teknis dalam pelaksanaannya. Panduan ini disusun dengan memperhatikan tujuan organisasi, tujuan perkaderan, dan arah perkaderan yang telah ditetapkan dalam Pedoman Perkaderan HMI (Pedoman Perkaderan hasil lokakarya tahun 2000), selain itu dengan mempertimbangkan kekuatan organisasi serta tantangan dan peluang yang berkembang di lingkungan eksternal organisasi.

Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner's Dictionary)

dikatakan bahwa "Cadre is a small group of People who are specially chosen and trained for a particular purpose, atau “cadre is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new community party". Jadi pengertian kader adalah "sekelompok orang yang terorganisasir secara terus

menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Hal ini dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai ke-Islam-an yang membebaskan (Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader rnemiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan "social

engineering".

Kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses perkaderan sehingga memiliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan Beramal Shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sisternatis selaras dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan

seorang anggota HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Muslim - Intelektual - Profesional, yang memiliki kualitas insan cita.

(11)

Berdasarkan pola dasar perkaderan, maka tahapan dalam sistem perkaderan yang dilakukan meliputi rekrutmen, pembentukan, dan pengabdian kader. Dalam proses pembentukan kader, secara formal dibagi menjadi tiga fase, masing-masing fase ini dimulai dengan suatu training formal. Training formal ini dilakukan secara berjenjang, jenjang pertama merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang berikutnya, sampai pada jenjang terakhir. Jenjang training formal yang dapat dilalui dalam proses pembentukan kader adalah Latihan Kader I (Basic Training) sebagai jenjang pertama, Latihan Kader II (Intermediate

Training) sebagai jenjang menengah, dan Latihan Kader III (Advance Training)

sebagai jenjang terakhir. Masing-masing jenjang memiliki tujuan tersendiri yang merupakan tahap dalam pembentukan kader umat dan kader bangsa. Selain training formal yang bertujuan untuk menstandarisasi kader, terdapat juga training informal yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kader dalam bidang tertentu secara professional. Dalam training informal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan kader dan trend saat ini.

Jadi training formal merupakan upaya untuk memberikan kemampuan standar anggota HMI secara kualitatif, sedangkan training informal memberikan kemampuan khusus pada kader. Oleh karena itu pada wilayah training formal harus ada standar yang baku dan bersifat tetap dalam wilayah kurikulum, kreatifitas hanya bisa dilakukan dalam wilayah metodologi.

Sebagai upaya untuk menjaga arah perkaderan agar sesuai dengan pedoman, maka sudah barang tentu kebutuhan terhadap panduan yang menjelaskan secara teknis training formal khususnya menjadi mutlak adanya. Secara khusus panduan ini akan mengupas tentang Latihan Kader I (Basic Training) HMI

.

(12)

2.1 TUJUAN

Tujuan dilaksanakan Latihan Kader I (Basic Training) adalah :

“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi

dan peranannya dalam berorganisasi, serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa”

2.2 TARGET

Target yang diharapkan pasca Latihan Kader I (Basic Training) dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut :

1. Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (menjalankan ibadah secara baik, teratur dan rutin)

2. Mampu meningkatkan kemampuan akademis (IPK meningkat)

3. Memiliki kesadaran akan tanggungjawab keumatan dan kebangsaan (berperan dalam kehidupan masyarakat : kampus, rumah, dll)

4. Memiliki kesadaran berorganisasi (aktif dalam kegiatan organisasi, kepanitiaan, dll)

2.3 UNSUR-UNSUR TRAINING

Yang dimaksud dengan unsur-unsur training adalah komponen yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan Latihan Kader I (Basic Training).

Unsur-unsur yang dimaksud adalah : 1. Pengurus HMI Cabang

Pengurus HMI cabang berperan dalam mengatur regulasi pelaksanaan Latihan Kader I (Basic Training), dan legalisasi atas pengukuhan kelulusan peserta yang dituangkan dalam Surat Keputusan tentang Pengukuhan dan Pengesahan Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Islam

2. Pengurus HMI Komisariat

Pengurus HMI komisariat bertanggung jawab atas terlaksananya Latihan Kader I (Basic Training) sebagai penyelenggara kegiatan.

3. Lembaga Pengelola Latihan

Lembaga Pengelola Latihan merupakan institusi yang bertanggung jawab atas pengelolaan Latihan Kader I (Basic Training)

Selain institusi di atas, terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan training secara teknis, yaitu :

1. Organizing Committee

Organizing Committee bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala

sesuatu hal yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan. Tugas-tugas OC secara garis besar sebagai berikut :

a) Mengusahakan tempat, akomodasi, konsumsi dan fasilitas lainnya b) Mengusahakan pembiayaan dan perijinan latihan

(13)

d) Mengusahakan ruangan, peralatan dan penerangan favourable

e) Bekerja sama dengan unsur-unsur lainnya dalam rangka menyukseskan jalannya latihan

2. Steering Committee

Steering Committee bertugas dan bertanggung jawab atas pengarahan dan

pelaksanaan latihan.

Tugas-tugas SC secara garis besar sebagai berikut : a) Menyiapkan perangkat lunak latihan

b) Mengarahkan OC dalam pelaksanaan latihan c) Menentukan pemateri/instruktur/fasilitator d) Menentukan pemandu/master of training 3. Pemandu/Master of Training

Pemandu/Master of Training bertugas dan bertanggung jawab untuk memimpin, mengawasi, dan mengarahkan latihan.

Sejak dibukanya Latihan Kader I (Basic Training), tanggung jawab pengelolaan latihan berada sepenuhnya dalam tanggung jawab pemandu/master of training, sampai latihan dinyatakan ditutup.

Tugas-tugas pemandu/master of training secara garis besar sebagai berikut : a) Memimpin latihan, baik di dalam forum ataupun di luar forum

b) Memberikan materi apabila pemateri/instruktur/fasilitator tidak dapat hadir c) Melakukan penajaman pemahaman atas materi yang telah diberikan d) Melakukan evaluasi terhadap peserta

e) Menentukan kelulusan peserta latihan

f) Mengadakan koordinasi diantara unsur yang terlibat langsung dalam latihan

4. Pemateri/Instruktur/Fasilitator

Pemateri/Instruktur/Fasilitator bertugas untuk menyampaikan materi latihan yang dipercayakan kepadanya.

5. Peserta

Peserta adalah calon-calon kader yang telah lulus seleksi, dan telah dinyatakan sebagai peserta oleh penyelenggara

6. Tim Rekam Proses

Tim Rekam Proses bertugas untuk mencatat dinamika forum yang hasilnya diberikan kepada pemandu/master of training sebagai pemimpin latihan 7. Tim Monitoring dan Evaluasi Training

Tim Monitoring dan Evaluasi Training bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan training agar sesuai dengan pedoman, hasil monitoring dan evaluasi disampaikan kepada pengurus LPL.

2.4 MEKANISME PELAKSANAAN

Untuk menyelenggarakan Latihan Kader I (Basic Training), langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Pengurus HMI komisariat membentuk OC dengan surat keputusan, dan membuat out line (term of reference) pelaksanaan LK I, serta mengirimkan surat pemohonan untuk mengelola latihan yang disertai SK penetapan OC dan out line yang telah dibuat kepada pengurus LPL yang ditembuskan pada pengurus HMI cabang u.p. Ketua bidang Pembinaan Anggota. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan.

2. Pengurus LPL membentuk SC dengan surat mandat untuk mengelola latihan. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak diterimanya surat permohonan dari pengurus HMI komisariat.

(14)

3. SC berkoordinasi dengan pengurus HMI komisariat dan OC untuk membuat proposal. Selambat-lambatnya selesai 1 (satu) minggu.

4. SC menentukan, menghubungi, dan memastikan kesediaan pemandu/master

of training dan pemateri/instruktur/fasilitator latihan.

5. SC mengirimkan nama-nama pemandu/master of training kepada pengurus LPL untuk dikeluarkan surat keputusan. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan.

6. Pengurus LPL mengeluarkan surat keputusan tentang pemandu/master of

training. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan.

7. Penyelenggara (komisariat) melakukan seleksi calon peserta berkoordinasi dengan SC. Selambat-lambatnya dilaksanakan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan.

8. Penyelenggara (komisariat) menyerahkan peserta kepada pemandu/master

of training sejak dibukanya acara latihan, selanjutnya latihan merupakan

tanggung jawab pemandu/master of training, sampai latihan dinyatakan ditutup.

9. Pemandu/master of training menyerahkan hasil evaluasi latihan (kelulusan peserta) kepada pengurus cabang u.p. Ketua bidang Pembinaan Anggota 10. Pengurus HMI cabang mengeluarkan surat keputusan tentang Pengukuhan

dan Pengesahan Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Islam

11. Pemandu/Master of Training, SC, dan OC memberikan laporan kegiatan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah latihan ditutup. Hal-hal yang penting harus dilaporkan oleh OC, meliputi:

a. Gambaran umum kegiatan. b. Pelaksanaan kegiatan

- Administrasi kesekretariatan

- Publikasi, dekorasi dan dokumentasi. - Akomodasi

- Konsumsi

- Keuangan dan perlengkapan. - Acara dan lain-lain.

c. Evaluasi

d. Kesimpulan dan saran e. Lampiran-lampiran.

Laporan disampaikan pada Pengurus HMI komisariat dan ditembuskan kepada Pengurus HMI Cabang u.p. Ketua bidang Pembinaan Anggota.

Hal-hal penting yang harus dilaporkan pemandu dan SC meliputi a. Gambaran umum pengelolaan latihan

b. Pelaksanaan kegiatan

- Jadwal acara manual dan realisasi. - Berita acara

- SC, pemandu, pemateri, peserta. c. Evaluasi pengelola latihan

- Peserta

- SC dan pemandu - Instruktur d. Kesimpulan

(15)

2.5 KRITERIA

Untuk melaksanakan Latihan Kader I (Basic Training) yang berkualitas diperlukan kader-kader HMI yang unggul yang dapat terlibat dalam latihan, oleh karena itu diperlukan kriteria khusus bagi kader yang terlibat dalam latihan. A. Organizing Committee

Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Anggota biasa HMI

- Telah mengikuti follow up dan Up-Grading LK I, minimal 3 (tiga) bulan

Diangkat oleh pengurus HMI komisariat dengan surat keputusan B. Steering Committee

Kriteria yang harus dipenuhi adalah :

- Memenuhi kualifikasi umum pengelola latihan - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI

- Diutamakan anggota LPL cabang

- Pernah menjadi Organizing Committee LK I

Diangkat oleh pengurus LPL cabang dengan surat mandat C. Pemandu/Master of Training

Kriteria yang harus dipenuhi adalah :

- Memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan (LPL Cabang) - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI

- Pernah menjadi pemateri/instruktur/fasilitator LK I - Menguasai dan memahami seluruh materi LK I - Anggota LPL cabang

- Dapat menjadi suri tauladan yang baik

Ditentukan oleh SC dan diangkat oleh pengurus LPL cabang dengan surat keputusan

D. Pemateri/Instruktur/Fasilitator

Kriteria yang harus dipenuhi adalah :

- Memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan (LPL Cabang) - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI

- Pernah menjadi Steering Committee LK I

- Menguasai dan memahami materi yang dipercayakan kepadanya - Anggota LPL cabang

- Dapat menjadi suri tauladan yang baik Ditentukan oleh SC

E. Peserta

Kriteria yang harus dipenuhi adalah :

- Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani skorsing akademik

- Muslim/Muslimah - Bisa membaca Al-Qur’an

- Bisa melakukan sholat (hafal bacaan sholat) - Bersedia mengikuti seluruh kegiatan training - Lulus seleksi

(16)

F. Tim Rekam Proses

Kriteria yang harus dipenuhi adalah :

- Memenuhi kualifikasi umum pengelola latihan - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI

- Pernah menjadi Steering Committee LK I

- Menguasai dan memahami proses pengelolaan forum Ditentukan oleh pemandu/master of training

G. Tim Monitoring dan Evaluasi Training Kriteria yang harus dipenuhi adalah :

- Memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan (LPL Cabang) - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI

- Pernah menjadi pemandu/master of training LK I - Menguasai dan memahami seluruh materi LK I - Anggota LPL cabang

- Dapat menjadi suri tauladan yang baik

Diangkat oleh pengurus LPL cabang dengan surat tugas

2.6 MANAJEMEN TRAINING

Dalam upaya menciptakan pelaksanaan training yang baik dan berkualitas diperlukan manajemen yang baik, yang dimaksud dengan manejemen training adalah seni untuk mengatur agar tercapainya tujuan training. Berdasarkan hal tersebut, maka LK I merupakan training penanaman nilai/ideologisasi organisasi, sehingga dalam manajemen trainingnya harus mendukung pada aspek kesadaran dalam berpola pikir, sikap, dan tindak, pembobotan dalam LK I adalah afektif (50%), kognitif (30%), dan psikomotorik (20%). Hal-hal yang dimaksud dalam manajemen training ini adalah :

1) Kurikulum

Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat kaitannya dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam training. Dalam penerapan kurikulum ini agar diperhatikan aspek-aspek :

a) Penyusunan jadwal materi training

Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan bentuk-bentuk training. Oleh karena itu penyusunan jadwal harus memperhatikan urutan-urutan materi pokok sebagai korelasi yang tidak berdiri sendiri (asas integratif). Berdasarkan hal tersebut maka urutan materi pokok dalam LK I adalah sebagai berikut :

1. Sejarah Perjuangan HMI 2. Konstitusi HMI

3. Nilai Dasar Perjuangan 4. Misi HMI

5. Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi

Dalam hal diperlukan adanya materi penunjang/tambahan, maka harus diperhatikan korelasinya dengan materi pokok, jangan sampai memutus hubungan antar materi pokok.

b) Metode Penyampaian

Cara penyampaian materi pada LK I pada dasarnya harus memenuhi prinsip penyegaran dan pengembangan gagasan di tingkat pengelola,

(17)

serta penyegaran gagasan dan pemahaman di tingkat peserta, dengan demikian diharapkan akan muncul gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif di dalam forum training. Selain itu penyampaian materi harus mencapai target/sasaran dari tujuan materi khususnya dan tujuan LK I umumnya, serta membangun suasana training/forum yang tidak menjenuhkan.

2) Suasana Training

Suasana training merupakan komponen penting dalam kesuksesan pelaksanaan training, karena suasana akan mempengaruhi kondisi psikologis orang-orang yang terlibat dalam pertrainingan. Suasana training harus dilihat secara komprehensif, karena training bukan hanya sebatas forum penyampaian materi, tetapi lebih jauh daripada itu, seluruh aktivitas sejak dibukanya training sampai dengan penutupan, dalam arena atau lokasi tempat training diadakan. Arena training digambarkan sebagai berikut :

Dengan demikian pemahaman tentang arena training tidak hanya terbatas pada forum saja. Implikasi dari pemahaman tersebut adalah suasana training harus dibangun pada keseluruhan arena training, sehingga segala aturan akan mengikat pada keseluruhan kegiatan training, tidak hanya pada saat di forum.

Suasana yang harus dibangun dalam kegiatan pertrainingan secara umum adalah sebagai berikut :

a) Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu dalam training

b) Tidak menimbulkan kejenuhan di antara unsur individu dalam training c) Tercipta kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu dalam

training; menciptakan kondisi equal antar segenap unsur training berarti mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang ada dalam training.

ARENA TRAINING

Forum

Penginapan Peserta, Panitia,

Tamu, dan MoT

Kantor Administrasi, Ruang

Tamu, dan Makan

Ini Hanya Contoh

(18)

Problem yang akan dihadapi adanya kenyataan-kenyataan “kemerdekaan

individu” dengan mengalami corak yang lebih demokratis. Dengan

demikian pula perbedaan secara psikologis unsur-unsur yang ada akan lebih menipis disebabkan hubungan satu dengan yang lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan antara senior dan yunior

d) Terciptanya suasana Islami; untuk menciptakan suasana yang Islami sebagai upaya awal pembentukan kader muslim, dapat dilakukan dengan jalan mengisi dengan aktivitas ritual pada waktu-waktu tertentu, serta menonjolkan sikap-sikap dan prilaku yang baik.

e) Terciptanya suasana intelektual; dapat dilakukan dengan cara penyediaan bahan bacaan di arena training dan menyediakan media tempat mencurahkan buah pemikiran.

Dengan pemahaman bahwa training adalah seluruh aktivitas yang dilakukan pada masa training, maka pada waktu tersebut seluruh dinamika dan suasana training harus dibentuk oleh seluruh komponen, khususnya senior harus mampu memberikan contoh yang baik pada yuniornya. Dengan demikian suasana training yang mendidik dan menyenangkan dapat terbangun, aktivitas yang tidak berkaitan dengan training, “omongan bocor”, dan sikap lain yang kontraproduktif harus dieliminir.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan training menganut asas minimalis, maksudnya dengan kesiapan logistik yang minimal, kegiatan training dapat tetap berlangsung dengan kualitas yang baik. Keperluan forum yang mesti tersedia adalah alat tulis, lebih baik jika terdapat perlengkapan pendukung lainnya. Demikian pula dengan akomodasi dan perlengkapan lainnya, kondisi minimalis diharapkan dapat meningkatkan militansi dan kreativitas kader.

4) Jumlah Peserta

Jumlah peserta akan mempengaruhi konsentrasi peserta dalam memahami materi yang diberikan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dalam LK I jumlah peserta yang ideal adalah minimal 12 (dua belas) orang dan maksimal 25 (dua puluh lima) orang perkelas.

2.7 LOKASI DAN WAKTU TRAINING

Dalam menentukan lokasi yang akan dipakai untuk pelaksanaan training harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut :

a) Aksesibilitas tinggi

b) Memiliki atau dekat dengan fasilitas ibadah

c) Tertutup; maksudnya lokasi yang memungkinkan ketika training berlangsung peserta tidak dapat berinteraksi dengan “orang lain”

d) Memiliki sarana yang memadai untuk pelaksanaan training e) Memiliki tingkat keamanan yang tinggi

Pelaksanaan training menggunakan sistem kamp konsentrasi dengan total waktu minimal sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk penyampaian materi (jumlah total waktu dihitung berdasarkan waktu efektif; aktivitas rehat, sholat, makan, dan aktivitas lain di luar forum tidak dihitung ke dalam waktu efektif), sehingga seluruh peserta tidak diperkenankan untuk meninggalkan arena training dengan alasan apapun, kecuali atas keadaan tertentu dan berdasarkan

(19)

keputusan pemandu/master of training. Dengan sistem ini diharapkan seluruh peserta dapat terpantau aktivitasnya.

Dalam keadaan khusus dapat dilakukan pengecualian, tetapi tidak dengan mengurangi waktu training.

2.8 SELEKSI

Untuk mendapatkan output yang baik harus berangkat dari input dan process yang baik pula. Latihan Kader I yang merupakan proses pembentukan output agar sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka harus didukung oleh input yang baik. Calon kader sebagai bahan baku yang akan diproses dalam LK I tentu harus memiliki kualifikasi tertentu agar dapat menjadi kader sesuai dengan harapan dan tujuan perkaderan.

Kualifikasi umum calon peserta LK I adalah sebagai berikut :

a) Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani skorsing akademik

b) Muslim/muslimah (bisa baca Al-Qur’an dan bisa melakukan sholat atau hafal bacaan sholat)

c) Memiliki integritas

d) Akademikus (cerdas; intelektual) e) Memiliki potensi kepemimpinan f) Berprestasi

g) Mau aktif berorganisasi

Kualifikasi khusus disesuaikan dengan kondisi lokal masing-masing daerah. Seleksi dilakukan dengan cara :

1) Tes tertulis

Tes tertulis berisi pertanyaan-pertanyaan tentang selayang pandang HMI, dunia kemahasiswaan, kebangsaan, dan ke-Islam-an.

2) Wawancara

Wawancara berfungsi untuk menguji konsistensi jawaban, dan menggali lebih dalam pengetahuan calon peserta yang tidak dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, serta menggali motivasi dan potensi calon peserta. Apabila motivasi ada “distorsi” maka pewawancara betugas untuk meluruskannya. 3) Psiko Test

Psiko Test dilakukan untuk mengetahui potensi calon peserta.

Seleksi dilakukan oleh penyelenggara (komisariat) yang berkoordinasi dengan SC. Hasil seleksi diumumkan selambat-lambatnya 1 (satu) jam sebelum pembukaan training.

(20)

MATERI TRAINING

Latihan Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman dasar organisasi HMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan pada LK I merupakan fondasi dalam membentuk kader sesuai dengan kualitas insan cita. Adapun materi yang diberikan dalam LK I ini harus seragam dan standar di seluruh cabang, karena jika fondasi ini beragam akan mengakibatkan konstruksi yang lemah.

Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu materi pokok dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok adalah kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan dalam forum LK I, materi ini merupakan materi standar secara “internasional” bagi pelaksanaan LK I HMI. Alokasi waktu dan prinsip nilai dalam materi pokok tidak boleh ditambah, apalagi dikurangi, penambahan terhadap materi pokok dapat ditoleransi hanya menyentuh aspek sudut pandang atau pengembangan kearifan lokal (misal penekanan pada pembelaan kaum tertindas dengan studi kasus tertentu). Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah materi yang telah menjadi kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.

3.1 MATERI POKOK

Materi pokok yang diberikan dalam Latihan Kader I meliputi (1) Materi Sejarah Perjuangan HMI, (2) Materi Konstitusi HMI, (3) Materi Nilai Dasar Perjuangan, (4) Materi Misi HMI, dan (5) Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi. 3.1.1 Materi Sejarah Perjuangan HMI

A. Silabus JENJANG LATIHAN KADER I SEJARAH PERJUANGAN HMI ALOKASI WAKTU: 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI Tujuan Pembelajaran Khusus:

1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI. 2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI. 3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI.

(21)

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan: 1 . Pengantar Ilmu Sejarah.

1.1. Pengertian Ilmu Sejarah.

1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah. 2. Misi Kelahiran Islam.

2.1. Masyarakat Arab Pra Islam. 2.2. Periode Kenabian Muhammad.

2.2.1. Fase Makkah. 2.2.2. Fase Madinah. 3. Latar Belakang Berdirinya HMI.

3.1. Kondisi Islam di Dunia. 3.2. Kondisi Islam di Indonesia.

3.3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam. 3.4. Saat Berdirinya HMI.

4. Gagasan dan Visi Pendiri HMI. 4.1. Sosok Lafran Pane.

4.2. Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman. 4.3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.

4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai dasar perjuangan HMI.

5. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI dalam Sejarah Perjuangan Bangsa. 5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik

5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa 5.3. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru 5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa 5.5. HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru

Metode :

Menjunjung tinggi kearifan lokal Evaluasi:

Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk resume. Referensi :

1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina Ilmu

2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.

3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984 4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988

5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995

6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997. 7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.

8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan, 1997

9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan

Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987.

10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, LiteraAntarNusa 11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali Pers 12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam

13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997 14. Hasil-hasil Kongres HMI

(22)

16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.

17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942), LP3ES, 1980.

18. Literatur lain yang relevan B. Materi Terurai

PENGANTAR ILMU SEJARAH Pengertian

Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah

Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.

MISI KELAHIRAN ISLAM Masyarakat Arab Pra Islam

Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya maupun peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada yang dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja, namun pemahaman atau kebanggaan akan sastra demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada masa itu hidup dalam kebodohan. Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya dipandang sebagai benda bergerak yang menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan sumber bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau sekarang,

belum lahir sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam

perpecahan klan (keluarga besar), karena mereka lebih menonjolkan ego kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan masyarakat Arab sering berperang antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan yang menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.

(23)

Periode Kenabian Muhammad # Fase Makkah

Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat yang buruk sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad putra tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah. Sejak kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang yang dapat dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini Muhammad sering melakukan perenungan/kontemplasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang demikian rusak.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik. Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah kesetaraan antar umat manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta membangun solidaritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama.

Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-tama adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan fundamental.

Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi politik masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua, Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal dengan Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam Islam, fase Madinah.

(24)

# Fase Madinah

Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam. Kaum muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di sana, antara lain Yahudi.

Dimadinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan pesat, pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih kepada muamallah. Dengan semakin besarnya kamum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada Muhammad s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka menegakkan kalimah tauhid.

Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63 tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI Kondisi Islam di Dunia

Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.

Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.

(25)

Kondisi Islam di Indonesia

Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka.

Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam

Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi untuk kepentingan golongan tersebut.

Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir.

Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata.

Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbat

(26)

dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.

GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI Sosok Lafran Pane

Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.

Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman

Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.

Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.

(27)

Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya

Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan sosial budaya, yaitu :

1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia

2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam

Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.

Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :

a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat

rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran

kebangsaan atau ke-Indonesiaan

b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya terkandung pemikiran ke-Islaman

Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya. Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan

bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak dilakukan secara institusional,

(28)

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA HMI dalam Fase Perjuangan Fisik

HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.

Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.

HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa

Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah.

Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah :

1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang akan datang

2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan-keruncingan, tidak saling menyerang

3) Kepada warga dan anggota HMI supaya : a) Wajib aktif dalam pemilu

b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam

c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai Islam yang disenangi

Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia.

Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada

(29)

tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju pancasila atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak ?

Munas memberikan jawaban sebagai berikut :

1) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh MPRS

2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam Jakarta

3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa

Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan, isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.

HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru

Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik

pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin

Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang

merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira itu.

Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI

pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut

membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.

HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa

Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.

(30)

Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim

2) Partisipasi dalam pemberian konsep 3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan

Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi. HMI dan Fase Pasca Orde Baru

Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang.

Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai

common enemy.

Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap bertahan ?

3.1.2 Materi Konstitusi HMI A. Silabus

JENJANG:

LATIHAN KADER I

KONSTITUSI HMI ALOKASI WAKTU: 10 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi HMI dan hubungannya dengan pedoman pokok organisasi lainnya.

2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam kehidupan berorganisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1. Pengantar Ilmu Hukum

1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum 1.2. Hakekat Hukum

1.3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi 2. Ruang lingkup Konstitusi HMI

2.1. Makna Mukodimah AD HMI

(31)

2.3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI 2.3.1. Masalah keanggotaan

2.3.2. Masalah Struktur Kekuasaan 2.3.3. Masalah Struktur Kepemimpinan 3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi

3.1. Pedoman Perkaderan. 3.2. Pedoman Kohati

3.3. Pedoman Lembaga Kekaryaan 3.4. Pedoman atribut HMI

3.5. GPPO dan PKN

4. Hubungan Konstitusi AD/ART dengan pedoman-pedoman Organisasi lainnya.

Metode :

Menjunjung tinggi kearifan lokal Evaluasi:

Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan. Referensi:

1. Hasil-hasil kongres.

2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.

3. Prof. DR. Mukhtar Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH,

Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum,

Penerbit Alumni, Bandung, 2000.

4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000

5. UUD 1945 (untuk perbandingan) 6. Literatur lain yang relevan.

B. Materi Terurai Pengertian

Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang menjadi dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang dibawahnya dalam suatu organisasi/negara.

Konstitusi : - Aturan pokok - Hukum pokok

Qur’an & Hadist Æ Islam Pancasila & UUD 1945 Æ Indonesia

AD/ART Æ Organisasi

Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan dan piagam (sebagai dasar pijakan) :

1. Bentuknya

Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang berlaku dalam suatu organisasi/negara.

2. Isinya

Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat pokok, dasar atau azas-azasnya saja.

(32)

3. Sifatnya • Universal • Fleksibel • Luwes PIAGAM MADINAH (Untuk perbandingan)

Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran 1. Monotheisme

Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan akhir pasal 47

2. Persatuan dan kesatuan

Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37 3. Persamaan dan keadilan

Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40 4. Kebebasan beragama

Terdapat pada pasal 25 5. Bela negara

Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44 6. Pelestarian adat yang baik

Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti gotong-royong, pembayaran diat dan tebusan tawanan.

Ruang Lingkup Konstitusi HMI Mukadimmah

Alinea 1 :

1) Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)

2) Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172) 3) Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)

4) Pengabdian diri (Az-Zariat 56) Alinea 2 :

Azas keseimbangan (Al-Qashash 77)

Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal Alinea 3 :

1) Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT (At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus 25)

2) Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam) (Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11)

3) Adil makmur Alinea 4 :

1) Fungsi generasi muda Islam

2) Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56) Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam

HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang (mengaku) beragama Islam dimana secara individu dan organisatoris memiliki cirri-ciri keislaman, dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber norma, sumber nilai,

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian pedoman pengawasan adalah pegangan atau petunjuk untuk melaksanakan kegiatan pengawasan yang lebih operasional dan rinci agar pelaksanaan kegiatan

Fenomena yang terjadi di lapangan sehubungan dengan pelaksanaan pelatihan kerja oleh UPT-LK Wilayah I Provinsi Riau adalah keterbatasan instruktur pelatihan,

Pedoman Teknis Perluasan Areal Peternakan (kebun hijauan makanan ternak dan padang penggembalaan) dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi para petugas

 Keempat bagian dalam Panduan Teknis Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan

Fenomena yang terjadi di lapangan sehubungan dengan pelaksanaan pelatihan kerja oleh UPT-LK Wilayah I Provinsi Riau adalah keterbatasan instruktur pelatihan,

Buku Panduan PPL Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo 11 Kompetensi ini meliputi pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran di dalam kelas, mulai dari penyusunan rencana

Modul ini merupakan panduan dalam perencanaan operasi jaringan irigasi yang membahas perencanaan operasi jaringan irigasi. Modul ini bertujuan untuk memberikan

Buku Pedoman Akademik adalah buku pedoman teknis penyelenggaraan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan, yang disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan secara