• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahda, R. 1986. Studi Kemungkinan Pembentukan Daerah Penyangga ( buffer zone ) pada Areal Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Rimbo Panti Sumatera Barat.Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Anonim.2009.http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/sumbar/ca_rimbo_panti . html.( 5 Mei 2009 ).

Anonim.2009.http://www.wisatamelayu.com/id/news.php?a=OWVpbS8g. (5 Mei 2009)

Anonim.2009.http://www.plantamor.com/index.php?conservations=yes&n=422& p=5&s=1&t=( 5 Mei 2009 ).

Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Rimbo Panti. Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat. Padang.

Anonim. 2002. Rencana Pengelolaan Taman Wisata Ala m Rimbo Panti. Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat. Padang.

Antara. 2008. Objek Wisata Rimbo Panti Masih Jadi Persinggahan Turis. http://www.antarasumbar.com/id/index.php?sumbar=berita&d=14&id=15 24.( 5 Mei 2009 )

Asmin,F. 2004. Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Dirjen PHKA. 2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam. Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Mackinnon, J.K. G. Child dan J. Thorsell.1990 dan Mackinnon H. 1986.

Managing Protected Areas in the Tropics. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mardi, P. 1995. Analisis Permasalahan Pengelolaan dan Perencanaan Strategis Pengelolaan Cagar Alam Leuweung Sancang Garut. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Padangekspres.2008. Rimbo Panti Rawan Longsor.

http://www.padangekspres.co.id/content/view/725/100/ ( 5 Mei 2009 ) Pemerintah Republik Indonesia, 1990. Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang

Pemerintah Republik Indonesia, 1994. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam

Pemerintah Republik Indonesia, 1998. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta. Safitri, B. 2006. Analisis Respon Stakeholders Terhadap Kebijakan Perluasan

Kawasan Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Soekmadi, R. 2003. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Kawasan Konservasi : Sebuah Wacana Baru dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Media Konservasi Vol. VIII, No. 3 Desember 2003 : 87-93.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (UU No.5 tahun 1990). Kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Taman Wisata Alam (TWA) merupakan kawasan pelestarian alam yang pemanfaatan utamanya adalah untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi alam. TWA Rimbo Panti merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat.

Pada awalnya kawasan Rimbo Panti adalah berupa Cagar Alam (CA) Rimbo Panti (Register 75) seluas 2.550 ha yang ditetapkan berdasarkan Gubernur Besluit (Keputusan Gubernur Hindia Belanda) No.34 Staablat 420 tanggal 8 Juni 1932. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.348/Kpts/Um/6/1979 tanggal 1 Juni 1979, sebagian areal kawasan Cagar Alam Rimbo Panti dijadikan sebagai kawasan Taman Wisata Alam seluas 570 ha.

Keberadaan sebuah taman wisata alam yang dikelilingi oleh sebuah cagar alam merupakan suatu fenomena yang menarik yang terjadi di Rimbo Panti. Cagar Alam tergolong ke dalam Kawasan Suaka Alam yaitu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan maupun perairan, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekositemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Sedangkan Taman Wisata Alam termasuk ke dalam kategori Kawasan Pelestarian Alam yaitu kawasan yang mempunyai ciri khas tertentu, baik daratan maupun perairan, yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Kawasan TWA Rimbo Panti mempunyai prospek yang cukup baik untuk tempat rekreasi, karena aksesibilitas menuju lokasi tinggi, relatif jauh dari tempat rekreasi lainnya, dekat dengan ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan serta mempunyai objek rekreasi yang cukup menarik (Ahda, 1986). Kawasan Cagar Alam yang berbatasan langsung dengan Taman Wisata Alam seharusnya tidak boleh ada kegiatan wisata yang banyak dikunjungi masyarakat. Kegiatan wisata ini dikhawatirkan bisa menyebabkan kerusakan populasi dan habitat baik itu flora maupun fauna yang ada di dalam kawasan CA dan TWA Rimbo Panti mengingat Rimbo Panti memiliki keanekaragaman hayati dan kepentingan pelestarian yang tinggi. Upaya perlindungan bagi kawasan tersebut banyak mengalami hambatan yang berasal dari keterbatasan pengelolaan kawasan dan pemanfaatan sumber daya hayati oleh masyarakat yang bermukim di sekitar TWA Rimbo Panti yaitu adanya kegiatan pengambilan kayu bakar ke dalam kawasan CA dan TWA. Masalah yang dihadapi CA dan TWA Rimbo Panti berupa : pengambilan rotan, pengambilan kayu bakar, pengambilan ikan, pengambilan buah-buahan, dan penyerobotan lahan (Ahda, 1986).

Ahda (1986) menyebutkan bahwa Taman Wisata Alam Rimbo Panti belum dikelola sepenuhnya namun telah dimanfaatkan pengunjung, baik dari masyarakat sekitar Kabupaten Pasaman, daerah lain, maupun wisatawan dari luar negeri. TWA ini sering dijadikan sebagai tempat istirahat sementara oleh penumpang bus jurusan Padang-Medan dan sebaliknya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai analisis pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti untuk dapat mengetahui pengelolaan yang dilaksanakan di TWA Rimbo Panti.

Adapun cara yang dapat ditempuh antara lain adalah dengan mengkaji pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanan, dan monitoring serta evaluasi dari kegiata n pengelolaan dan mengumpulkan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan wisata alam, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, dan kebudayaan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Rimbo Panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan yang terdapat di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis aspek-aspek pengelolaan kawasan TWA Rimbo Panti meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksa naan, dan pengawasan. 2. Mengetahui kendala dan permasalahan yang dihadapi pengelola dalam

mengelola kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti.

3. Merumuskan pola pengelolaan baru di Taman Wisata Alam Rimbo Panti. 1.3. Manfaat Penelitian

Data dan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam penentuan dan pengambilan kebijakan pengelolaan perlindungan Cagar Alam Rimbo Panti bagi pihak pengelola, yaitu Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. Selain itu juga diharapkan dapat memberi manfaat berupa peningkatan bagi kesejahteraan seluruh komponen masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam setiap penyelenggaraan pengelolaan kawasan Taman Wisata Ala m Rimbo Panti.

BAB II