• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Aktivitas Pengelolaan

5.4.4. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Perlindungan dan pengamanan kawasan dalam konteks konservasi sumberdaya alam merupakan dua jenis kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan, namun terdapat nuansa perbedaan dalam implementasinya. Kegiatan perlindungan dipersepsikan sebagai upaya menjaga keutuhan kawasan dan potensinya, misalnya dari bahaya kebakaran, hama, dan penyakit, penggembalaan liar, berkembangnya spesies eksotik, dan polusi genetik (genetic pollution).

Pengamanan kawasan diartikan sebagai upaya menjaga keutuhan kawasan dari gangguan manusia, misalnya pada pencurian kayu, perburuan liar, perladangan berpindah, pemukiman, dan kerusakan sebagai dampak adanya kegiatan wisata alam. Upaya pengamanan kawasan yang dilakukan TWA Rimbo Panti berbentuk tindakan preventif yaitu melalui penjagaan (sistem piket), pemantauan, dan patroli (patroli rutin, patroli mendadak, patroli gabungan), penyuluhan dan pembuatan papan peringatan. Namun upaya perlindungan dan

pengamanan yang dilakukan sekarang dianggap kurang efektif karena keterbatasan sumberdaya manusia yang ada di TWA Rimbo Panti.

5.4.4.1. Bentuk gangguan keamanan kawasan

Kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti termasuk ke dalam salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Pasaman. Lokasi ini biasanya menjadi tempat wisata keluarga ataupun wisata pendidikan. Pada saat hari libur nasional dan Hari Raya Idul Fitri di tiap tahunnya biasanya TWA Rimbo Panti dikunjungi rib uan pangunjung. Banyaknya jumlah pengunjung yang masuk ke kawasan dikhawatirkan sudah tidak sesuai dengan daya dukung kawasan sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan tumbuhan yang ada di dalam TWA. Beberapa bentuk gangguan keamanan yang terjadi terhadap kawasan rimbo panti antara lain adalah :

1. Pengambilan kayu bakar

Pengambilan kayu bakar merupakan gangguan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan, pengambilan kayu dulunya terjadi hampi tiap hari tetapi saat ini intensitasnya sudah berkurang. Kayu yang diambil nantinya digunakan sebagai kayu bakar rumah tangga. Modus operasi dalam kegiatan pengambilan kayu bakar ini adalah dengan menggergaji sebagian batang pohon yang masih hidup, tetapi tidak sampai tumbang. Setelah ditunggu beberapa hari pohon tersebut akan layu, mati, dan tumbang. Sahana (2007) menyebutkan bahwa kayu yang diambil dari dalam kawasan tidak hanya kayu mati tetapi juga pohon yang masih hidup. Terdapat tiga kategori dalam pengambilan kayu ini, yaitu pertama kayu tersebut digunakan untuk keperluan rumah tangga, kedua untuk dijual dengan menjajakan dari rumah ke rumah, dan yang ketiga dijual kepada pelanggan tetap seperti rumah makan.

2. Penebangan liar

Penebangan liar terjadi di sebagian kawasan TWA Rimbo Panti. Penebangan hutan merupakan gangguan yang harus diwaspadai karena akan mengancam kelestarian hutan TWA Rimbo Panti. Umumnya penebangan liar terjadi karena adanya penadah atau pasar yang menampung kayu haram tersebut.

Pelaku penebangan liar pernah ditangkap POLHUT dan pernah dipenjarakan tetapi proses hukumnya tidak selesai sehingga diproses cuma sampai tingkat kepolisian sektor. Bisa dikatakan law enforcement di rimbo panti masih lemah.

Gambar 6 Sisa Kayu Penebangan Liar.

Kegiatan-kegiatan pelanggaran yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan menurut PP No. 68 Tahun 1998 adalah berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan keluar kawasan, serta memusnahkan sumberdaya alam di dalam kawasan, melakukan ke giatan usaha yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan, dan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. Pelanggaran yang dijumpai terjadi di kawasan berupa penebangan liar dan perburuan namun kedua kegiatan ini intensitasnya kecil. Pengubahan bentang alam yang paling mencolok tidak ditemukan.

Pelanggaran yang ditemukan biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan hidup. Pelaku pelanggaran lain adalah pengunjung, bentuk pelanggaran biasanya adalah vandalisme atau membuang sampah tidak pada tempatnya. Alasan terjadinya pelanggaran oleh pengunjung biasanya adalah rendahnya kesadaran untuk turut menjaga kawasan dan ketidaktahuan akan peraturan dalam kawasan.

3. Pembuangan sampah sembarangan

Kegiatan membuang sampah sembarangan ke dalam kawasan TWA terjadi di Rimbo Panti. Kegiatan ini biasanya berlangsung pada hari Kamis yaitu hari

pasar bagi masyarakat Kecamatan Panti. Adanya beberapa orang yang tidak bertanggung jawab yang menjadikan kawasan TWA sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah hasil dari sampah pasar tersebut.

Pencegahan dari permasalahan ini telah dilakukan oleh p ihak BKSDA, Dinas Kehutanan Kabupaten Pasaman, dan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pasaman yaitu dengan memasang papan larangan di sekitar lokasi pembuangan sampah. Namun papan larangan ini seperti tidak dihiraukan sehingga kegiatan pembuangan sampah ke dalam kawasan masih berlangsung sampai saat ini. Timbunan sampah pasar bisa dilihat pada Gambar 7.

Selain pembuangan sampah pasar p encemaran yang terjadi di TWA Rimbo Panti juga berasal dari kegiatan wisata. Pengunjung yang kurang mengerti akan pentingnya turut menjaga kebersihan menjadi penyumbang pencemaran lingkungan yaitu membuang sampah sembarangan.

Gambar 7 Sampah yang dibuang warga dan papan larangan.

Bentuk pelanggaran yang ditemukan biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan hidup. Pelaku pelanggaran lain adalah pengunjung, bentuk pelanggaran biasanya adalah vandalisme atau masuk ke dalam kawasan CA Rimbo Panti yang seharusnya tidak boleh ada kegiatan wisata di dalam kawasan CA. Alasan terjadinya pelanggaran oleh pengunjung biasanya adalah rendahnya kesadaran untuk turut menjaga kawasan dan ketidaktahuan akan peraturan dalam kawasan konservasi terutama tentang perbedaan CA dan TWA. Yang mereka tahu adalah kawasan rimbo panti adalah salah satu daerah wisata favorit yang ada di Kab. Pasaman.

5.4.4.2. Upaya pencegahan terjadinya gangguan keamanan kawasan

Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap keamanan kawasan maka pengelola TWA Rimbo Panti melakukan kegiatan patrol pengamanan kawasan. Patroli adalah salah satu fungsi mendasar dan terpenting dari satuan pengelolaan suatu kawasan yang dilindungi (MacKinnon et.al, 1990). Patroli dapat dilakukan dengan berjalan kaki, mengendarai motor, mobil, ataupun dengan alat transportasi lainnya. Patroli dapat dilakukan seorang diri dan juga bisa dalam bentuk sebuah

team patroli (Mac.Kinnon et.al, 1990). Jumlah orang dalam setiap patroli, frekuensi patroli, dan intensitas patroli bagi suatu kawasan, semuanya bervariasi menurut situasi dan kondisi setempat. Selain upaya diatas TWA Rimbo Panti juga melakukan pendekatan sosial dengan masyarakat sekitar kawasan melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan ke organisasi pemuda ataupun melalui wali nagari yang ada di sekitar kawasan TWA Rimbo Panti.

Patroli yang dilaksanakan di TWA Rimbo Panti terdiri dari patrol rutin yang dilaksanakan sekali dalam sebulan dan patroli gabungan dilaksanakan 2-3 kali dalam setahun. Patroli rutin diikuti oleh petugas dari Kantor seksi BKSDA dan petugas dari DISHUBPAR. Kegiatan yang dilakukan pada saat patroli antara lain adalah monitoring keamanan kawasan TWA disertai pencatatan satwa yang dijumpai pada jalur patrol. Patroli gabungan diikuti oleh petugas dari kantor BKSDA Sumatera Barat, petugas seksi BKSDA wilayah I, dan petugas dari DISHUBPAR Kab. Pasaman. Selain patroli rutin dan patroli gabungan juga ada kegiatan patroli mendadak jika ada kegiatan-kegiatan yang mengganggu keamanan kawasan TWA.

Selain patroli, untuk kegiatan pengamanan kawasan, BKSDA Sumatera Barat dalam hal ini Seksi Konservasi Wilayah Pasaman menjalin kerjasama dengan 4 orang tokoh masyarakat (PAM SWAKARSA) yang cukup berpengaruh untuk dijadikan mitra dalam pengamanan kawasan. Tokoh-tokoh ini yang nantinya berfungsi sebagai jembatan penghubung informasi antara pihak pengelola dengan masyarakat. Seandainya ada kegiatan warga yang sudah bertentangan dengan apa yang seharusnya maka PAM SWAKARSA yang menjadi pihak pertama yang melakukan teguran.

5.4.5. Penataan Kawasan