• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Indonesia 2000. Badan Pusat Statistik Indonesia: Jakarta.

__________________. 2004. Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik Indonesia: Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia 2000. Badan Pusat Statistik Indonesia: Jakarta.

__________________. 2008. Statistik Indonesia 2008. Badan Pusat Statistik Indonesia: Jakarta.

Baliwati, Y. F. 2001. Model evaluasi ketahanan pangan rumahtangga petani di Desa Sukajadi, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Fakih, M. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fardiaz D. 1996. Peranan wanita dalam pertanian lahan kering. [Laporan Utama]. Bogor: Proyek Konservasi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Nasional Komponen DAS Cimanuk Hulu. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DATI I Jawa Barat dan Lembaga Penelitian IPB.

Fausia, L, dan Prasetyaningsih, N. 2005. Gender dalam kawasan DAS citanduy: kajian aktivitas reproduktif dan produktif perempuan dalam sumberdaya alam. [Laporan Penelitian]. Bogor: Kerjasama dengan Partnership For Governance Reform In Indonesia-UNDP.

Grijins, M dkk. 1992. Gender, Marginalisasi dan Industri Pedesaan: Pengusaha, Pekerja Upahan dan Pekerja Keluarga Wanita di Jawa Barat, Proyek Penelitian Sektor Non-pertanian Pedesaan Jawa Barat. [Laporan Penelitian]. Pusat Studi pembangunan Institut Pertanian Bogor (PSP-IPB) kerjasama Institute of Sosial Studies (ISS) Negeri Belanda, dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Teknologi Bandung(PPLH-ITB).

Institute of Sosial Studies-The Hague dan Akatiga Foundation.

Handayani T, Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Hartomo W. 2007. Kebijakan sistem usahatani berkelanjutan responsif gender di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Haryani, M. 2004. Tingkat kemandirian wanita tani dalam pengelolaan usahatani sayuran: Kasus di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Mugniesyah S S, dkk. 2002. Peranan wanita dalam pertanian lahan kering. Proyek Konservasi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Nasional Komponen DAS Cimanuk Hulu. [Laporan Penelitian]. Bogor: Kerjasama Bappeda Tingkat I Jawa Barat dan Lembaga Penelitian IPB.

Mugniesyah S S. 2006. Komunikasi Gender I. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

_____________________. 2007. Gender, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Ekologi Manusia. Editor Soeryo Adiwibowo. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mugniesyah S S, Wigna W, Husaini E. 2002. Jender dan perilaku masyarakat petani lahan kering dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. [Laporan Penelitian]. Bogor: Pusat Studi Wanita. Institut Pertanian Bogor.

Palit, M A P. 2009. Status dan peran wanita tani etnik Papua dalam pengambilan keputusan rumahtangga di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Prasodjo, Nuraini W et al. 2003. Modul mata kuliah gender dan pembangunan.

Bogor: Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. [Tidak dipublikasikan].

Primatani. 2008. Pengembangan dan pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian pada lahan sawah semi intensif di Kabupaten Tangerang. [Laporan Akhir]. Banten: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Pudjiwati, S. 1981. Peranan wanita dalam keluarga, rumahtangga, dan masyarakat yang lebih luas di pedesaan jawa. Dua kasus penelitian di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Sumedang di Jawa Barat. [Disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sakernas. 2009. Jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas berdasarkan pekerjaan utama. http://www.demografi.go.id. [diakses tanggal 8 Desember 2009].

Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian Survai. Editor Effendi S. Jakarta: LP3S Soeharjo, A. 1973. Sendi-sendi pokok ilmu usahatani. Bogor: Fakultas Pertanian.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Subagio, H. 2008. Peran kapasitas dalam mewujudkan keberhasilan usahatani:

kasus petani sayuran dan padi di Kabupaten Malang dan Pasuruan Provinsi Jawa Timur. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Sunarso. 2005. Pembagian kerja pada sistem usahatani sayuran (kasus kelompok tani Bambu Duri, Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [Skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. Vitayala, A. 2007. Perempuan, politik, dan pertanian. [Dialog Publik]. Bogor:

(Kasus Rumahtangga Petani Rawa Banteng, Desa Gempol Sari, Kecamatan

Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten)

SINTA RAHMI PUTRI

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Lowlands (Case of farmer households of Rawa Banteng, Gempol Sari Village, District of East Sepatan, Tangerang District, Banten Province) under guidance of AIDA VITAYALA S. HUBEIS)

Gender inequalities often occur tend to make women as subjects who are always harmed, particularly for rural women. More detailed study aims to look at and identify the factors associated with gender relations, and analyzing gender relations in peasant households in particular horticultural commodity vegetables. These factors are: farmers characteristic, farmers' accessibility to information, and environmental factors. While gender relations are analyzed by looking at the access, control, division of works and decision-making within households.

The method used is a quantitative approach that is supported by qualitative analysis to provide a broad picture of gender relations within households. Quantitative data obtained are processed by using Microsoft excel 2007, to tabulate the frequency, and SPSS 15.0 was used to measure the correlation between variables using Spearman rank analysis. While qualitative data are presented descriptively.

This research produced some gender inequalities in a flow amount of time charged to the women of 19.9 hours per day. In addition, women's limited access is clearly seen, where women are only given a chance in harvest period in whole the production process, in addition to their obligations in domestic activities. Most of the productive activities performed by men.

Keyword: gender inequalities, access, control, division of works and decision- making

SINTA RAHMI PUTRI. Relasi Gender pada Rumahtangga Petani Sayuran Dataran Rendah. (Kasus Rumahtangga Petani Rawa Banteng, Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten) (di bawah bimbingan AIDA VITAYALA S. HUBEIS)

Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tidak diimbangi dengan akses dan kontrol perempuan terhadap sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa mayoritas perempuan di perdesaan kurang memiliki akses terhadap sumberdaya pertanian seperti terbatasnya akses dan hak atas lahan dan sumberdaya lainnya. Fakta lainnya adalah terdapatnya ketimpangan terhadap perempuan dimana upah yang diterima oleh perempuan hanya 70 persen dari upah laki-laki, kebanyakan rumahtangga miskin dikepalai oleh perempuan, dan lebih dari 43 persen pengangguran di desa adalah perempuan. Di samping itu, yang membebani perempuan adalah tanggungjawab domestik menyebabkan perempuan perdesaan bekerja lebih lama dengan curahan waktu rataan 16 jam perhari.

Ketimpangan dalam perlibatan laki-laki dan perempuan dalam usahatani baik partisipasi dalam kegiatan maupun dalam pengambilan keputusan menyebabkan salahsatu pihak yang kebetulan adalah perempuan ditempatkan pada posisi subordinat, meskipun kebanyakan dari hal tersebut tidak disadari oleh perempuan itu sendiri.

Penelitian ini mengkaji mengenai bagaimana relasi gender yang terdapat di dalam rumahtangga petani sayuran di kawasan dataran rendah, Desa Gempol Sari. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang berhubungan dengan relasi gender dalam rumahtangga petani sayuran, dan menganalisis relasi gender petani dalam rumahtangga dengan melihat tiga aspek penting yaitu, akses dan kontrol, pembagian kerja dan pengambilan keputusan dalam rumahtangga.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode survai yang didukung dengan pendekatan kualitatif dengan

informasi lebih jauh tentang cara masyarakat mengelola usahatani.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumahtangga petani yang terdaftar ke dalam Poktan Rawa Banteng di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni sebanyak 45 rumahtangga. Responden adalah anggota rumahtangga petani baik laki-laki (suami) atau perempuan (istri) yang terlibat dalam usahatani. Dari 45 anggota Poktan Rawa Banteng tersebut, dipilih 31 rumahtangga petani secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar 10 persen. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan microsoft office excel 2007, untuk tabulasi frekuensi, kemudian SPSS 15.0 dengan memakai analisis Rank Spearman untuk mengukur korelasi antarvariabel. Data kualitatif disajikan secara deskriptif yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi langsung di lapangan. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah faktor-faktor terpilih seperti karakteristik pribadi petani, aksesibilitas informasi dan lingkungan memiliki hubungan yang sangat signifikan dan bernilai positif melalui uji korelasi

spearman dengan nilai nilai P – value < α, dimana uji berlaku pada tingkat kepercayaan 99 persen (α = 0,01).

Curahan waktu terbanyak dimiliki oleh perempuan dewasa dengan ranah kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dengan rataan 19,9 jam perharinya. Curahan waktu ini mayoritas dihabiskan oleh perempuan di sektor domestik dengan ragam kegiatan seperti mencuci, memasak, mengasuh anak, dan menyiapkan keperluan suami atau melayani suami. Sedangkan keterlibatan perempuan di kegiatan produktif sebagian besar terbatas pada mencabut dan mengikat sayuran pada akhir periode tanam. Sedangkan, curahan waktu laki-laki adalah 15,4 jam perharinya dengan mayoritas kegiatan yang dilakukan adalah di sektor produktif yaitu mengelola lahan pertanian sayuran dengan memegang kontrol terhadap praproduksi hingga pemasaran. Curahan waktu laki-laki pada

Pola pengambilan keputusan yang terdapat di dalam rumahtangga petani masih didominasi oleh laki-laki sebagai kepala keluarga. Perempuan hanya memiliki dominasi kekuasaan dalam mengambil keputusan pada kegiatan domestik. Meskipun demikian keputusan secara dominan masih dipegang oleh laki-laki sebagai kepala dalam rumahtangga.

(Kasus Rumahtangga Petani Rawa Banteng, Desa Gempol Sari,

Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten)

Oleh:

SINTA RAHMI PUTRI