Adi RI. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Adi S. 1999. Ekonomi Kerakyatan dalam Dinamika Perubahan. Makalah Konferensi Internasional Ekonomi Jaringan, Hotel Sangri-La, Jakarta.
Aisyah D, Katiman R, dan Abd HA. “Prestasi Program Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Jakarta Utara, Indonesia: Satu Penilaian Awal.” GEOGRAFIA OnlineTM Malaysian Journal of Society and Space 6issue 3. P 13 – 29.
Amanah S. 2007. Kearifan Lokal dalam Pengembangan Komunitas Pesisir. Bandung: CV. Citra Praya.
. 2010. Strategi Pemberdayaan Nelayan Berbasis Keunikan Agroekosistem
dan Kelembagaan Lokal. Prosiding: ”Simposium Nasional Pengelolaan
Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil.” 18 (11). P 23-27.
Anas P. 2003. Efektivitas Komunikas Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (Kasus Cilancang dan Kepuluan Seribu). [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Asngari PS. 2001. "Peranan Agen Pembaruan/Penyuluh dalam Usaha
Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis." Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bappenas. 1995. Pembinaan Program dan Pendampingan Pokmas IDT. Jakarta:
Bappenas.
Barker RL. (1987), The Sosial Work Dictionary, Silver Spring, MD: National Association of Sosial Workers.
Baskoro MS. 2009. Teknologi Tepat Guna dalam pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Sumberdaya Perikanan. Peranan IPTEKS dalam Pengelolaan Pangan, Energi, SDM, dan Lingkungan yang Berkelanjutan. Bogor: IPB Press.
Bengen DG. 2004. Sinopsis Ekosistem dan Sumber daya Alam Pesisir dan laut srta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bustang. 2008. “Potensi Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Pedesaan di Kabupaten Bone.” Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bustang, Basita G. Sugihen, Slamet M, dan Susanto S. 2002. Potensi Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam Pemebrdayaan Keluarga Miskin di Perdesaan. Studi Kasus Kabupaten Bone. Jurnal Penyuluhan. 4 (1): 39-46.
Buwaethy A. 2008. Penyuluhan Agama Salah Satu Bentuk Pembinaan
Masyarakat.
Cernea. 1991. Shorcut and Participatory Method For Gaining Sosial Information For Projeck. In Putting Poeple Firts. Ociological variables in Rural Development. Oxford Uiversity Press.
Chambers. 1987. Pembangunan Desa, Mulai dari Belakang. Jakarta:.LP3ES.
Cristenson JA., Robinson JR. Jerry W (Editor).Community Development in
Perspective. Iowa: Iowa State Universy Press/Ames.
Cohen JM and Uphoff. 1977. Rural Development, Participation. New York: Ithaca Dahuri R. 2003. “Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.”
Orasi Ilmiah: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:237/KPTS/OT160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta.
Djajadiningrat, Surna T dkk. 2003. Akses Peranserta Masyarakat; Lebih Jauh Memahami Community development. Jakarta: Indonesia Center for Susttainable Development (ICSD).
DKP Provinsi Maluku Utara. 2005. Laporan Tahunan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara.
________. 2002. Potensi dan Peluang Investasi Perikanan di Provinsi Maluku Utara. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara.
________. 2009. Laporan Tahunan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara.
Effendy OU. 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
RosdaKarya.
Fukuyama F. 1995. Trust Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
Ghazaly HA. 1979. Menggalakkan Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pembangunan. Jakarta: Socalia.
Hadad I. 1980. ”Persoalan dan Perkembangan Pemikiran dalam Teori Pembangunan” dalam Prisma. Jakarta: LP3ES (25-34).
Hadi AP. 2009. Tinjauan terhadap Berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA).
Hamzens SPW dan Sumardjo. 2007. ”Strategi Inovasi Sosial Pengembangan Mutu Sumberdaya Manusia Nelayan.” Jurnal Penyuluhan. 3 (1): 1-10.
Hasanudin I. 2006. Laporan Evaluasi. Dampak Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pada Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kab. Halmahera Selatan. Fakultas Perikanan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate.
Hasibuan MSP. 1999. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hatifah SS. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Herawati dan Pulungan I. 2006. ”Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kontak Tani dalam Prencanaan Program Penyuluhan Pertanian.” Jurnal Penyuluhan. 2 (2): 108-114.
Hikmat RH. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.
Horton PB dan Chaster LH. 1989. Sosiologi Jilid 1-2. Jakarta: Erlangga
Hubeis AVS, Tjitropranoto P, Ruwiyanto W. 1995. Penyuluhan Pembangunan Indonesia Menyongsong Abad XXI, Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara
Ismawan. 1994. Pengambangan Kelompok Masyarakat dalam Program IDT. Program IDT: Kelompok Masyarakat dan Pendamping. Jakarta: Bina Swadaya.
Jahi A. 1988. “Komunikasi dan Pembangunan.” Dalam Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ke tiga: Suatu Pengantar. Disunting oleh Amri Jahi. Jakarta: Gramedia.
Jamasy O. 2004. Keadilan, Pemebrdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan.
Bandung: Belantika.
Karlinger FN. (1990). Asas-Asas Penelitian Behaviour. Terjemahan. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Karsidi R. 2001. “Paradigma Baru Pendampinganan Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat.” Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.):
Pemberdayaan Sumber daya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Kartasasmita G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES: Jakarta
Khairati NT. 2005. ”Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Program Pengembangan Kaum nelayan (Studi Kasus di Desa Maskom Kecamatan Bangkalis, Kabupaten Bangkalis).” Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Khasanaturodhiyah. S.T. 2002. ”Kajian Partisipasi Peserta dan Kinerja Pengelolaan
Program Pemebrdayaan Ekomomi Masyarakat Pesisir (PEMP).” Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
KKP. 2007. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Deroktorat Jenderal Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
________. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Korten DC. 1984. Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta : Lembaga Studi
Pembangunan.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yagyakarta: LKiS
________. 2003. Akar kemiskinan Nelayan. Yagyakarta: LKiS
Kuswanto. 1992. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erfektivitas Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertaian Bogor. Bogor
Lee J dan Swenson C. (1986), “The Concept of Mutual Aid, “ Dalam A. Gitterman dan L. Schulman (eds), Mutual Aid and the Life Cycle, Itasca: F. E. Peacock Leilani A dan Jahi A. 2006. “Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten
Provinsi Jawa Barat.” Jurnal Penyuluhan. 2 (2): 100-106.
Mahmudi A. 1999. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Bahan TOT P2KP. Ambarawa: LPPSLH,
Marbun L. 2008. Kenaikan BBM dan Kemiskinan Nelayan.
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
________. 2007. "Ilmu Penyuluhan Pembangunan sebagai Landasan Percepatan Ekonomi Rakyat untuk Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Potensi Daerah." Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Penyuluhan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Miraza R. (2009). “Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir (PEMP) di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.” Tesis. Sumatra: USU.
Ndraha T. 1990. Pembangunan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nikijuluw VPH. 2001. ”Pengelolaan Pesisir Terpadu.” Proyek Pesisir, Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.
_______. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber daya Perikanan. Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R), Jakarta.
Nurududja B, Amina S, dan Sukarman. 2007. Suara dari Pesisir. Rangkuman. Narasi Proses Workshop Penanggulangan Kemiskinan di Komunitas Nelayan dan Masyarakat Pesisir. Semarang: LCF.
P2KP. 1999. Penjelasan Umum Proyek PenanggulanganKemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Sekretariat P2KP Pusat.
Parsons RJ, Jorgensen JD, dan Hernandez SH. (1994). The Integration of Sosial Work Practice. California: Brooks/Cole
Prawirokusumo S. 1996. Kajian Konsep Kemitraan dan Keterkaitan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Prijono OS, dan Pranarka AMW. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Penyunting. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Purwanto H. 2007. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: LKiS
Riyono. 2010. Nelayan Masih Diabaikan. http://news.okezone.com/read/2011/ 06/ 06/ 58/465068. Diakses 4 Juli 2011.
Rogers EM dan Shoemaker FF. 1986. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional.
Sanders TI. 1958. “The Community.” New York: The Ronald Press Company.
Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Satria A. 2002. Pengantar Sosilogi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Pustaka Cidesindo. ________. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor: IPB Press.
Sevilla CG, Jesus AO, Twila GP, Bella PR, dan Gabriel GU. 1993. Pengantar Metode Penelitiaan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Silviana R. 2007. Hubungan Komposisi Kelompok Dengan Sikap Etnosentrik. USU Repository. Medan: USU
Singarimbun M dan Efendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB
Press.
Soekanto S. 2002. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafika Persada.
Soedijanto. 1981. Keefektifan Kelompok Tani dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Bandung: Alpabeta.
Suharni IM. 2009. “Hubungan Karakteristik dan Pengelolaan Kelompok Tani
Berumur Panjang dengan Keragaannya di Kabupaten Indramayu”. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sumardjo. 1999. “Transformasi Model Pendampingan Pertanian Menuju
Pengembangan Kemandirian Petani.” Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sumardjo, Chozin MA, dan Khomsam A. 2010. Transformasi Perencanaan
Pembangunan Perdesaan dengan Beragam Tipologo. Pembangunan Perdesaan dalam rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: IPB Press
Sumodiningrat G. 1996. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suranto A. 1997. “Sikap Anggota kelompok Masyarakat (POKMAS) IDT Terhadap Peran dan Karakteristik Pendamping.” Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suriatna S. 1997. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Melton Putra.
Syarief E. 2001. Pembangunan Kelautan dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bogor: IPB.
Walter GA, Marks SE. 1981. Experiental Learning And Change: Theory, Design and Practice.Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Widyahartono B. 1996. Strategi Kemitraan antara Usaha Besar dan Usaha Kecil Menengah (UKM): Penerapannya di Indonesia.
Zainun B. 1987. Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Balai Aksara. Zanden JWV. 1979. Sociology. Toronto : John Willey & Sons.
ASMAR HI. DAUD. The Role of Facilitators
The Economic Empowerment Program for Coastal Communities (
of the Economic Empowerment Program for Coastal Communities on Empowerment of Fishers Groups in North Moluccas Province. Under supervision SITI AMANAH and PANG S. ASNGARI.
Key words:
PEMP) was one program that aimed to improve coastal community welfare. Coastal community in North Moluccas was community group participated in the PEMP. PEMP had been implemented by Ministry of Marine and Fisheries Affairs since 2000 in 289 district/municipality. However, the impacts of the program varied from one places to another. There were a number of issues related to the achievement of the a includes the facilitation roles. This study aimed to analyse the role of facilitation by the facilitators of the PEMP program, to know the level of participation, and analyze the relationship between facilitation process and level of group member participation into PEMP program in North Moluccas Province. The research sites were three districts in North Moluccas Province. Survey method was used to collected data from 120 respondents. Sample respondents were selected randomly from 24 fishers groups. Data were analyzed descriptively and correlation analyses. From the research, it was found that the facilitators had not performed their facilitation properly, the level of group member participation to the PEMP was limited in implementation levels and utilization levels. There was a positive significant correlation between the role of facilitators and the group member participation.
empowerment program, coastal community, role of facilitators, groups, development fishers.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Nelayan merupakan komunitas pesisir yang secara langsung menggantungkan sebagian besar kehidupannya di laut. Kebanyakan nelayan hidup di wilayah pesisir yang terisolir, tertinggal, memiliki akses sumberdaya yang terbatas, serta kualitas dan kemampuan SDM-nya yang masih sangat rendah. Gambaran ketidakberdayaan tersebut memiliki relevansi dengan kondisi demografi masyarakat pesisir di Indonesia. Dari 67.439 desa yang ada di Indonesia terdapat 9.261 desa yang merupakan desa pesisir Komunitas di dalamnya pun kebanyakan merupakan masyarakat tradisional dengan kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif sangat rendah ( 90%) hanya berpendidikan sampai sekolah dasar (Kusnadi, 2002).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, penduduk miskin di Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen di antaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Tahun 2010 angka kemiskinan yang dikeluarkan BPS terakhir mencapai 35 juta orang atau 13,33 persen dari jumlah penduduk yang mencapai sekitar 237 juta jiwa, sedangkan Bank Dunia melaporkan kemiskinan di Indonesia masih berkisar sekitar 100 juta. Data terbaru DKP menyebutkan, poverty headcount index (PHI) pada tahun 2006 sebesar 0,3214. Berarti, sekitar 32 persen dari 16,42 juta masyarakat pesisir-nelayan di Indonesia berada dibawah garis kemiskinan.
Fakta tentang keterbatasan kemampuan masyarakat pesisir terutama nelayan dalam mengelola sumberdaya pesisir dan lautan ditemui pula di pesisir Maluku Utara, dengan luas laut sebesar 106.977,31 km2
Keterbatasan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut di atas, selain karena persoalan kapasitas SDM nelayan, armada dan alat tangkap yang dimiliki oleh atau 76 persen dari total luas daratan yang dimiliki. Ketersediaan potensi perikanan diperkirakan mencapai 1.035.230 ton ikan per tahun, dengan potensi lestari yang dapat dimanfaatkan sebesar 517.615 ton ikan per tahun (DKP Maluku Utara, 2005). Akan tetapi potensi laut yang sedemikian besar tersebut belum memberikan dampak ekonomi yang berarti bagi masyarakat pesisir, terutama bagi nelayannya.
nelayan Maluku Utara juga masih sangat terbatas. Dari 2.563 jumlah armada tangkap yang dimiliki oleh nelayan Maluku Utara 1.124 adalah armada tanpa motor dan hanya 51 dari 261 armada tangkapnya yang berkapasitas dibawah 20 GT (DKP Maluku Utara, 2009). Demikian juga dengan kepemilikan jenis alat tangkap. Dari 14.354 total jenis alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Maluku Utara, 53 persen didominasi oleh alat tangkap sederhana (DKP Maluku Utara, 2009). Kenyataan ini membuktikan bahwa masyarakat nelayan Maluku Utara masih terbelakang.
Fenomena kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat pesisir/nelayan di tanah air, termasuk masyarakat nelayan di Maluku Utara tidak sekedar isu, tetapi sudah menjadi fakta nasional. Pemecahan masalah tersebut dengan digulirkannya Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) pada tahun 2000 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan harapan. Tujuan adalah meningkatkan kesejahteraan dan partisipasi masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan SDM, penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan.
Kaitannya dengan menumbuhkan partisipasi dan untuk mempercepat proses perbaikan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir, strategi dan/atau pendekatan yang digunakan dalam Program PEMP adalah melalui pandampingan, dan kelompok masyarakat pemanfaat program atau yang lebih dikenal dengan KMP dijadikan sebagai media intervensi. Oleh karena itu, diperlukan agen penggerak yaitu tenaga pendamping. Dalam konteks ini, tenaga pendamping yang disyaratkan minimal berpendidikan Diploma III, diutamakan yang telah memiliki pengalaman dalam program yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta bersedia ditempatkan di lokasi pendampingan yang bertugas mendampingi nelayan dalam pelaksanaan kegiatan kelompok.
Pelaksanaan Program PEMP di Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2001 telah disalurkan dana ekonomi produktif (DEP) sebagai dana bergulir yang dimanfaatkan oleh seluruh kelompok masyarakat pemanfaat program (KMP) dibentuk oleh seluruh Kabupaten/Kota (Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera
Tengah, Halmahera Utara dan Kabupaten Kepulauan Sula, serta Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan) di Provinsi Maluku Utara. Dalam pelaksanaannya selama kurun waktu tersebut, tidak berjalan mulus. Beberapa kabupaten/kota terindikasi gagal pada tahun pertama, dan tidak lagi mengusulkan program pada periode berikutnya sampai dengan berakhirnya program secara nasional pada tahun 2009. Indikasi kegagalan pelaksanaan PEMP di Provinsi Maluku Utara diduga salah satunya adalah sebagai akibat dari lemahnya peran pendamping dalam pelaksanaan pendampingan kegiatan KMP.
Peran pendampingan menjadi sangat penting karena kelompok masyarakat miskin yang terlibat atau tergabung dalam program pemberdayaan apa saja, termasuk Program (PEMP) dengan sendirinya belum mampu mengelola dana program dan belum dapat berjalan sendiri. Diperlukan tenaga pendamping yang bertugas mendampingi masyarakat nelayan dalam kelompoknya sehingga terjadi suatu kebersamaan dalam upaya perbaikan taraf hidupnya (Kartasasmita, 1995). Dalam teori peran dikatakan bahwa pelaksanaan peran yang berhasil seringkali memerlukan kompetensi dalam sejumlah perilaku yang saling berkaitan, dan pengetahuan seseorang yang ditempatkan pada suatu kelompok, organisasi atau masyarakat (Horton dkk, 1989). Dengan demikian, yang terpenting dari pendampingan kelompok menurut Baskoro (2009), adalah menempatkan pendamping yang tepat pada kelompok yang tepat pula.
Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa kelompok adalah kumpulan dua atau lebih individu yang mempunyai beberapa kesamaan obyek perhatian, berinteraksi secara mantap, menyusun struktur bersama dalam berpartisipasi dalam suatu kegiatan, atau dengan kata lain suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya, serta terdapat norma yang mengatur tingkah laku anggotanya. Dalam kajian ini, kelompok yang dimaksud adalah masyarakat nelayan tangkap penerima Program PEMP. Kelompok nelayan ini diharapkan tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri, memiliki kesamaan jenis usaha, aktivitas ekonomi dan keahlian masing-masing anggota. Tujuan dari pilihan tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan nelayan dalam memperloleh modal usaha yang dicanangkan oleh program, juga agar tidak menyulitkan nelayan dalam proses menjalankan kegiatan kelompok, kekompakan dan kebersamaan anggota dalam kelompok.
Prinsip pembetukan tersebut menuntut tenaga pendamping untuk berperan membantu nelayan menggorganisasikan diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal dan memobilisasi sumberdaya yang ada pada mereka, serta memberdayakan seluruh anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan keberdayaannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan merupakan hal yang sangat penting. Diperlukan ketersediaan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menyertai dan berperan dalam proses penyelenggaraan kegiatan kelompok sebagai fasilitator, mediator, memotivator, edukator, komunikator dan sebagai konselor sewaktu diperlukan oleh kelompok. Asumsi ini mendasari konsep bahwa tingkat efektivitas atau keberhasilan dari program pemberdayaan akan sangat ditentukan oleh pemahaman kelompok masyarakat terhadap aktivitas program yang dijalankannya.
Berdasarkan uraian tersebut, upaya pengkajian terhadap pelaksanaan peran pendamping Program PEMP di Provinsi Maluku Utara, terlebih dalam upaya meningkatkan partisipasi dan keberdayaan kelompok nelayan yang didampingi sangat
urgent untuk dilakukan. Dipilihnya peran pendamping sebagai objek kajian dimaksudkan untuk menggambarkan peran pendamping sebagai salah satu alternatif pemberdayaan yang dilaksanakan untuk memampukan masyarakat yang tergabung dalam KMP Program PEMP, agar dalam pelaksanaan program selanjutnya dapat diupayakan suatu program pendampingan yang lebih efektif, selektif dan berkarakter yang dapat diterima oleh kelompok komunitas yang didampingi atau yang diberdayakan.
Masalah Penelitian
Hasil akhir dari suatu program pemberdayaan adalah terjadinya perubahan
perilaku masyarakat yang lebih partisipatif (kemampuan merencanakan,
melaksanakan, memanfaatkan dan mengevaluasi setiap kegiatan usaha yang dijalankannya) serta mampu mandiri dan berdaya secara berkelanjutan. Prinsip partisipasi digunakan untuk menghasilkan suatu kontribusi terhadap kepentingan kegiatan kelompok nelayan yang terencana menurut potensi, kemauan dan kemampuan yang mereka miliki. Demikian pula, harapan terhadap Program PEMP, meskipun di beberapa daerah kab/kota di Indonesia, implementasi Program PEMP dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat pesisir/nelayan, namun dari hasil evaluasi maupun dari laporan-laporan independen, ternyata tidak sedikit kabupaten/kota penerima Program PEMP yang tidak berhasil, termasuk beberapa kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
Indikator-indikator kegagalan Program PEMP dapat di lihat dari lemahnya kegiatan sosialisasi program, pendapatan kelompok nelayan yang stagnan dan cenderung menurun, dan kelompok yang dibentuk hanya merupakan instrumen untuk mendapatkan modal program, serta dana program dianggap sebagai pemberian cuma-cuma (Hasanudin, 2006). Hambatan spesifik lainnya seperti dilaporkan Miraza (2009), bahwa kelompok tidak mendapatkan bantuan apapun dari pendamping, kegiatan pendampingan yang seharusnya dilakukan oleh kelembagaan yang telah dibentuk tidak berjalan optimal, termasuk akses terhadap informasi program. Demikian juga, rendahnya partisipasi anggota kelompok nelayan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan atau ketidak-sungguhan komitmen kelompok nelayan dalam memanfaatkan dan mengembangkan dana program semakin memperburuk keberhasilan program yang telah diberikan.
Fakta ini dipertegas oleh Hadi (2009), bahwa kurangnya kemauan baik (political will) dari pemerintah, maupun dari komponen masyarakat yang tidak partisipatif, tidak optimalnya peran pendamping dalam pendampingan masyarakat serta ketidaksiapan peran institusi pendamping program sebagai agen perubahan dalam pengembangan masyarakat, termasuk kurangnya sosialisasi dan lemahnya
perencanaan program di tingkat lokal adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab gagalnya berbagai program pemberdayaan di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, secara spesifik dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
(1) Sejauh mana peran pendamping dalam pelaksanaan program pemberdayaan KMP nelayan di Provinsi Maluku Utara?
(2) Bagaimana karakteristik KMP nelayan dalam Program PEMP?
(3) Bagaimana tingkat partisipasi anggota KMP nelayan dalam Program PEMP? (4) Sejauh mana tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam Program PEMP? (5) Bagaimana hubungan peran pendamping, karakteristik KMP terhadap tingkat
partisipasi anggota KMP dan tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam pelaksanaan Program PEMP di Provinsi Maluku Utara?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
(1) Mengkaji peran pendamping dalam Program PEMP di Provinsi Maluku Utara (2) Mengkaji karakteristik KMP nelayan dalam Program PEMP
(3) Mengkaji tingkat partisipasi anggota KMP nelayan dalam Program PEMP (4) Mengkaji tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam Program PEMP (5) Menganalisis hubungan peran pendamping, karakteristik KMP terhadap tingkat