• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain penelitian yang digunakan adalah survei untuk menjelaskan fenomena yang ditemui dalam komunitas nelayan. Kerlinger (1990)

Lokasi dan Waktu Penelitian

mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Dalam hal ini yang disurvei adalah anggota kelompok masyarakat nelayan peserta/pemanfaat (KMP) Program PEMP yang karakteristiknya dianggap mewakili kelompok atau populasi dalam kelompok tersebut. Data yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan pengamatan (Lampiran 1). Telaah mendalam dilakukan untuk melihat/mengkaji peran pendamping KMP dalam Program PEMP.

Penelitian ini dilakukan di tiga kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, yaitu Kota Ternate, Kota Tidore dan Kabupaten Halmahera Barat (Gambar 2). Penentuan daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan, antara lain: Kota Ternate, Kota Tidore dan Kabupaten Halmahera Barat berdasarkan tipologi dan lingkungan fisik (geografis) merupakan representasi masyarakat pesisir dengan jumlah nelayan dan aktivitas usaha penangkapan berskala kecil/tradisional, memiliki kemiripan budaya (homogen) dengan ciri masyarakat yang masih tradisional (closed society), akses terhadap pusat perekonomian terjangkau, jarak tempuh dari satu wilayah (kabupaten/kota) ke kabupaten/kota yang lain hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dari pelabuhan rakyat, atau dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang berada di Kota Ternate, dan yang paling penting dari ke tiga lokasi penelitian yang dipilih tersebut masih berada dalam satu wilayah otonom, yaitu di Provinsi Maluku Utara dan diasumsikan mewakili seluruh nelayan tradisional yang berada di seluruh wilayah di Provinsi Maluku Utara yang telah mendapatkan program PEMP sejak tahun 2001.

Pengambilan data di lapangan dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2010. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) secara langsung, mengingat tiga kabupaten/kota tersebut merupakan lokasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), lebih khusus kepada kelompok nelayan tangkap yang telah mendapatkan atau memanfaatkan dana dari program PEMP.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (Bakosurtanal, 2009)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan anggota kelompok nelayan tangkap perikanan penerima Program PEMP yang ada di tiga kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (populasi homogen). Dikatakan homogen karena kelompok memiliki jenis dan aktivitas usaha ekonomi (alat tangkap, ukuran dan mobilitas usaha) yang sama, yang tergabung dalam kelompok pemanfaat program, khususnya nelayan tangkap dengan jumlah anggota masing-masing kelompok yang terdistribusi di tiga wilayah kajian juga

Kota Ternate

Kota Tidore Kepulauan

Kab. Halmahera Barat

relatif sama. Total populasi sebanyak 204 dengan jumlah responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 120 orang/responden, dan setiap kabupaten/kota diambil masing-masing 40 responden yang dianggap mewakili 24 kelompok nelayan tangkap yang terdistribusi di tiga wilayah kajian. Besarnya pengambilan atau penentuan ukuran dari populasi dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, dkk, 1993): N n = 1 + Ne2 Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan persen kelonggaran karena kesalahan pengambilan populasi sampel. Nilai kritis ditetapkan 10 persen.

Besarnya jumlah kelompok, banyaknya anggota kelompok serta banyak jumlah responden yang ditentutakan di tiga kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah kelompok nelayan tangkap perikanan penerima Program PEMP di tiga Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara

N o

Lokasi Kab/Kota Populasi Kelompok Jumlah Anggota Kelompok Jumlah responden

1 Kota Ternate 9 69 40

2 Kota Tidore 7 67 40

3 Halmahera Barat 8 68 40

Jumlah 24 204 120

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Agar peubah-peubah yang diteliti mudah dipahami dan memiliki makna yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka perlu dilakukan konseptualisasi atau diberikan ketepatan makna sehingga tidak terjadi ambigu atau asosiasi yang berbeda-beda (Sevilla, et.al 1993). Selanjutnya agar konsep tersebut dapat diukur maka diberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat operasional. Kerlinger (2000) menyebutnya ”measured operational definition” atau definisi operasional yang dapat diukur. Singarimbun dan Effendi (1989) menyatakan bahwa salah satu unsur yang sangat

membantu komunikasi antara peneliti adalah definisi operasional yang merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel diukur.

Berdasarkan pengertian definisi operasional di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional adalah pengukuran konsep yang abstrak teoritis menjadi kata-kata tentang tingkah laku/gejala yang dapat diamati, dapat diuji dan dapat ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Adapun definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini meliputi:

(1) Peran pendamping (X1

(2) Karakteristik kelompok (X

) adalah suatu tugas yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap memiliki kecakapan atau kemampuan tertentu di bidangnya, dan secara profesional mampu mempengaruhi perilaku orang lain baik secara individu maupun kelompok untuk melakukan hal-hal yang diinginkan melalui cara-cara yang terencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Peran pendamping diukur/diamati berdasarkan Tabel 2.

2

(3) Tingkat partisipasi (Y

) adalah suatu ciri atau sifat terpenting yang melekat pada sesuatu objek (orang), ditandai dengan adanya suatu kesatuan sosial yang saling berinteraksi atau yang berhubungan dengan kehidupan kelompok itu sendiri. Karakteristik kelompok diukur/diamati berdasarkan Tabel 3.

1

(4) Tingkat keberdayaan/kemampuan anggota kelompok nelayan/klien (Y

) adalah keikutsertaan yang tinggi (keterlibatan langsung semua anggota kelompok KMP), memiliki hak dan kesempatan yang sama, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun evaluasi dalam kegiatan KMP. Tingkat partisipasi diukur/diamati berdasarkan Tabel 4.

2) adalah suatu fenomena yang timbul pada diri setiap anggota kelompok baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (pengetahuan, sikap dan keterampilan) sebagai akibat dari pemberian stimulasi dan motivasi melalui suatu proses pembelajaran yang terencana dan berkesinambungan melalui proses pendampingan, sehingga mereka tahu, mau, dan mampu serta dengan kepercayaan diri yang tinggi termotivasi untuk menggerakan dirinya sendiri.

Tingkat kemampuan anggota kelompok nelayan/klien terhadap pemberdayaan diukur berdasarkan Tabel 5.

Tabel 2 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran peran Pendamping

Indikator Peran Pendamping

Definisi Operasional Parameter

Pengukuran

1 2 3

X1.1 Fasilitator adalah pendamping, bukan guru dan tidak menggurui; saling belajar, saling berbagi pengalaman, memfasilitasi proses kegiatan klien, memfasilitasi untuk memperoleh sumber informasi (inovasi baru), sumber modal dan lain-lain untuk mencapai tujuan bersama. (Diukur dengan skala ordinal).

Fasilitator 1. Rendah

2. Sedang 3. Tinggi

X1.2 Kemampuan pendamping dalam menjembatani masyarakat

sasaran (klien) dengan istansi teknis untuk memperoleh bimbingan tehnis atau fasilitas lainnya, menjembatani dengan lembaga keuangan untuk memperoleh modal usaha, menjembatani dengan mitra usaha, serta menjadi perekat hubungan antara anggota kelompok sehingga tercipta iklim yang kondusif.

Mediator

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X1.3 Berbagai upaya pendamping untuk menumbuhkan dan

mengembangkan kepercayaan diri klien, mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku kelompok sasaran (nelayan) agar mau mengemukakan pendapat, keinginan dan pengatahuan dan masalah yang dihadapinya.

Motivator

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X1.4 Kemampuan pendamping dalam mendidik masyarakat

sasaran dengan memberikan ruang gerak bagi berkembangnya pemikiran dan kreativitas klien untuk secara aktif belajar dan berlatih atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dari dalam, memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan, pengetahuan dan pengalaman

masyarakat yang didampinginya. Edukator

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X1.5 Kemampuan pendamping dalam menyampaikan informasi kepada klien dengan bahasa yang muda dimengerti, menyampaikan pikiran dengan jelas, menjelaskan dan mengklarifikasi kebutuhan-kebutahan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh klien dengan menggunakan metode, media dan alat bantu dengan cara yang tepat guna. (Diukur dengan skala ordinal).

Komunikator 1. Rendah

2. Sedang 3. Tinggi

X1.6 Kesadaran pendamping untuk menjadikan dirinya tempat bertanya, menampung permasalahan, atau kendala-kendala yang dihadapi oleh kelompok dan memberikan alternatif pemecahan masalah dengan keputusan tetap berada di tangan kelompok masyarakat itu sendiri.

Konselor/Konsultan

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 3 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran karakteristik kelompok

Indikator Karakteristik Kelompok nelayan

Definisi Operasional Parameter

Pengukuran

1 2 3

X2.1 Sejarah kelompok Berkaitan dengan proses pembentukan kelompok nelayan. Dibentuk berdasarkan kesadaran anggota (swadaya) atau melalui intervensi pihak luar (pemerintah/dinas DKP, pendamping) sebagai aspek historis terbentuknya kelompok nelayan pemanfaat program (KMP).

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X2.2 Aktivitas kelompok Segela kegiatan yang dilakukan atas nama kelompok nelayan pemanfaat program (KMP) yang meliputi kegiatan sosial dan ekonomi perikanan serta kegiatan ekonomi non-perikanan (simpan pinjam).

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X2.3

kelompok

Kepemimpinan Pengurus Praktek-praktek kepemimpinan yang berjalan atau terjadi dalam kelompok nelayan pemanfaat program (KMP), mencakup persyaratan menjadi pemimpin dalam kelompok, batas waktu atau masa kepemimpinan, sifat kepemimpinan dalam kelompok, keaktifan pemimpin dan kepatuhan anggota kepada pemimpin kelompok.

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X2.4 Akses anggota kelompok Kemudahan anggota untuk mengikuti aktivitas kelompok yang meliputi jarak domisili anggota dengan pusat kegiatan kelompok, kelancaran sarana dan

prasarana yang tersedia, serta manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam untuk mencapai tujuan kelompok.

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

X2.5 Jangkauan usaha kelompok Jauhnya wilayah yang dicapai oleh kelompok, mencakup wilayah fishing ground, pengambilan umpan, sarana produksi maupun memasarkan hasil-hasil produksi (hasil tangkapan/pengolahan

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

perikanan).

(Diukur dengan skala ordinal).

Tabel 4 Indikator, definisi operasional, parameter tingkat partisipasi anggota kelompok

Indikator Partisipasi

Anggota Kelompok Definisi Operasional

Parameter Pengukuran

1 2 3

Y1.1 Perencanaan Tingkat keterlibatan anggota kelompok nelayan pemanfaat program (KMP) dalam proses perencanaan kegiatan kelompok yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan program PEMP, berupa (reancana kebutuhan sarana produksi, rmodal usaha, tenaga kerja dan capaian produksi).

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y1.2 Tingkat keterlibatan anggota kelompok nelayan pemanfaat program (KMP) yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan kelompok.

Pelaksanaan

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y1.3 Tingkat keterlibatan anggota kelompok nelayan pemanfaat program (KMP) dalam memanfaatkan sarana dan pranasarana program serta hasil yang diperoleh dari kegiatan kelompok.

Pemanfaatan

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y1..4 Evaluasi Tingkat keterlibatan anggota kelompok nelayan pemanfaat program (KMP) dalam mengevaluasi kegiatan usaha kelompok yang dihasilkan secara internal maupun eksternal dengan membandingkan rencana dan hasil yang dicapai oleh kelompok. (Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 5 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran tingkat keberdayaan kelompok

Keberdayaan Kelompok

Definisi Operasional Parameter

Pengukuran

1 2 3

Y2.1 Terjadinya peningkatan kualitas dan semangat kerja kelompok yang ditunjukan/ditampilkan melalui manejemen waktu, keterampilan/kecakapan anggota kelompok dalam melakukan aktivitas usaha kelompoknya baik dalam menggunakan sarana dan prasarana, teknologi alat tangkap serta kecapakan menyediakan dan/atau mencari alternatif-alternatif lain yang dapat diperoleh dan diolah dalam kegiatan usaha penangkapan ikan, budidaya ikan, pengolahan dan pemasran hasil.

Kemampuan kerja kelompok

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2.2 Kemampuan kelompok dalam menyediakan dan

memenuhi kebutuhan dasar anggotanya baik sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan (peningkatan relative dari pendapatan anggota kelompok).

Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar anggota

kelompoknya (Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2..3 Adanya perubahan sikap berupa kesadaran anggota dalam kelompoknya untuk mengembalikan dan pengembangkan dana pinjaman program dari keuntungan yang dicapai dalam kegiatan kelompoknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan baik oleh kelompoknya sendiri maupun tujuan yang ditetapkan oleh program.

Kemandirian kelompok mengembalikan dan mengembangkan dana pinjaman

program. (Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2.4 Kemampuan anggota kelompok dalam melakukan

negosiasi, membangun hubungan interpersonal dan jaringan kerjasama/kemitraan dengan berbagai pihak dalam pengembangan dan kemajuan usaha kelompoknya maupun secara personal/keanggotaan.

Kemampuan kelompok membangun kemitraan usaha

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2.5 Kelompok memiliki kemampuan menciptakan modal

kelompoknya sendiri, mampu mengakses lembaga-lembaga pemberi bantuan modal dan jasa serta mampu secara mandiri mengadakan barang/fasilitas yang dibutuhkan oleh kelompoknya.

Kemampuan kelompok dalam mengkases modal, barang dan jasa.

(Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2.6 Kesadaran kelompok terhadap pemanfaatan dan pengelolaan SDPL secara berkelanjutan.

Terjadinya peningkatan kesadaran kolektif anggota-anggota kelompok dalam kelompoknya terhadap pentingnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan (SDPL) secara tepat/baik dan

berkelanjutan (peningkatan kesadaran dan tanggungjawab kelompok/anggota kelompok dalam menjaga dan

memilihara sumberdaya). (Diukur dengan skala ordinal).

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penelitian dilaksanakan maka langkah yang utama adalah melakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba dari butir-butir instrumen pada empat variabel dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian. Untuk itu hasil uji coba harus dicari validitas dan reliabilitasnya.

Validitas

Validitas instrumen diuji dengan menggunakan korelasi skor butir dengan skor total "Product Moment (Pearson)." Analisis dilakukan terhadap semua butir instrumen. Kriteria pengujiannya dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r Tabel pada taraf α = 0,05. Jika hasil perhitungan temyata r hitung > r Tabel maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika r hitung < r Tabel maka dianggap tidak valid (invalid), sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian. Masrun dalam Sugiono (2008) menyatakan item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya tinggi, menunjukkan bahwa

item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Setelah instrumen selesai disusun, kemudian instrumen diujicobakan (Lampiran 2). Responden untuk pengujian instrumen berjumlah 15 orang. Hasil uji coba dianalisis dengan korelasi pearson. Menurut Ancok (Singarimbun, 1995) angka korelasi yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian dibandingkan dengan Tabel

korelasi nilai r. Bila nilai korelasi dan reliabilitas hasil perhitungan lebih besar dari rTabel maka instrument tersebut dianggap valid dan reliabel. Untuk n=15 (responden uji coba) dengan α = 5% diperoleh rTabel = 0,514. Hasil uji coba menunjukkan bahwa butir-butir pertanyaan adalah valid karena r hitung > rTabel = 0,514 (Tabel 6).

Reliabilitas

Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan oleh responden. Untuk menguji reliabilitas kuesioner digunakan rumus Cronbach’s Alpha:

N Σ σ2 α = 1 - (Kountur, 2006) item N – 1 σ2 Keterangan: total α = Cronbach’s Alpha N = banyaknya pertanyaan σ2 item σ

= variance dari pertanyaan 2

total

Reliabilitas data seluruh item/instrumen pertanyaan dari seluruh peubah penelitian diuji dengan koefisen α Cronbach’s. merujuk pada ketentuan tersebut, suatu instrument penelitian (keseluruhan indikator) dianggap reliabel jika α

Cronbach’s ≥ 0,6. Hasil coba instrument penelitian per peubah/variable disajikan

pada Tabel 6 (Lampiran 2). = variance dari skor total

Tabel 6 Nilai uji coba instrument penelitian per peubah/variabel

No Variabel Nilai Validitas (rtabel Nilai Reabilitas ) (Alpha) Keterangan

1 X1 Peran Pendamping 0,514 0,952 Valid dan Realiabel

2 X2 Karakteristik Kelompok 0,514 0,938 Valid dan Realiabel

3 X3 Partisipasi Kelompok 0,514 0,923 Valid dan Realiabel

4 X4 Keberdayaan Kelompok 0,514 0,944 Valid dan Realiabel

Keterangan: ** Nyata pada alpha = 0,01

Metode Pengumpulan Data Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapangan, yaitu dengan cara mendatangi dan mengamati secara langsung kelompok nelayan di lokasi penelitian. Selain itu, untuk mendapatkan/memperoleh informasi secara mendalam tentang berbagai hal dilakukan teknik wawancara (terstruktur dan tidak terstruktur) kepada anggota kelompok nelayan itu sendiri untuk mendapatkan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan persepsi kelompok nelayan terhadap program PEMP, peran tenaga pendamping dan pemerintah sebagai stakeholder.

Data sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan yang diperoleh dari lokasi penelitian maupun sumber-sumber lainnya, baik internal maupun eksternal yang berkaitan dengan program PEMP, seperti laporan evaluasi Konsultan Manajemen (KM) Kabupaten/Kota, Dinas Perikanan dan Keluatan Kabupaten/Kota masing-masing serta dokumen LEP-M3 yang terkait dengan kelompok pemanfaat program (KMP) di tiga wilayah kajian.

Teknik Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode/teknik angket atau kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam melakukan pengambilan data, data primer dari para responden digunakan

suatu teknik kuesioner (daftar pertanyaan), yang terdiri dari beberapa pertanyaan tertutup. Pertanyaan-pertanyaan tertutup diberikan untuk mendapatkan data pendapat objek penelitian sesuai dengan pilihan pendapat yang telah ditentukan dengan kuesioner (Lampiran 1).

Pengukuran data menggunakan Rating-Scale. Data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Kuesioner dibuat dengan bentuk tertutup dengan empat pilihan (opsion) untuk mengubah data kualitatif dari hasil angket tersebut menjadi data kuantitatif, maka angket diberi skor atau skala. Skala ini digunakan untuk menentukan proporsi atau perimbangan. Pemberian skor pada angket sebagai alat pengumpulan data, sebagaimana dikemukakan oleh Singarimbun dan Effendi (1995) adalah: “tingkat ukuran ordinal banyak digunakan dalam penelitian sosial terutama untuk mengukur kepentingan, sikap atau persepsi”.

Sebelum format kuesioner keempat variabel disajikan kepada responden maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi untuk setiap variabel. Dari keempat variabel dibuat skala penilaian secara bertingkat dengan rentang jawaban 1 sampai dengan 4. Masing-masing opsi jawaban diberi skor 4 = sangat tinggi/sangat setuju/sangat baik diberikan skor 4, 3 = tinggi/setuju/baik diberi skor 3, 2 = rendah/kurang setuju/kurang baik diberi skor 2, 1 = rendah sekali/sangat tidak setuju/sangat tidak baik diberi skor 1 dan instrumen dikembangkan berdasarkan indikator yang ada. Sebelum digunakan dalam penilaian, instrumen tersebut diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya.

Analisis Data

Untuk menjawab ketiga hipotesis yang telah dirumuskan, dilakukan dengan analisis deskripsi dan uji statistik korelasi.

(1) Analisis Deskripsi

Analisis deskripsi digunakan untuk mengetahui sebaran dari variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan Tabel frekuensi dan persentase.

(2) Uji Statistika Korelasi

Untuk menghitung hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti digunakan analisis korelasi Rank Spearman (Sugiyono, 2008), sebagaimana berikut:

N

Σ

rs= 1 - 6 i=1 di2

N

3 Keterangan: – N

rs : koefisien korelasi peringkat Spearman di : perbedaan antara kedua rangking (x-y) N : jumlah subyek (sampel)

Perhitungan dan pengolahan data menggunakan bantuan komputer aplikasi

Micosoft Excel dan aplikasi SPSS 17.

Dokumen terkait