• Tidak ada hasil yang ditemukan

Label Analitis Tema

Kambuh sebagai tanda dari fisik yang lelah. Pengalaman kehilangan

Tidak percaya dengan kejadian. Perasaan dukacita atas kehilangan

Ketidaktahuan akan masa depan. Perasaan dukacita atas kehilangan

Operasi sumber kesengsaraan. Penerimaan diri istri yang meninggal

Tidak jadi dioperasi dirasakan sebagai kemurahan Tuhan.

Perasaan dukacita atas kehilangan.

Menentang pemberian Tuhan. Cara menangani masalah.

Mengurangi itensitas berdoa agar tidak berdebat

Perasaan dukacita atas kehilangan

Tidak pergi ke gereja sebagai bukti pertentangan batin.

Penerimaan diri istri yang meninggal.

Menerima sesuatu yang baik dari kondisi yang tidak baik.

Penerimaan diri yang meninggal

Memahami bahwa sesuatu yang baik didapat dari kondisi yang tidak baik.

Cara menangani masalah

Merenung sarana menerima keadaan. Penerimaan diri istri yang meninggal Butuh waktu untuk sadar membutuhkan

waktu yang lama untuk menerima keadaan.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Berdoa sebagai sumber pertentangan. Masalah yang dihadapi

Pertentangan merupakan manifestasi dari keadaan yang mengejutkan.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya

Wujud pertentangan anak atas meninggalnya ibu.

Penerimaan diri istri yang meninggal

Mengajak anak-anak untuk menjalani kehidupan bersama-bersama.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya

Memahami bahwa sesuatu yang baik didapat dari kondisi yang tidak baik.

Pertentangan batin. Perasaan dukacita atas kehilangan

Merelakan keputusan Tuhan Penerimaan diri istri yang meninggal

Merasakan keterbatasan diri. Pengalaman kehilangan

Merasakan perubahan signifikan sebagai

single father.

Perubahan yang dialami

Perubahan menjadi single father. Perubahan yang dialami

Ketakutan traumatis akan kehilangan. Rencana untuk kehidupan selanjutnya

Menerima konsekuensi memilih anak. Rencana untuk kehidupan

selanjutnya

Ada hikmah istri meninggal. Perubahan yang dialami sebagai

orang tua tunggal

Tidak mampu untuk mengatasi keadaan. Masalah yang dialami sebagai orang tua tunggal

Menjalankan peran yang direncakan Tuhan. Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal

Meminta bantuan orang untuk menutupi keterbatasan.

Cara menangani masalah sebagai orang tua tunggal

Peran ibu. Pengalaman kehilangan

Memiliki perhatian terhadap masa depan anak.

Cara menangani masalah sebagai orang tua tunggal

Keterpaksaan dalam menerima kematian istri.

Penerimaan diri istri yang meninggal

Mengakui pentingnya peran istri. Pengalaman kehilangan istri

Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan tingkat kepentingan.

Cara informan menangani masalah sebagai orang tua tunggal

Ketenangan batin karena percaya kuasa Tuhan.

Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal

Tujuan mendidik anak menutupi perasaan bersalah orang tua.

Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal

Mengalami perbedaan pendapat dengan anak.

Masalah yang dialami sebagai orang tua tunggal

Percaya diri dalam mengatasi masalah Cara informan menanagan masalah

Berhasil mendidik anak. Perasaan informan berperan sebagai

orang tua tunggal. Refleksi sebagai sarana mengungkapkan

emosi.

Cara informan berperan menanagani masalah

Ada ingatan berkaitan dengan pengalaman atau kejadian.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Ada beban namun bisa diatasi dengan berkomunikasi.

Perasaan duka cita ats kehilangan

Jarang berperilaku ekstrem dengan marah dan menangis.

Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal.

Kemampuan menangani masalah sendiri. Cara menangani masalah

Tidak menghiraukan tanggapan negatif orang.

Cara menangani masalah

Kemampuan memiliki prinsip dan menghargai prinsip orang lain.

Cara menangani masalah

Tidak memikirkan tanggapan negatif. Cara menangani masalah

Anak adalah prioritas hidup. Rencana untuk kehidupan

174

No Kode Verbatim Transformasi Tematik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Boleh diceritakan pada awal-awal ibu meninggal pak ?

Jadi kira-kira tanggal berapa ya, saya masih ingat tanggal sekitar tanggal pertengahan, pertengahan april 2011 itu almarhumah memberi tahu saya kalau badannya, terutama payudaranya sebelah kiri tu, ee rasa sakit dan ada benjolan. Kemudian, ee tiga hari berikutnya itu saya periksakan di doker ternyata hasil diagnosanya dokter itu memang positif kena kanker. Terus setelah itu kami konsul lagi di dokter. Terus dokternya tanya, ini harus dioperasi, bapak atau ibu bersedia gak ? Kami belum bisa menjawab akhinya kami pulang. Lalu pulang itu terus musyawarah dengan keluarga. Istri saya siap untuk dioperasi, menerima keadaan apapun. Itu sekitar tanggal berapa ya, kalau gak salah tanggal 27 Mei eh april, 20 april. Jadi pertengahan april, jadi 20 April operasi. Setelah dioperasi itu kan diangkat karena stadiumnya 2b, jadi harus diangkat. Ketika diangkat itu, masih berlanjut artinya tidak berarti selesai dan harus diobati dengan kemoterapi, dengan radioterapi dan sebagainya. Atas saran dokter itu harus dilaksanakan di Surabaya. Di Surabaya

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Eq1

nanti setelah itu bisa di kemoterapi di Madiun. Akhirnya sebulan setelah itu, setelah dioperasi itu kami berangkat di Surabaya di Karangmenjangan. Itu kemoterapi yang pertama, terus itu kami sambil ijin “pak, nanti yang kedua boleh kami kembalikan di kota Madiun kan ?”, karena saran dari dokter di Madiun gitu. Tapi kata dokter tidak boleh, akhirnya dokter tu gini “apa bapak yakin kalau ibu dibawa pulang ke Madiun bisa sembuh ?”, ”ya, ndak dok”. Ya sudahlah akhirnya kami nurut dokter. Sebetulnya dari situ saya sudah curiga, biasanya kalau memang boleh, yang kedua dan ketiga dan seterusnya itu dikembalikan ke kota Madiun. Tapi itu ndak boleh, berarti kan saya menduga apa yang dialami oleh almarhumah itu harus ditangani secara intens oleh dokter-dokter ahli. Karena memang yang menangani, ahli semua itu. Ahli penyakit dalam, dosen semua itu dokter dan dosen. Terus akhirnya kami ikuti, setiap dua puluh hari sekali itu harus kesono kemoterapi dan itu selama disana itu selama empat hari. Jadi itu istilahnya apa itu, ya rawat inap. Kemo sama rawat inap itu minimal tiga empat harilah, itu boleh pulang. Dua puluh hari berikutnya begitu, sampai dengan lima belas bulan tu, seharusnya katanya beliaunya tu

Menduga bahwa sakit yang diderita oleh istrinya harus ditangani oleh dokter yang ahli.

Menduga bahwa penyakit yang diderita istrinya sulit untuk diobati.

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Ps1 Mn3 Mn3

sudah, saya tanya belum, masih terus sampai keduapuluh. Ternyata saya lihat itu, stadium empat mbak, kok malah naik ?. Karena sudah pada waktunya itu yang kedua belas. Setelah yang kedua belas, empat hari disana, pulang to, terus sampai dirumah ya seperti biasa gakpapa. Akhirnya tu, sampai di rumah saya tinggal ngajar lima hari setelah kemo keduabelas itu muntah-muntah akhirnya saya bawa ke merpati (rumah sakit Madiun). Terus ya sudah, masuk hari ke dua itu, hari ketiga itu sudah ndak sadar. Meninggalnya itu sabtu, malam minggu jadi ndak sadarnya tu dua hari. Itu jadi memang, intinya kami sekeluarga sudah secara medis, juga sudah berdoa tapi memang semua kalah oleh yang maha kuasa. Ya kami akhirnya ya mengikhlaskan. Setelah itu kan, kami kan bingung tinggal sendiri dan masih punya anak tiga dan semuanya belum berkeluarga masih sekolah semua. Semua saya kasih motivasi terutama sama mbak Galuh karena wanita biar sekolahnya semangat. Dan ini, pada waktu mbak galuh itu sekolahnya

di Surabaya kebetulan kosnya dekat dengan rumah sakit

Karamenjangan. Jadi kalau nyuci, dari kosnya mbak Galuh. Seandainya mbak Galuh itu ndak sekolah disana, pak Bambang repot sekali karena

Kalah dengan kuasa Tuhan Mengikhlaskan yang sudah diputuskan oleh maha Kuasa. Bingung tinggal sendiri karena masih punya 3 anak yang belum berkeluarga.

Tuhan sumber ketaatan. Menerima

kenyataan bahwa istri telah tiada. Kebingungan akan mengatasi pengalaman yang tidak mengenakkan. Membutuhkan

56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 Mn3 Ps1 Ea1 Eq1 Ps1 Eq1 Eq1 Ps2

itu hanya dikosnya Galuh itu, kalau nyuci dari sono malem saya

ngebrukno cucian dari sono malem nyuci tak tunggoni, nanti kalau

sudah nyuci saya kembali ke rumah sakit besok sudah distrika sama mbak Galuh. Dan itulah pengorbanan seorang anak ya, pengabdian seorang anak kepada orang tuanya. Walaupun meninggal ya yang dihadapi oleh anaknya ya mau gak mau ya harus, bukan terganggu ya, akhirnya jadi terganggu. Ya ndakpapa ya tapi kan sekarang sudah tenang. Menghadapi kehidupan, dalam kesendirian, dalam arti tidak ada pendamping itu memang disatu sisi memang tidak enak, tapi disisi lain ada enaknya. Karena memang kita berbicara untuk menata kehidupan anak itu minimal itu harus dari perguruan tinggi, itu ndak ada yang

ngregoni. Saya bisa ambil keputusan sendiri ya to. Beda lagi kalau

nanti, misalnya itu nanti maaf mungkin itu ibu yang kedua dari anak saya kan apa yang saya harapkan kan tidak sesuai dengan anak-anak saya harapkan. Itu yang saya pegang, karena ada perbedaan prinsip dan kami bertahan sampai empat setengah tahun itu, sebetulnya kan untuk menyelamatkan anak saya yang kuliah ini. Jadi kalau, sebagai ketika saya hidup sendiri itu berpikir sebagai seorang bapak maka tidak

anak yang membantu.

Pengorbanan dan pengabdian kepada orang tua yang sakit hingga meninggal berakibat mengganggu sekolah anak. Menghadapi hidup yang sendiri memiliki sisi enak dan tidak enaknya.

Bertahan belum menikah karena ada perbedaan prinsip dan menyelamatkan anak.

Rasa bangga terhadap anak.

Sisi positif istri meninggal.

Anak menjadi alasan menunda pernikahan. Konsekuensi ayah

75 76 77 78 797 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 Ps2 Mn1 Eq2 Ps2 Eq2 Eq3 Eq2

tapi tidak mudah untuk menikah kembali karena mikirnya seorang bapak yang masih punya anak perlu perlu lolos dalam studi dulu. Minimal, ini kan sudah lulus kuliah maka perjalanannya sudah hampir 90% lebih. Lha itu nanti kalau anak saya sudah lulus, ya insyallah kalau Tuhan mengijinkan ya kami akan menata kehidupan yang baru. Tapi bagaimanapun juga, yang namanya anak itu nomor satu bagi Pak Bambang itu nomor satu. Tidak berarti saya itu apa namanya melawan takdir tidak, kalaupun diberi jodoh ya saya terima kalau saya tetep harus membesarkan anak dalam kesendirian ya saya terima. Yang penting, yang penting anak saya sudah bisa lolos dari pendidikan dan punya kerja nantinya Jadi siapa sih yang mau ditinggal sama istrinya, kan gak ingin, tapi kalau tidak takdir ya kita harus menerima ya asalkan dengan penuh ikhlas dan tanggung jawab saya kira itu, yang saya jadikan filosofi hidup itu harus apa namanya harus seneng bersyukur. Dalam menghadapi hidup itu, harus tenang dan kalau orang jawa mengatakan

sumeleh artinya sumeleh itu ya pasrah. Jadi kalau kita sudah berusaha

dan ketika dan usaha itu sudah kita lakukan dengan maksimal dan gak menggapai hasil yang maksimal kan ya sudah sehingga tidak

tidak mudah menikah lagi. Tidak memutuskan tidak menikah tetapi tidak mudah untuk menikah karena perlu meluluskan studi anak. Ijin Tuhan membawanya ke kehidupan yang baru. Anak nomor satu bagi diri. Tidak melawan takdir dengan cara menerima jodoh jika diberi atau tetap membesarkan anak dalam kesendirian.

Menerima takdir dengan ikhlas dan tanggung jawab walaupun ditinggal istri.

Harus tenang dan pasrah dalam menghadapi hidup meskipun

tidak menggapai hasil

memikirkan diri sendiri. Pilihan tanggung jawab pribadi perilaku. - Anak adalah prioritas utama. Pasrah terhadap takdir yang menentukan hidup. Pasrah terhadap takdir. Kepasrahan dan sikap yang tenang sebagai upaya

94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 Sr1

susah menderita kan ujung-ujungnya kan ya sakit. Karena orang sakit itu 50% dipicu dari nurani dari hati tadi, fisik kan sambungannya psikis kejiwaan. Jadi orang sakit itu dipicu oleh kegalauan dari nurani dan jiwa, kalau jiwanya sakit ya maka akan tumbuh ya sehat.

Selama empat setengah tahun, pernah mengalami masalah apa saja semenjak ibu meninggal ?

Masalah yang paling muncul tu, anak saya yang nomor satu. Anak saya yang nomor satu itu memang sejak sekolah, itu sering membuat masalah dan masalah itu ya hubungannya terutama dengan uang.

Jadi masalahnya hanya anak, atau ada yang lain selain anak ? Oh ndak, ndak masalah rumah tangga saya hadapi sendiri. sejak SD saya sudah diajari masak dengan bapak ibu saya. Apalagi sekarang ada

rice cooker, ada kompor gas, halah sipil. Kok ada masalah keluarga

yang menyangkut keperluan rumah tangga, menyangkut kebersihan rumah, menyangkut macem-macem itu saya kira insyallah gak ada. Berarti sampai sekarang gak ada yang rewang ya?

Ndak ada.

Kalau dari keluarga ?

Berusaha menerima hasil yang

ada jika sudah berusaha

maksimal tapi tidak

mendapatkan hasil maksimal.

Tidak masalah menghadapi rumah tangga sendiri.

batin.

Kemampuan untuk mengontrol diri pada segala situasi.

Kemampuan dalam mengatasi masalah rumah tangga.

113 114 115 116 117 118 119 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 Sr2 Eq1 Ps1 Eq1 Mn1

pembantu itu kan kalau jam empat pulang ke rumahnya. Sekarang sudah dua setengah tahun ndak saya pakai, ya karena saya bisa sendiri, bisa sendiri.

Selama empat setengah berperan sebagai ayah tunggal perasaan apa saja yang seringkali muncul ?

Ya itu tadi, jadi perasaan dominan yang sering muncul itu yang paling sering saya pikirkan itu ketika nanti anak saya yang ragil itu kan cewek, kan harus menikah. Nah, dalam menikah itu nek wong jowo kan kudu gak bisa ngeculne cul opo omongane morotuwo, calon morotuwo kan mbak. Kan saya harus, ini loh yang saya pikir bukan hanya masalah biaya, tapi masalah psikologis yang saya pikirkan. Nanti saya harus minta ibunya, tapi bukan ibunya sendiri ini nanti bagaimana perasaanya. Berarti perasaan dominan yang muncul adalah bingung ya pak ? Nanti kalau saya punya gawe sendiri, dilihat orang itu kok dhewe opo. Tapi sebetulnya sendiri pun ndak masalah.

Jadi alasannya kok sampai sekarang belum nikah itu anak ya pak ? Anak, anak seandainya saya ndak mikir anak sudah begitu saya ditinggal istri saya hurung enek telung wulan nikah sudah. Itu jujur saja

Tidak memakai jasa pembantu rumah tangga karena bisa sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Memikirkan masalah psikologis anak, sehingga tidak bisa

ngeculne yang dikatakan mertua

jika nantinya anak menikah. Yang dipikirkan bukan hanya masalah biaya tapi masalah psikologis.

Memikirkan pendapat orang lain jika akan mengadakan pernikahan anak.

Percaya pada kemampuan diri.

Ketidakpercayaan bahwa orang lain memahami psikologis anak. Mendapatkan tekanan ekonomi dan psikologis. Kecemasan dalam memikirkan pendapat orang lain.

212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 Sr2 Eq2

Apakah ada kemungkinan bapak menikah lagi ?

Oh iya, kalau Tuhan memberikan itu dan banyak sebetulnya, betul tapi tidak semudah yang saya harus saya pikirkan. Memang saya kebimbangan anak saya.

Bagaimana cara mengatasi masalah bapak, terutama masalah anak yang saat ini bapak sedang rasakan ?

Ya, ya repotnya kalau dulu masih ada ibunya kan berbagi rasa berbagi cerita memecahkan masalah bareng-bareng. Sekarang kan sudah ndak bisa, kalau sekarang ada masalah anak saya mau saya ceritakan pada siapa ?. pada kakak kandung saya, iya kalau bisa menerima ngko malah

diseneni ya to, saya ceritakan pada temen saya, curhat ya kalau dia bisa

nerima. Iya nanti kalau diomong-omongkan ke orang lain malah dadi gak menguntungkan diri saya sendiri, ya saya atasi sendiri, semampu saya.

Ketika menghadapi masalah, sampai mengganggu aktivitas bapak tidak ?

Iya mengganggu tapi tidak lama. Namanya kena masalah kan harus kembali ke kenangannya, sebab ketika menghadapi masalah itu kan ada

memikirkan masa depan anak, masa depan anak bagi saya nomor satu.

Akan menikah jika Tuhan memberikan jodoh, tapi tidak mudah karena harus

memikirkan anak.

Tidak ada istri tidak dapat berbagi rasa, berbagi cerita dan memecahkan masalah bersama. Mengatasi masalah semampu diri jika bercerita pada kakak dimarahi, cerita pada teman nanti diomongkan orang lain, jadi tidak menguntungkan.

alasan untuk menentukan masa depan. Anak menjadi alasan untuk menunda pernikahan. Kehilangan figur afeksi. Ketidakpercayaan pada orang lain.