• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

Permasalahan penelitian ini adalah (1) Sejauhmana keberadaan petani sayuran menghadapi era globalisasi dan (2) Bagaimana strategi penguatan petani sayuranmenggunakan media komunikasi cyber extension. Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan karakteristik individu petani sayuran yang memanfaatkan cyber extension sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan informasi, (2) Menganalisis hubungan antara indikator karakteristik individu petani sayuran, (3) Menganalisis perbedaan karakteristik individu petani hortkultura di kedua daerah sentral produksi sayuran di Provinsi Lampung. (4) Menganalisis pengaruh karakteristik individu terhadap perilaku komunikasi. Model penelitian adalah Concurent Mixed Methods.Sampel diambil dengan sengaja sebanyak 180 orang petanidenganteknik snowball.Data dianalisis secara deskriptif dan uji infernsial dengan menggunakan uji beda Mann Whitney dan Rank Spearman. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung BaratProvinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukkan (1)Karakteristik individu petani sayuran tergolong rendah kecuali keberanian mengambil resiko dan motivasi menggunakan cyber extension tergolong tinggi, (2)Terdapat hubungan yang nyata diantara indikator variabel karakteristik individu, (3) Tidak ada perbedaan karakteristik individu petani sayuran diKabupatenTanggamusdanKabupaten Lampung Barat, (4) Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku komunikasi menggunakan sumber informasi berbasis TIK dan (5) Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku komunikasi menggunakan sumber informasi konvensional.

Kata kunci; cyber extesion, media, globalisasi Pendahuluan

Sektor sayuran di Provinsi Lampung harus dikembangkan mengingat tantangan era globalisasi ekonomi seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation). Sejalan dengan itu, Indonesia menempatkan TIK sebagai salah satu fokus utama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi memberikan peluang yang besar bagi petani untuk dapat memperoleh informasi pertanian dengan tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhannya.

Cyber extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi informasi inovasi pertanian yang bertujuan meningkatkan keberdayaan petani dalam mengakses informasi yang ada sesuai dengan waktu dan jenis informasi yang dibutuhkan (Sumardjo et al. 2010). Studi mengenai kemampuan cyber extension dalam memenuhi kebutuhan petani akan informasi

pertanian beserta kendala yang dihadapinya sudah banyak dilakukan baik di Indonesia, Asia maupun dunia (Sumardjo et al. 2010, Mulyandari et al.2012, Helmi 2013, Wijekoon et al. 2006, Ahuja 2011, Aphunu and Atoma 2011, Maleki

et al. 2012, Madadi et al. 2011).

Sumber informasi yang tersedia di perdesaan saat ini cukup beragam, selain dipenuhi oleh sumber informasi interpersonal juga terdapat media massa konvensional dan media hibrida (Leeuwis 2013). Penyuluhan (extension) merupakan salah satu variabel yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku petani (Lionberger dan Gwin 1983). Perubahan perilaku petani sebagai penerima manfaat penyuluhan diperlukan agar terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas produksi usahatani. Karakteristik petani sayuransangat beragam dan mempengaruhi perilakunya dalam menerima dan menerapkan informasi yang diterima. Melalui sumber-sumber informasi yang tersedia. Hasil penelitian Mulyandari et al. 2011 menyimpulkan faktor dominan yang memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku petani sayuran dalam memanfaatkan teknologi informasi adalah karakteristik individu.

Perilaku petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi yang berbasis TIK di daerah pedesaan sangat diperlukan karena desa memiliki hak untuk menikmati kemudahan mengakses dan menggunakan informasi melalui TIK. Kehadiran internet yang digunakan untuk menyimpan, memproses dan mengakses informasi dapat berdampak pada pemenuhan kebutuhan informasi pertanian yang mengakibatkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.

Peran TIK sangat diperlukan dalam sektor pertanian untuk peningkatan produktivitas usahatani yang dihasilkan. Petani memerlukan berbagai informasi di bidang pertanian, seperti: kebijakan pemerintah, hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, pengalaman petani lain, serta informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Pemanfaatan TIK dapat mengatasi masalah kekurangan akses informasi mengenai inovasi pertanian yang selama ini diperoleh dari sumber informasi konvensional. Penggunaan TIK dapat menggantikan beberapa bentuk komunikasi konvensional yang dilakukan sebelumnya.TIK dalam bidang pertanian dapat menyiapkan informasi pertanian yang dibutuhkan petani dengan tepat waktu dan sesuai kebutuhan. Hasil penelitian Prasetya (2013) menunjukkan penggunaan internet dapat mempengaruhi pembentukan citra seseorang. Penelitian lain menunjukkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di Asia menyebabkan berbagai perubahan di berbagai bidang seperti industri, agama, organisasi, dan pekerjaan, yang keseluruhannya berdampak pada perubahan sosial hubungan antar personal (Alampay2009; Arja dan Marjaana2008; David and Shalini2011; Sumardjo et al.2010).

Perilaku seseorang untuk melakukan aktivitas komunikasi timbul karena adanya dorongan yang berasal dari dalam diri individu tersebut untuk melakukan tindakan melalui interaksi dengan lingkungan dapat sesuai dengan keinginannya. Asngari (2001) mengatakan perilaku komunikasi dari individu ada yang terlihat jelas (overt behaviour) dan ada juga yang tidak jelas (covert behaviour). Hasil penelitian Damihartini dan Jahi (2005) menyimpulkan hubungan karakteristik petani dengan kompetensi agribisnis memiliki kesepakatan tinggi, namun aspek pengetahuan,sikap dan ketrampilan saling bebas dalam memberikan penilaian berbagai bidang agribisnis.

137

Permasalahan penelitian ini adalah (1) Sejauhmana kesiapan petani sayuran menghadapi era globalisasidan (2) Bagaimana strategi penguatan petani sayuranmenggunakan media komunikasi cyber extension. Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini (1) Mendeskripsikan karakteristik individu petani sayuran, (2) Menganalisis hubungan antara indikator karakteristik individu, (3) Menganalisis perbedaan karakteristik individu,(4) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan perilaku komunikasi dan (5) Menemukan model pemanfaatan cyber extension melalui rekayasa karakteristik individual.

Metode Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian kombinasi (ConcurentMixed Methods). Peneliti mengumpulkan dua jenis data dalam satu waktu, kemudian

menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Peneliti menerapkan metode kuantitatif untuk mengetahui tujuan penelitian dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh, (Creswell and Plano Cark, 2007).

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dengan cara mengumpulkan data dari petani sayuran dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di 16 desa yang memiliki keterjangkauan terhadap jaringan internet yaitu lima desa di Kecamatan Sumberrejo, tiga desa di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus dan empat desa di Kecamatan Balik Bukit dan empat desa di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan kedua kabupaten ini merupakan sentral produksi sayuran (baik itu buah-buahan, sayur- sayuran, dan tanaman hias) dan memiliki luas panen terbesar (BPS Provinsi Lampung, 2012) dan telah mendapatkan alat pengolahan data cyber extension dari Pusluh Kementrian Pertanian RI pada tahun 2010-2011 (Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Provinsi Lampung2012). Penelitian dilakukan bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015.

Populasi penelitian adalah petani sayuran yang berusahatani sayuran di Provinsi Lampung. Tanaman sayuran adalah tanaman semusim sehingga informasi yang didapatkan dari sumber informasi memungkinkan untuk diaplikasikan. Sampel adalah petani sayuran di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat yang berusahatani sayuran. Sampel diambil dengan sengaja yaitu petani yang sudah pernah mencari informasi pertanian melalui cyber sebanyak 180 orang dengan teknik snowball. Sampling sebanyak 180 orang dan telah memenuhi persyaratan minimal uji statistik SEM yaitu sebesar lima kali jumlah indikator (Kusnendi 2007,Setyo 2008, Haryono dan Wardoyo2013).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan memiliki jawaban yang tertutup dan terbuka. Kuesioner memiliki skala ordinal dan rasio.

Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan Uji Mann Whitney, Uji Rank Spearman dan Analisis SEM. Rerata data yang memiliki skala pengukuran rasio dilakukan dengan melihat penyebaran normal data dengan uji

Kolmogorof Smirnof. Data yang menyebar normal memiliki rerata sebesar mean ±sd, sedangkan data yang tidak menyebar normal memiliki rerata sebesar median (25th,75th)(Supranto 2009, Sevilla et al. 1993, Munro 1997 dan Dahlan 2008). Permasalahan pertama akan dijawab dengan tujuan penelitian satu, dua, tiga dan empat dan permasalahan kedua akan dijawab dengan tujuan penelitian 5.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Komunikasi Dalam Pemenuhan Informasi Pertanian

Untuk menemukan model yang baik dalam menggambarkan pengaruh karakteristik individu terhadap perilaku komunikasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian, maka indikator tingkat pendidikan formal (X1.1), tingkat

pendidikan non formal (X1.2), Tingkat umur (X1.3), Luas lahan Garapan (X1.4) dan

Pengalaman berusahatani (X1.6) dikeluarkan dari analisis SEM karena

pertimbangan indikator tersebut sudah melekat dalam diri individu petani sayuran yang tidak dapat dikembangkan lagi. Hasil analisis SEM tertera dalam Gambar 20 dan Gambar 21.

Gambar 20Nilai t hitung pengaruh tingkat kekosmopolitan (X1.1), keberanian

mengambil resiko (X1.2) dan motivasi (X1.3) terhadap perilaku

komunikasi (Y1) dalam pemenuhan informasi pertanian (Y2)

Ada pengaruh karakteristikindividudanperilakukomunikasipetanisayuran yang dilihatdarinilait hitung X1 terhadap Y1 dan Y2 yang lebih besar dari t tabel

pada taraf kepercayaan 99 persen yaitu sebesar 1.96 (Gambar 20). Hal iniberartisemakintinggitingkatkekosmopolitan,

keberanianmengambilresikodanmotivasi, makasemakinbesar pula perilakukomunikasidalammenggunakansumberinformasiberbasis TIK dansemakinterpenuhikebutuhaninformasipertanianpetani.

139

Gambar 21 Gambar standardized loading factor pengaruh karakteristik individu terhadap perilaku komunikasi dalam pemenuhan kebutuhan

informasi pertanian

Secara umum Gambar 21 menggambarkan pengaruh karakteristik individu terhadap perilaku komunikasi dalam pemenuhan informasi pertanian. Berdasarkan kriteria kelayakan model, maka perilaku komunikasi petani sayuran dipengaruhi oleh karakteristik individu dan indikator keberanian mengambil resiko. Berdasarkan gambar estimasi parameter model struktural yang menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel penelitian. Kelayakan kriteria model dapat dilihat pada Tabel 48.

Tabel 48 Ringkasan hasil kelayakan model struktural pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui perilaku komunikasi pemanfaatan cyber extension melalui karakteristik individu

Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Keterangan

Root Mean Square Residual (RMR) ൑ 0.05 atau ൑ 0.1 0.055 Good Fit

Root Mean Square Error

ofApproximation(RMSEA) ൑ 0.08 0.000 Good Fit

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) ൒ 0.90 0.95 Good Fit

Comparative Fit Index(CFI) ൒ 0.90 0.97 Good Fit

NNFI ൒ 0.90 0.94 Good Fit

Good of fit Index (GFI) ൒ 0.90 0.98 Good Fit

Nilai RMR, RMSEA, AGFI, CFI, NNFI dan GFI telah memenuhi kriteria standard kelayakan model, yang berarti Gambar 21 dapat digunakan sebagai model pemenuhan kebutuhan informasi pertanian bagi petani sayuran(Tabel 49).

Hubungan antar variabel karakteristik individu petani sayuran

Strategi penguatan petani sayuran untuk memanfaatkan media cyber extension dilakukan dengan melihat hubungan antar indikator variabelkarakteristik individu (Tabel 49).

Tabel 49Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antar indikator variabel X1

Karakteristik individu Pendidikan formal Pendidikan non formal Tingkat umur Luas lahan Garapan Tingkat kekosmopolitan Pengalaman berusahatani Keberanian mengambil resiko Motivasi Pendidikan formal 1.00 0.16* 0.08 0.04 -0.15* -0.23** 0.13* 0.22**

Pendidikan non formal 0.16* 1.00 0.13 -0.01 -0.04 0.10 0.07 -0.04*

Tingkat umur 0.08 0.13 1.00 -0.11 -0.04* -0.64** 0.10 -0.25**

Luas lahan garapan 0.04 -0.01 -0.11 1.00 0.16** 0.09 0.67 0.02

Tingkat kekosmopolitan -0.14* -0.04 -0.04 0.16* 1.00 0.12 0.01 0.05 Pengalaman berusahatani -0.23** 0.10 -0.64** 0.09 0.12 1 0.05 -0.18** Keberanian mengambil resiko 0.13* 0.07 0.10 0.67 0.01 0.05 1.00 0.31** Motivasi 0.22** -0.04 -0.24** 0.02 0.05 -0.18* 0.11** 1.0 **

:berhubungansangat nyata padatarafkepercayaan 99 persen

*

141

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani maka pengalaman berusahatani dan tingkat kekosmopolitan petani semakin rendah. Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung mencari matapencaharian di luar pertanian, sehingga pengalaman berusahatani petani semakin rendah. Hasil penelitian menunjukan bidang pertanian banyak diminati oleh petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan formal yang tinggi juga menyebabkan seseorang lebih banyak mengandalkan pengetahuan yang dimiliki dari bangku sekolah dan cenderung tidak ingin mencari pengetahuan dari orang lain. Semakin tua umur seseorang maka pengalaman berusahatani semakin rendah dan motivasinya dalam menggunakan sumber informasi TIK semakin rendah dan sebaliknya semakin muda umur petani, maka pengalaman bersahatani semakin tinggi dan motivasi menggunakan sumber informasi TIK akan semakin besar.

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka semakin matang pola berfikir yang dimiliki seseorang, sehingga memiliki pengetahuan yang baik tentang nilai positif dan negatif terhadap sesuatu. Hal ini mengakibatkan ia berani untuk mengambil resiko atas keputusan yang diambil dan memiliki motivasi yang besar untuk menggunakan sumber informasi TIK sebagai media yang baru dikenal petani.

Hasil penelitian menunjukkan sumber informasi TIK banyak digunakan oleh petani yang berumur muda. Semakin luas lahan garapan yang diolah petani, maka semakin banyak informasi pertanian yang dibutuhkan, sehingga petani selalu mencari informasi yang dibutuhkan baik dari dalam desa maupun dari luar desa, sehingga tingkat kekosmopolitan semakin tinggi. Semakin sempit lahan garapan yang digunakan petani, maka akan semakin sedikit informasi yang dibutuhkan sehingga semakin rendah tingkat kekosmopolitannya. Uji hubungan antara variabel karakteristik individu dengan perilaku komunikasi dapat dilihat pada Tabel 50.

Tabel 50Koefisien korelasiRank Spearmanhubungan antara karakteristik individu (X1)dan perilaku komunikasi(Y1)

Karakteristik individu(X1)

Koefisien korelasi Rank Spearman Perilaku komunikasi penggunaan sumber informasi berbasis TIK (Y1.1) Perilaku komunikasi penggunaan sumber informasi konvensional (Y 1.2) Perilaku komunikasi (Y1) Pendidikan formal (X1.1) 0.250** 0.113 0.187*

Pendidikan non formal (X1.2) 0.041 0.084 0.052

Tingkat umur (X1.3) 0.015 -0.206** -0.093

Luas lahan Garapan (X1.4) 0.184* 0.160* 0.224**

Tingkat kekosmopolitan (X1.5) 0.055 -0.030* 0.018

Pengalaman berusahatani (X1.6)

-0,096 0,099 -0,30

Keberanian mengambil resiko (X1.7)

0.188**

0.820 0.211**

Motivasi (X1.8) 0.009 -0.131 -0.058

Karakteristik individu (X1) 0.150* 0.101 0.130*

Keterangan: **:berhubungansangat nyata padatarafkepercayaan 99 persen

*

Tabel 50 memperlihatkan ada hubungan yang sangat nyata positif pada taraf kepercayaan 90 persen antara perilaku komunikasi (Y1) dengan karakteristik individu (X1). Hal yang sama juga terjadi untuk indikator pendidikan formal (X1.1),luas lahan garapan(X1.4)dan keberanian mengambil

resiko (X1.7). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan formal, luas lahan

garapan dan keberanian menanggung resiko, maka semakin tinggi pula perilaku komunikasi petani. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan formal, luas lahan garapan dan keberanian menanggung resiko, maka semakin rendah pula perilaku komunikasi petani. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohammad dan Fatimah (2015) menyimpulkan ada hubungan positif signifikan antara umur, jenis kelamin, dan keadaan sosial ekonomi seperti pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan terhadap perilaku konservasi lingkungan. Perilaku komunikasi penggunaan cyber extension berhubungan dengan indikator variabel karakteristik individu seperti pendidikan formal, luas lahan garapan dan keberanian mengambil resiko. Penelitian Chang dan Wang (2008) menjelaskan motivasi seseorang dlam menggunakan sumber informasi, menentukan sikap dan perilakunya terhadap sumber informasi tersebut. Datis et al., 2012, mengatakan keputusan sikap dan perilaku seseorang menggunakan sumber informasi berbasis TIK sangat bergantung pada kumpulan pendapat dari keluarga, teman, institusi agama, kelompok kerjanya. Seseorang yang tergolong usia tua lebih banyak menggunakan media massa seperti TV, koran, dan radio sedangkan golongan muda cenderung menggunakanr new media seperti internet dan jaringan media.Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Arja dan Marjaana (2014) yang mengatakan penggunaan komputer sangat berhubungan dengan umur. Kaum muda menggunakan TIK sebagai bagian dari hidupnya setiap hari, orang yang bekerja menggunakan TIK sebagai alat mempelancar tugasnya, orang yang berumur 65-79 tahun menggunakan TIK untuk mempermudah kehidupannya.

Tabel 50memperlihatkan ada hubungan yang nyata negatif antara tingkat umur (X1.3) dan tingkat kekosmopolitan (X1.5) dengan perilaku komunikasi

petani dalam menggunakan sumber informasi konvensional(Y1.2). Hal ini berarti

semakin tua usia responden dan semakin tinggi tingkat kekosmopolitan maka semakin rendah perilaku komunikasi petani dalam menggunakan sumber informasi konvensional. Semakin muda usia responden dan semakin rendah tingkat kekosmopolitan maka semakin tinggi perilaku komunikasi petani dalam menggunakan sumber informasi konvensional. Keberadaan fisik membatasi seseorang untuk beraktifitas. Semakin tua umur seseorang semakin terbatas kemampuannya melakukan aktifitas komunikasi. Sedangkan semakin besar tingkat kekosmopolitan, semakin terbatas waktu yang dimiliki seseorang untuk melakukan perilaku komunikasi terhadap sumber informasi konvensional dan semakin terpenuhi kebutuhan informasi pertaniannya sehingga semakin rendah perilaku komunikasinya terhadap sumber informasi konvensional.

Yegane et al., (2011) menjelaskan ada hubungan yang positif antara tingkat penggunaan TIK dan tingkat pendidikan formal dan berhubungan negatif dengan pengalaman kerja tapi tidak berhubungan dengan umur.Jika dianalisis secara tabulasi silang (cross tabb), maka hubungan antara variabel karakteristik dan perilaku komunikasi dapat dilihat pada Tabel 51.

143

Tabel51Tabulasisilangindikatorkarakteristikpetanidanperilakukomunikasiterhadap TIK

Jumlah petani sayuranyang memiliki karakteristik individu yang tergolongsangat rendahdanmemiliki persentase terbesar perilaku komunikasi yang rendah jugadalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK. Hal ini

juga terjadi pada petani sayuran yang

memilikikarakteristikindividutinggimemilikiperilakukomunikasidalammengguna kansumberinformasiberbasis TIK yang rendahjuga(Tabel 51).

Perbedaan Karakteristik Individu Petani Sayuran

Pengetahuan terhadap keragaman karakteristik individu sangat diperlukan untuk pengembangan cyber extension di daerah penelitian. Perbedaan karakteristik individu di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat dianalisis dengan Uji Mann Whitney yang nilainya dapat dilihat pada Tabel 52.

Tabel 52P value Mann Whitneyperbedaan indikator karakteristik individu di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat

No Indikator Karakteristik Individu P value Uji Mann Whitney

1 Karakteristik individu (X1) 0.212

2 Tingkat pendidikan formal (X1.1) 0.189

3 Tingkat pendidikan non formal (X1.2) 0.340

4 Tingkat umur (X1.3) 0.009**

5 Luas lahan garapan (X1.4) 0.001**

6 Tingkat kekosmopolitan (X1.5) 0.083*

7 Lama berusahatani (X1.6) 0.056*

8 Keberanian mengambil resiko (X1.7) 0.494

9 Motivasi (X1.8) 0.000**

Keterangan: **:berbedasangat nyata padatarafkepercayaan 99 persen

*

:berbedanyata pada taraf kepercayaan 90 persen

Tabel52memperlihatkansecaraakumulasitidakadaperbedaankarakteristikind ividu di KabupatenTenggamusdanKabupaten Lampung Barat, namunadaperbedaantingkatumur(X1.3), luaslahangarapan(X1.4),

tingkatkekosmopolitan(X1.5), lama berusahatani(X1.6), danmotivasi(X1.8).

hasilpenelitianmenunjukkan rata-rata tingkatpendidikan formal di Provinsi Lampung adalah 10.62 tahundengankisarantingkatpendidikanterendah 3 tahundantertinggi 22 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan formal Kabupaten Tanggamus yaitu 11.12 tahun, dengan kisaran tingkat pendidikan terendah 4 tahun dan tertinggi 22 tahun. Tingkat pendidikan formal petani di Kabupaten Lampung Barat rata-rata 10.26 tahun dengan pendidikan terendah 3 tahun dan tertinggi 19 tahun. Hal ini sesuai dengan uji Mann Whitney yang mengatakan

Karakteristikpetanisayuran Perilakukomunikasidengan TIK Jumlah (orang) Rendah Tinggi Rendah 75 59 72 Tinggi 25 41 28 Total 100 100 100

tidak ada perbedaan tingkat pendidikan formal antara petani Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat. Rata-rata petani sudah lulus SMP

Rata-rata tingkat pendidikan non formal petani sayuran di Provinsi Lampung adalah 6.92 hari per tiga bulan dengan kisaran 0-90 hari per tiga bulan. Kabupaten Tanggamus memiliki rata-rata pendidikan non formal lebih tinggi yaitu selama 10.67 hari dengan kisaran 0-90 hari per tiga bulan, sedangkan Kabupaten Lampung Barat memiliki rata-rata yang lebih kecil yaitu 4.25 hari dengan kisaran 0-90 hari per tiga bulan. Perbedaan ini secara statistik tidak menunjukan perbedaan.

Hasil penelitian menunjukkan di Provinsi Lampung usia rata-rata petani sayuran adalah 35.41 tahun. Usia termuda petani sayuran adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 66 tahun. Hal ini menunjukkan usia petani sayurandalam katagori usia produktif. Jika dianalisis per kabupaten ternyata usia rata-rata petani sayuran di Kabupaten Tanggamus lebih tua yaitu 37.79 tahun dengan kisaran umur termuda adalah 19 tahun dan tertua 66 tahun, sedangkan umur rata-rata petani sayurandi Kabupaten Lampung Barat 33.71 tahun dengan kisaran termuda adalah 18 tahun dan umur tertua 65 tahun. Rata-rata luas lahan yang digarap petani sayuran di Provinsi Lampung 0.20 hektar dengan kisaran 0.04-4 hektar. Sedangkan untuk Kabupaten Tanggamus 0.05 hektar dengan kisaran 0.12-1 hektar dan Kabupaten Lampung Barat 0.31 hektar dengan kisaran hektar 0.04-4 hektar.Jika dianalisis secara deskriptif, petani sayuran di Provinsi Lampung belum terlalu lama berusahatani sayuran. Rata-rata pengalaman berusahatani petani sayuran adalah 11.41 tahun dengan kisaran terendah 1 tahun dan tertinggi 45 tahun. Rata-rata pengalaman berusahatani petani sayuran di Kabupaten Tanggamus 11.36 tahun dengan kisaran tahun terendah 1 tahun dan tertinggi 43 tahun, dan Kabupaten Lampung Barat dengan rata-rata 10.7 tahun

dengan kisaran 1 tahun-45

tahun.Tuntutanglobalisasimenuntutkesiapanpetanisayuranuntukmenjalankannya. Namunternyatapetanisayuranbelumsiapmenghadapinya.Hal

initerlihatdarimasihrendahnyakarakteristikpetanisayuran yang meliputiindikatortingkatpendidikan formal, tingkatpendidikan non formal, tingkatumur, luaslahangarapan, tingkatkekosmopolitan, lama berusahatani.Namunpetanisayuranmemilikitingkatkeberanianmengambilresikoda nmotivasi yang tergolongtinggi (Tabel 53).

Tabel 53Nilairataankarakteristikindividu

No Variabel Rataan/persentase

terbesar

Skor persentase

terbesar Katagori

1 Karakteristik individu 72.8 Rendah

2 Tingkat pendidikan formal 10 (9;12) Rendah

3 Tingkat pendidikan non formal (hari/bulan)

4.59 Sangat rendah

4 Umur petani sayuran/tahun 37.39±8.86 Muda

5 Luas lahan garapan/hektar 0.5(0.28;1) Sangat sempit

6 Tingkat kekosmopolitan/ skor 51.1 Sangat rendah

7 Lama berusahatani petani sayuran/tahun

9(4;16.5) Baru

8 Keberanian mengambil resiko petani sayuran/skor

57.8 Tinggi

145

Keadaan karakteristik petani sayuran merupakan potensi yang dapat dikembangkan khususnya untuk indikator keberanian mengambil resiko dan motivasi karena data menunjukkan persentase terbesar petani sayuran tergolong tinggi. Jika dilihat dari karakteristik sosial ekonomi petani sayuran, maka keberadaan sumber informasi yang berbasis TIK melalui cyber extension sangat menunjang sebagai alternatif penyediaan informasi pertanian. Oleh sebab itu peranan sumber informasi yang berbasis TIK harus ditingkatkan dengan menyediakan layanan yang disesuaikan dengan berbagai kebutuhan informasi khususnya untuk petani yang berusia muda. Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan formal dan informal petani di kedua daerah penelitian. Homogenitas tingkat pendidikan ini mengakibatkan homogennya perilaku petani dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK. Keragaman karakteristik individu petani hortikultura terlihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Karakteristik petani hortikultura

Keadaan karakteristik petani hortikultura merupakan potensi yang dapat dikembangkan khususnya untuk indikator keberanian mengambil resiko dan motivasi karena data menunjukkan persentase terbesar petani hortikultura tergolong tinggi (Gambar 20). Jika dilihat dari karakteristik sosial ekonomi petani hortikultura, maka keberadaan sumber informasi yang berbasis TIK melalui cyber extension sangat menunjang sebagai alternatif penyediaan informasi pertanian. Oleh sebab itu peranan sumber informasi yang berbasis TIK harus ditingkatkan dengan menyediakan layanan yang disesuaikan dengan berbagai kebutuhan informasi khususnya untuk petani yang berusia muda. Sejalan dengan itu Ummu dan Jasmen (2002)mengatakan implementasi program pembinaan teknologi bagi komunitas petani/peternak, perlu ditanamkan motivasi dan kemampuan untuk menggunakan dan menyebarluaskan inovasi teknologi.Penelitian Djauhari (2010) menyimpulkan rendahnya tingkat pendidikan formal petani hortikultura, mengakibatkan petani belum paham terhadap manfaat TIK secara umum.

Karakteristik pribadi seseorang mempengaruhi tingkah lakunya dalam suatu situasi. Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan karakteristik pribadi merupakan bagian dari individu yang melekat pada diri seseorang yang mendasari seseorang untuk bertingkah laku. Tingkat pendidikan formal

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Tingkat Pendidikan Formal Tingkat Pendidikan Informal

Umur Luas Lahan Kekosmopol

itan Pengalaman Berusahatan i Keberanian Mengambil Risiko Motivasi Tinggi 6.10 13.30 7.20 3.90 1.70 5.60 56.10 74.40 Sedang 43.90 0.00 48.90 5.60 7.80 32.80 40.60 23.90 Rendah 50.00 96.70 43.90 90.60 90.60 61.70 3.30 1.70

seseorang akan menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dalam melaksanakan tugas. Petani yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah tidak memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan petani yang tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi.