• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 PERAN FAKTOR LINGKUNGAN PENDUKUNG TERHADAP PENGGUNAAN CYBER EXTENSION

DALAM MENENTUKAN PERILAKU KOMUNIKASI UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN

8 PERAN FAKTOR LINGKUNGAN PENDUKUNG TERHADAP PENGGUNAAN CYBER EXTENSION

Abstrak

Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) dalam bidang pertanian (cyber extension) dapat mempercepat proses penggunaan informasi oleh petani. Namun di negara-negara berkembang keberhasilannya sangat tergantung pada faktor pendukungnya. Bab ini mereview sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis ketersediaan faktor lingkungan pendukung dalam menggunakan

cyber extension dan hubungannya dengan perilaku komunikasi petani hortikultura dalam mengakses sumber informasi berbasis TIK. Design penelitian yang digunakan adalah Concurent Mix Methods Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015. Populasi penelitian adalah petani hortikultura. Sampel sebanyak 180 orang diambil secara sengaja dengan teknik snowball. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan Uji Rank Spearman. Hasilnya, tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan pendukung dengan perilaku komunikasi petani hortikultura. Sebaliknya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketersediaan sarana akses informasi dan tingkat ketersediaan sumber informasi konvensional yang sesuai dengan akses informasi pertanian berbasis TIK. Penulis menguraikan implikasi dari penelitian ini, khususnya terhadap kebijakan mengenai cyber extension untuk pertanian.

Kata kunci: cyber extension, faktor lingkungan PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi di era globalisasi, khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology) sudah sangat pesat. Setiap sektor usaha seharusnya mengambil manfaat yang tinggi dalam pemanfaatan ICT. Pelaku sektor usaha yang lebih cepat dan progresif dalam mengadopsi inovasi ICT akan lebih dulu mengambil manfaat dari ICT.

Penelitian Sajda et al (2014) menyimpulkan penggunaan dan penerapan ICT merupakan komponen penting di negara berkembang seperti Indonesia. Penggunaan ICT di negara India meningkat sebagai sarana meningkatkan pendapatan dan kemampuan petani. Organisasi agribisnis besar, pemerintah dan perusahaan swasta telah mendirikan telecenter untuk memenuhi tujuan mereka. Penggunaan ICT dapat membantu mengatasi. Beberapa tantangan ICT yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dalam melakukan pembangunan. Penelitian ini juga mengatakan perbedaan keadaan geografi perlu diperhitungkan untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan telecenter.

Pertanian merupakan suatu bidang usaha yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai merupakan modal utama untuk menjalankan usaha bidang pertanian di perdesaan dan akan menjanjikan kehidupan yang lebih baik

129

bagi masyarakat di perdesaan. Beberapa program Departemen Pertanian yang berhubungan dengan pemanfaatan ICT sangat relevan untuk memenuhi kebutuhan petani akan informasi pertanian.

Program-program tersebut meliputi Program Pengembangan dan Penyelenggaraan Sistim Informasi dan Statistik Pertanian, Peningkatan Pemanfaatan dan Penyebaran Informasi, Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Bidang Statistik dan Sistem Informasi serta Penataan Kelembagaan Sistim Informasi. Informasi yang ada akan membuka wawasan petani terhadap kemajuan pertanian yang ada, yang menyebabkan petani

“mengubah” pola usaha tani yang lama, dengan mau mencoba menerapkan pola usahatani yang baru yang akan meningkatkan pendapatan usahataninya. Semakin banyak informasi yang diterima, maka petani semakin memiliki banyak pilihan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Cyber merupakan media baru yang berupa berbagai teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama, yang selain baru juga dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaannya secara pribadi sebagai alat komunikasi. Media baru sangat beragam dan tidak mudah didefinisikan, tetapi dalam penerapannya media baru memasuki ranah komunikasi massa atau secara langsung dan tidak langsung memiliki dampak terhadap media

massa “tradisional”. Fokus perhatian utama adalah pada aktivitas kolektif bersama yang disebut internet (Denis 2011). Sharma (2005) mengatakan ada beberapa kegunaan potensial cyber extension yaitu (1) Menyediakan informasi secara terus menerus, (2) Kaya informasi, (3) Menawarkan pencapaian informasi internasional secara cepat, (4) Memotong langkah dari proses tradisional dan (5) Pendekatan berorientasi pada penerima.

Peran TIK sangat diperlukan dalam sektor pertanian untuk peningkatan produktivitas usahatani yang dihasilkan. Untuk mengelola usahataninya, petani memerlukan berbagai informasi di bidang pertanian, seperti: kebijakan pemerintah, hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, pengalaman petani lain, serta informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Sumber-sumber informasi tersebut bisa mereka dapatkan salah satunya dengan mengakses internet. Dengan mengakses internet, para petani bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai pertanian. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengetahui informasi terkini mengenai prospek pasar internasional yang berhubungan dengan sarana produk pertanian dan produksi. Pemanfaatan TIK dapat mengatasi masalah kekurangan akses informasi mengenai inovasi pertanian. TIK dalam bidang pertanian dapat menyiapkan informasi pertanian yang dibutuhkan petani dengan tepat waktu dan sesuai kebutuhan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis ketersediaan faktor lingkungan pendukung penggunaan informasi cyber extension di Provinsi Lampung dan (2) Menganalisis hubungan antara ketersediaan faktor lingkungan pendukung dengan perilaku komunikasi petani hortikultura di Provinsi Lampung. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara ketersediaan faktor lingkungan pendukung dengan perilaku komunikasi petani hortikultura.

Metode Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian kombinasi (Concurent Mixed Methods). Peneliti mengumpulkan dua jenis data dalam satu waktu, kemudian

menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Peneliti menerapkan metode kuantitatif untuk mengetahui tujuan penelitian dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh, (Creswell and Plano Cark, 2007). Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey deskriptif kausalitas.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat. Lokasi penelitian ini di 16 desa yang memiliki keterjangkauan terhadap jaringan internet yaitu lima desa di Kecamatan Sumberrejo, tiga desa di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus dan empat desa di Kecamatan Balik Bukit dan empat desa di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan kedua kabupaten ini merupakan sentral produksi hortikultura (baik itu buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman hias) dan memiliki luas panen terbesar (BPS Propinsi Lampung 2012) dan telah mendapatkan alat pengolahan data cyber extension dari Pusluh Kementrian Pertanian RI pada tahun 2010-2011 (Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Provinsi Lampung 2012). Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015. Populasi penelitian adalah petani hortikultura yang berusahatani sayuran di Provinsi Lampung. Tanaman sayuran adalah tanaman semusim sehingga informasi yang didapatkan dari sumber informasi memungkinkan untuk diaplikasikan. Sampel adalah petani hortikultura di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat yang berusahatani sayuran. Sampel diambil secara sengaja dengan teknik snowball sebanyak 180 orang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait dan hasil dari studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan Uji Rank Spearman

Hasil dan Pembahasan

Hubungan antara faktor lingkungan pendukung dengan perilaku komunikasi petani sayuran

Analisis bivariat hubungan antara faktor lingkungan pendukung (X2) dengan

perilaku komunikasi (Y1) dilakukan dengan Korelasi Rank Spearman yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan pendukung dengan perilaku komunikasi petani hortikultura pada taraf kepercayaan 90 persen. Namun ada hubungan yang sangat signifikan antara tingkat ketersediaan sarana akses informasi pertanian dengan perilaku komunikasi petani terhadap sumber informasi berbasis TIK.

131

Nilai korelasi Rank Spearman sebagian indikator faktor lingkungan pendukung (X2) lebih besar dari α= 0.01 yang berarti tidak ada hubungan antara

indikator potensi faktor lingkungan pendukung dengan variabel perilaku komunikasi (Y1). Namun nilai signifikansi indikator tingkat ketersediaan sarana

akses informasi pertanian berbasis TIK (X2.1) dan tingkat ketersediaan tradisi

yang sesuai dengan akses informasi pertanian berbasis TIK (X2.4) lebih kecil

dari α= 0.01 yang berarti ada hubungan tingkat ketersediaan sarana akses informasi pertanian berbasis TIK (X2.1) dan ketersediaan tradisi (X2.4) terhadap

perilaku komunikasi terhadap sumber informasi berbasis TIK (Y1.1). Hal ini

berarti semakin baik tingkat ketersediaan sarana akses informasi pertanian berbasis TIK dan kesesuaian tradisi dengan akses informasi pertanian berbasis TIK maka semakin baik juga perilaku komunikasi petani terhadap sumber informasi berbasis TIK (Tabel 46)

Tabel 46 Koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan hubungan antara faktor lingkungan pendukung (X2) dengan perilaku komunikasi (Y1)

Lingkungan Pendukung

Koefisien Korelasi Rank Spearman (Rs) Perilaku Komunikasi Sumber informasi berbasis TIK (Y1.1) Sumber informasi konvensional (Y1.2) Total (Y1) Lingkungan Pendukung (X2) 0.118 -0.042 0.107

Tingkat ketersediaan sarana TIK (X2.1)

0.512** 0.019 0.388**

Tingkat ketersediaan, kualitas, dan aksesbilitas infrastruktur jaringan TIK (X2.2)

- 0.027 0.017 0.014

Tingkat ketersediaan sarana akses informasi pertanian konvensional (X2.3)

-0.074 -0.059 - 0.037

Tingkat ketersediaan tradisi yang sesuai dengan akses informasi pertanian berbasis TIK (X2.4 )

-0.226** -0.014 -0.098

Tingkat dukungan keluarga yang mendukung penggunaan sumber informasi berbasis TIK dan konvensional (X2.5)

-0.026 -0.087 -0.104

Keterangan: ** sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen

Berdasarkan analisis data ini dapat disimpulkan untuk menggunakan sumber informasi berbasis TIK maka harus ada penjaminan ketersediaan sarana akses informasi pertanian berbasis TIK dan kesesuaian tradisi terhadap sumber informasi berbasis TIK. Hal ini berbeda dengan perilaku komunikasi petani dalam menggunakan sumber informasi konvensional. Perilaku komunikasi dalam menggunakan sumber informasi konvensional sudah dianggap bagian dari

kehidupan petani, sehingga tidak diperlukan kesesuaian dengan tradisi. Sumber informasi konvensional itu sudah merupakan tradisi dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat petani bahwa kondisi jaringan seluler di Kabupaten Tanggamus kurang baik. Hal ini diakibatkan tower jaringan seluler tersebut tersambar petir, oleh karena itu koneksi digantikan melalui jaringan listrik sehingga jika terjadi pemadaman listrik maka petani tidak dapat mengakses internet.

Secara lebih rinci Tabel 47 menunjukkan hubungan antara indikator perilaku komunikasi.

Tabel 47 Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antara indikator variabel perilaku komunikasi petani sayuran

Perilaku Komunikasi Koefisien korelasi Rank Spearman Sumber informasi berbasis TIK Sumber informasi konvensonal Total Sumber informasi berbasis TIK - 0.308** 0.765** Sumber informasi konvensonal 0.308** - 0.723** Total 0.765** 0.723** -

Keterangan: ** sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen

Analisis Rank Spearman menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara indikator perilaku komunikasi petani hortikultura dalam menggunakan sumber informasi yang tersedia di daerah penelitian. Petani yang cukup intensif menggunakan sumber informasi berbasis TIK akan lebih intensif juga dalam menggunakan sumber informasi konvensional. Demikian juga semakin tidak intensif petani menggunakan sumber informasi berbasis TIK, maka akan semakin tidak intensif menggunakan sumber informasi konvensional. Hal ini berarti baik sumber informasi berbasis TIK maupun sumber informasi konvensional memagang peranan yang sama penting dalam memenuhi kebutuhan petani akan informasi. Petani akan menggunakan sumber informasi yang terjangkau dan tersedia setiap saat, berkualitas, mudah digunakan dan dimengerti. Hal ini berarti usaha meningkatkan penggunaan sumber informasi berbasis TIK dapat dilakukan dengan menggunakan sumber informasi konvensional.

Faktor Lingkungan Pendukung

Faktor lingkungan pendukung dianalisis dengan indikator tingkat ketersediaan sarana informasi berbasis TIK (X2.1), tingkat ketersediaan

infrastruktur jaringan TIK (X2.2), tingkat ketersediaan sarana akses informasi

pertanian konvensional (X2.3), tingkat ketersediaan tradisi yang sesuai dengan

akses informasi pertanian berbasis TIK (X2.4), tingkat ketersediaan dukungan

keluarga dalam penggunaan informasi TIK dan konvensional (X2.5). Gambar 19

memperlihatkan faktor lingkungan pendukung tingkat ketersediaan sarana informasi berbasis TIK dan tingkat ketersediaan infrastruktur, di daerah

133

penelitian masih tergolong rendah. Hal ini merupakan kendala yang cukup berarti untuk mengembangkan penggunaan cyber extension sebagai salah satu alternatif sumber informasi pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kurniasih et al. (2013) mengatakan kelengkapan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan e-government di Cimahi sangat menentukan keberhasilan aparatur untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Indikator lain seperti kesesuaian tradisi dan dukungan keluarga tergolong baik. Hal ini merupakan modal yang cukup besar untuk petani.

Gambar 19 Karakteristik faktor lingkungan (X2)

Perilaku komunikasi petani sayuran

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani diketahui kemampuan membeli petani terhadap layanan TIK masih rendah. Perilaku komunikasi petani hortikultura belum sepenuhnya berminat terhadap penggunaan maupun pemanfaatan layanan TIK. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Djauhari (2011). Perilaku komunikasi 78.30 persen petani untuk mencari informasi pertanian dari sumber informasi yang berbasis TIK tergolong rendah. Hal ini terjadi karena petani baru mengenal TIK sebagai sumber informasi pertanian.

Petani lebih dahulu mengenal HP berinternet diikuti dengan warnet, HP tidak berinternet dan komputer berinternet. Rata-rata HP berinternet dikenal 2.86 tahun yang lalu dan yang paling baru dikenal adalah HP tidak berinternet 0.14 tahun yang lalu. Hal yang sama juga terjadi pada indikator durasi perilaku komunikasi dimana 92.70 persen petani tergolong sebentar dan 80.00 persen petani frekuensinya tergolong sebentar memanfaatkan TIK. Arief (2013) mengatakan dalam implikasinya di masyarakat penggunaan new media yang dikenal sebagai internet dapat menyampaikan informasi dan berita yang dapat membentuk opini masyarakat.

Penggunaan informasi yang berasal dari warnet/telecenter di Kabupaten Tanggamus hanya satu arah, sedangkan untuk Kabupaten Lampung Barat persentase terbesar pada dua arah. Kabupaten Lampung Barat memiliki warnet atau telecenter yang merupakan wadah tempat berkumpulnya petani yang

termasuk dalam Kelompok Internet Petani Liwa (KIPL@). KIPL@ dibentuk tahun 2012 oleh tim IPB yang diketuai oleh Prof Dr Undang Suminar yang bertujuan untuk menyediakan wadah bagi petani untuk mencari informasi pertanian melalui internet, membuat merk dagang sayuran dan pembuatan laborarium tanah untuk masing-masing anggota. Hasil penelitian memperlihatkan informasi yang diperoleh dari TIK akan langsung diserap oleh petani hortikultura tanpa mengadakan seleksi informasi terlebih dahulu.

Simpulan dan Saran Simpulan

1. Ada hubungan yang signifikan antara indikator tingkat ketersediaan sarana akses informasi pertanian berbasis TIK dan tingkat ketersediaan tradisi yang sesuai dengan akses informasi pertanian berbasis TIK dengan perilaku komunikasi petani terhadap sumber informasi berbasis TIK.

2. Faktor lingkungan pendukung tergolong rendah sedangkan ketersediaan sumber informasi konvensional tergolong tinggi

Saran

Pengembangan cyber extension di daerah penelitian perlu didahului dengan kesiapan jaringan infrastruktur yang memadai Selanjutnya perlu adanya usaha meningkatkan kualitas dan aksesbilitas infrastruktur jaringan TIK dengan mengikutsertakan provider-provider yang memiliki akses di daerah penelitian.

135

9PERAN MEDIAKOMUNIKASI CYBER EXTENSION

DALAM MEMPERKUAT PETANI SAYURAN MENGHADAPI