• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan penelitian ini adalah (1) Sejauhmana keberadaan petani sayuran menghadapi era globalisasi dan (2) Bagaimana model penguatan petani sayuranmenggunakan media komunikasi cyber extension. Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan karakteristik individu petani sayuran yang memanfaatkan cyber extension sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan informasipertanian, (2) Menganalisis hubungan antara indikator karakteristik individu petani sayuran, (3) Menganalisis perbedaan karakteristik individu petani sayuran di KabupatenTanggamusdanKabupaten Lampung Barat. (4) Menemukan model penguatan petani sayuran dalam menggunakan media komunikasi cyber extension.

Penelitian ini didesain sebagai penelitian kombinasi (Concurent Mixed Methods).Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung. Populasi adalah petani sayuran di Propinsi Lampung. Sampel adalah petani sayuran di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat sebanyak 180 orang yang diambil secarasengajadenganteknik snowball.

Data dianalisis secara deskriptif inferensial dengan menggunakan uji beda Mann Whitney, Rank Spearman dan Uji Structural Equation Models (SEM).

Hasil penelitian menunjukkan (1) Tingkat pendidikan formal, tingkatpendidikan non formal, tingkatumur, luaslahangarapan, tingkatkekosmopolitandan lama berusahatanitergolong rendah kecuali keberanian mengambil resiko dan motivasi menggunakan cyber extension tergolong tinggi, (2) Terdapat hubungan yang nyata diantara indikator variabel karakteristik individu, (3) Tidak ada perbedaan karakteristik individu petani sayuran di kedua sentral produksi sayuran di Propinsi Lampung, (4) Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku komunikasi menggunakan sumber informasi berbasis TIK tetapi tidak terdapat hubungan dengan perilaku komunikasi menggunakan sumber informasi konvensional (5) Model penguatan petani sayuranmenggunakan media komunikasi cyber extension dilakukan dengan edukasi pemanfaatan sumber informasi berbasis TIK dengan mengikutsertakan stake holder yang ada di pedesaan.

Kata kunci; cyber extension, informasi, strategi Pendahuluan

Sektor pertanian merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi daerah Lampung. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto Daerah (PDBD) tahun 2013 di Propinsi Lampung sebesar 36.61 persen dan sumbangan terbesar (47.47 persen) berasal dari sub sektor tanaman pangan dan sayuran (Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung2013). Tuntutan era

149

1

globalisasi ekonomi seperti AFTA (Asean Free Trade Area),APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) harus dipersiapkan denganpengembangan sayurandi Propinsi Lampung.

Permasalahan umum sayuran di Propinsi Lampung adalah menurunnya produksibeberapa komoditas sayuran (BPS 2015) danproduktivitas sayuran yang menempati urutan ke 12 tingkat nasional yaitu 48,45 kw/ha (BPS Propinsi Lampung 2013).Rendahnya produktivitas karenabelum meratanya diseminasi informasi teknologi pertanian dan rendahnya perilaku petani dalam memanfaatkan inovasi pertanian (Utomo et al. 2015).

Strategi penyebaran informasi yang tepat dapat meningkatkan kemampuan petani dalam mencari informasi dan perubahan perilaku penyebaran informasi (Ansari and Sunetha 2014). Di sisi lain studi pemenuhan kebutuhan informasi pertanian yang ada masih didominasi dengan pengkajian sumber informasi secara parsial seperti pengkajian sumber informasi konvensional (Krishnarini 2011,Saleh 2006, Tamba 2007 dan Ardu 2007)atau pengkajian sumber informasi berbasis TIK (Sumardjo et al.2010), Mulyandari et al.(2011), Vivek (2011), Aphunu and Atoma (2011), Yegane et al. (2011), Maleki et al. (2012), Helmi(2013),Arja dan Marjaana(2014)).Pengkajian pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui sumber informasi konvensional dan sumber informasi yang berbasis TIK masih langka dilakukan.

Untuk mencapai komunikasi yang efektif, mediaharus dipertimbangkan dengan baik (Lionberger dan Gwin 1982). Perilaku komunikasi timbul karena adanya dorongan yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan tindakan melalui interaksi dengan lingkungan yang sesuai dengan keinginannya. Perilaku petani dalam menggunakan sumber informasi yang berbasis TIK di daerah pedesaan sangat diperlukan karena desa memiliki hak untuk menikmati kemudahan mengakses dan menggunakan informasi melalui TIK.

Penggunaan internet dapat mempengaruhi pembentukan citra seseorang (Prasetya 2013). Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di Asia menyebabkan berbagai perubahan di berbagai bidang seperti industri, agama, organisasi, dan pekerjaan. (Sumardjo et al.(2010), Davidand Shalini(2011)). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi petani dalam memanfaatkan suatu inovasi teknologi adalah karakteristik individu (Yegane et al. (2011), Mulyandari et al.(2011), Helmy (2013),Arja dan Marjaana(2014), Hijjang et al. (2014),Zulvera et al. (2014)). Penelitian Fardiah et al. (2014) menyimpulkan masalah pencarian informasi pertanian di pedesaan menemui kendala kualitas sumber daya manusia, alih fungsi perangkat, infrastruktur yang rusak dan sepi pengguna. Penelitian lain mengatakan potensi sumber informasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani dalam menggunakan informasi (Aphunu and Atoma (2011), Vivek (2011),Mulyandari et al. (2011)).

Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku komunikasi petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian (2) Menemukan strategi pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui pemanfaatan cyber extension.

Metode Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian kombinasi (ConcurentMixed Methods). Dalam hal ini peneliti mengumpulkan dua jenis data dalam satu waktu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Peneliti menerapkan metode kuantitatif untuk mengetahui tujuan penelitian dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh, (Creswell and Plano Cark, 2007). Pengumpulan data dengan metode survey. Penelitian dilakukan di 16 desa pada Kabupaten Tanggamus dan KabupatenLampung BaratPropinsi Lampung. Pemilihan lokasi secara sengaja dengan pertimbangan kedua kabupaten merupakan sentral produksi sayuran, memiliki luas panen terbesar (BPS Propinsi Lampung2012) dan telah mendapatkanalat pengolahandata cyber extension dari Pusluh Kementrian Pertanian RI pada tahun 2010-2011 (Sekretariat BP3K Propinsi Lampung2012). Penelitian dilakukan pada Oktober 2014 sampai Januari 2015.

Populasi adalah petani yang berusahatani sayuran di Propinsi Lampung. Sampel adalah petani sayuran di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat.Sampel diambilsecarasengajadenganteknik snowball sebanyak 180 orang.Sampling sebanyak 180 orang telah memenuhi persyaratan minimal uji statistik SEM yaitu sebesar lima kali jumlah indikator (Setyo2008).

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh langsung dari petani melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.Data primer meliputi semua peubah penelitian yang dikumpulkan melalui(1) wawancara menggunakan kuesioner, (2) wawancara mendalam (indepthinterview), (3) FocusGroupDiscussion (FGD), dan(4) observasi (Riduwan dan Akdon2007). Data sekunder dikumpulkan dengan cara dokumentasi informasi.Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan Uji Structural Equation Models (SEM)(Setyo2008). Analisis terhadap model dilakukan dengan alat analisis LISREL 8.80.

Hasil dan Pembahasan Deskripsi Peubah Penelitian

Karakteristik peubah penelitian ditandai dengan rendahnya karakteristik individu, rendahnya potensi sumber informasi cyber extension, rendahnya perilaku komunikasi terhadap sumber informasi yang berbasis TIK, dan belum terpenuhinya kebutuhan informasi pertanian(Tabel 54).

151

Tabel 54Analisi deskriptif peubah penelitian

No Indikator Kategori Persentase (%)

1 Karakteristik individu Rendah (skor 1-2) 72.8

Tinggi (skor 3-4) 27.2 1.1 Tingkat pendidikan formal Rendah (≤ 9 tahun) 47.8 Tinggi (> 9 tahun) 52.2 1.2 Tingkat pendidikannon formal Rendah (≤15 hari) 93.3 Tinggi (> 15 hari) 6.7

1.3 Umurpetani Pemuda (15-30 tahun) 35.6

Tidak Pemuda (< 15 tahun dan >30 tahun) 64, 4 1.4 Luas lahan garapan Rendah (≤ 0,5 hektar) 70.0

Tinggi (> 0,5 hektar) 30.0

1.5 Tingkatkekosmopolitan Rendah (skor 1-2) 91.1

Tinggi (skor 3-4) 8.9

1.6 Lama berusahatani Rendah (≤ 11,44 tahun) 58.9 Tinggi (> 11,44 tahun) 41.1 1.7 Keberanianmengambilre siko Rendah (skor 1-2) 12.2 Tinggi (skor 3-4) 87.8 1.8 Motivasi Rendah(skor 1-2) 21.1 Tinggi (skor 3-4) 78.9

2 Lingkungan pendukung Rendah (skor 1-2) 44.4

Tinggi (skor 3-4) 55.6

2.1 Ketersediaan TIK Rendah (skor 1-2) 72.2

Tinggi (skor 3-4) 27.8

2.2 Tingkat kualitas jaringan TIK Rendah (skor 1-2) 51.7 Tinggi (skor 3-4) 48.3 2.3 Ketersediaansumberinfor masikonvensional Rendah (skor 1-2) 24.4 Tinggi (skor 3-4) 75.6 2.4 Kesesuaiansumberinform asi TIK dengan tradisi

Rendah (skor 1-2) 4.4 Tinggi (skor 3-4) 95.6 2.5 Dukungan keluargadalam penggunaan sumberinformasi TIK Rendah (skor 1-2) 33.3 Tinggi (skor 3-4) 66.7 2.6 Dukungan keluargaterhadapsumberi nformasi konvensional Rendah (skor 1-2) 28.3 Tinggi 71.7

3 Potensi cyber Rendah (skor 1-2) 80.6

Tinggi (skor 3-4) 19.4

3.1 Tingkat kepemilikan Rendah (skor 1-2) 57.8

Tinggi (skor 3-4) 42.2

3.2 Tingkat

kualitasinformasi

Rendah (skor 1-2) 38.9

Tinggi (skor 3-4) 61.1

3.3 Tingkat pengetahuan Rendah (skor 1-2) 40.0

Tinggi (skor 3-4) 60.0

3.4 Sikap Rendah (skor 1-2) 40.6

Tinggi (skor 3-4) 59.4

3.5 Tingkat keterampilan Rendah (skor 1-2) 55.5

Tinggi (skor 3-4) 44.5

4 Potensi sumber informasi konvensional

Rendah (skor 1-2) 25.0

Tinggi (skor 3-4) 75.0

4.1 Tingkat kepemilikan Rendah (skor 1-2) 47.2

Tinggi (skor 3-4) 52.8

4.2 Tingkat kualitas Rendah (skor 1-2) 33.9

Tinggi (skor 3-4) 66.1

LanjutanTabel 54

No Indikator Kategori Persentase

Tinggi (skor 3-4) 76.1

4.4 Sikap Rendah (skor 1-2) 26.1

Tinggi (skor 3-4) 73.9

4.5 Tingkat keterampilan Rendah (skor 1-2) 30.0

Tinggi (skor 3-4) 70.0

5 Perilaku komunikasi Rendah (skor 1-2) 80.6

Tinggi (skor 3-4) 19.4 5.1 Sumber informasi berbasis TIK Rendah (skor 1-2) 78.3 Tinggi(skor 3-4) 21.7 5.2 Sumber informasi berbasis konvensional Rendah (skor 1-2) 43.9 Tinggi (skor 3-4) 56.1 6 Pemenuhan kebutuhan informasi Rendah (skor 1-2) 89.4 Tinggi (skor 3-4) 10.6 6.1 Pemenuhan kebutuhan informasi TIK Rendah (skor 1-2) 79.4 Tinggi (skor 3-4) 20.6 6.2 Pemenuhan kebutuhan informasi

konvensional

Rendah (skor 1-2) 23.3 Tinggi (skor 3-4) 66.7

Pengetahuan yang cukup terhadap sesuatu teknologi dan inovasi tidak selalu diiringi dengan sikap yang mendukung dan terampil menggunakan teknologi dan informasi tersebut (Ayreset al.(2012), Valkila (2013), Karki and Klaus(2015),Limet al.(2015)). Petani memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai sumber informasi berbasis TIK, sikap yang mendukung tapi keterampilan tergolong rendah.Hal ini mengindikasikan pengenalan petani terhadap sumber informasi berbasis TIK hanya sampai tahap kesadaran (awareness) dan minat (interest) namun belum mampu menciptakan kemampuan motorik petani. Oleh sebab itu perlu usaha untuk meningkatkan “human capital”petani dengan cara mengembangkan program informasi, edukasi dan komunikasi untuk meningkatkan keterampilan petani menggunakan TIK. Provinsi Lampung memiliki Program Agent Perubahan Informatika (API) desa yang merupakan program pergerakan revolusi mental yang melibatkan SDM lokal bersama pemerintah membantu mengoptimalkan dan memberdayakan masyarakat dalam pemanfaatan TIK. Agent Perubahan Informatika (API) terdiri dari perangkat desa, relawan TIK dan komunitas TIK. API ini dibentuk juga untuk mempersiapkan masyarakat desa dalam menerapkan UU nomor 6 tahun 2014 tentang undang-undang desa. Analisis deskriptif peubah penelitian terdapat pada Gambar 23

153

Gambar 23Data deskriptif peubah penelitian

Gambar 24 memperlihatkan sebagian besar peubah penelitian memiliki katagori yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya perilaku petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK. Di lain pihak, potensi sumber informasi konvensional tinggi, sehingga perilaku petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi konvensional juga tinggi. Keadaan ini dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku penggunaan sumber informasi berbasis TIK dengan mengikutsertakan potensi petani yang ada dalam sumber informasi konvensional.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh TerhadapPerilaku Komunikasi Petani dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian

Perilaku komunikasi petani secara positif dipengaruhi oleh karakteristik individu, lingkungan pendukung, potensi cyberextension dan potensi sumber informasi konvensional (Tabel 55).

Tabel 55Nilai t hitung peubah yang berpengaruh terhadap perilaku komunikasi petani

No Peubah Nilai t hitung

1 Karakteristik Individu 3,29**

2 Lingkungan Pendukung 2,01**

3 Potensi Cyber Extension 8,12**

4 Potensi Sumber Informasi Konvensional

6,21** Keterangan: **Berpengaruh pada taraf nyata 5% (nilai t tabel =1,97)

Tabel 55 menunjukkan ada pengaruh nyata positif antara karakteristik individu, lingkungan pendukung, potensi cyber extension, dan potensi sumber informasi konvensional terhadap perilaku komunikasi petani. Pemenuhan

.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi

kebutuhan informasi pertanian masih didominasi oleh informasi dari sumber informasi konvensional. Intensitas dan kualitas petani menggunakan media komunikasi mempengaruhi pencapaianpemenuhan kebutuhan informasi. Semakin tinggi perilaku komunikasi petani terhadap sumber informasi berbasis TIKdan konvensionalmaka semakin besar pula pemenuhan kebutuhan informasi dan semakin rendah perilaku komunikasi terhadap sumber informasi berbasis TIK dan konvensional, semakinkecilpemenuhankebutuhaninformasi.Penggunaan sumber informasi cyber extension dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan sumber informasi konvensional.

Berdasarkan hasil uji CFA (Confirmatory Factor Analysis), ada lima indikator yang disisihkan dari model dan semuanya berasal dari peubah karakteristik individu (X1) yaitu tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan

nonformal, umur, luas lahan garapan, dan pengalaman berusahatani. Berdasarkan uji SEM diperoleh nilai RMR, RMSEA, AGFI, CFI, NNFI, GFI di atas nilai standard, sehingga dapat disimpulkan model hasil perbaikan merupakan model yang paling baik (goodness of fit) digunakan (Tabel 56).

Tabel 56Kelayakan model peubah yang berpengaruh terhadap perilaku komunikasi

Kelayakan model Nilai standard Hasil Keterangan

Root Mean Square Residual (RMR) ≤ 0.05 atau ≤ 0,1 0.09 Good Fit Root Mean square Error of Approximation

(RMSEA)

≤ 0.08 0.08 Good Fit

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) 0.80-0.90 0.88 Good Fit Comparative Fit Index (CFI) ≥ 0.90 0.93 Good Fit

NNFI ≥ 0.90 0.89 Marginal Fit

Goodness of Fit Index (GFI) ≥ 0.90 0.93 Good Fit Peubah potensi cyber extension paling dominan berpengaruh terhadapperilakukomunikasipetanidandiikuti oleh potensi sumber informasi konvensional, karakteristik individu, dan faktor lingkungan, yang terlihat dari nilai koefisien pengaruh peubah eksogen terhadap peubah endogen masing masing sebesar 0.29; 0.23; -0.09 dan 0.02 (Gambar 24).

155

Gambar 24Model struktural peubah-peubah yang berpengaruh terhadap perilakukomunikasi

Gambar24menunjukkanvariabelpotensicyber paling dominanberpengaruhterhadappemenuhankebutuhaninformasipertaniandengannilai 0.19 ataumelaluiperilakukomunikasipetanidengannilaipengaruhsebesar 0.29.variabellainnya yang memilikikecenderungan yang samaadalahpotensisumberinformasikonvensionl,

karakteristikindividudanlingkunganpendukung. Berdasarkan model strukturinidirancangbeberapastrategipengembangancyber.

Strategi Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pertanian

Strategi pemenuhan kebutuhan informasi pertanian berdasarkan model struktural pemenuhan kebutuhan informasi pertanian yang diperoleh adalah meningkatkan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui penguatan semua aspek perilaku komunikasi dengan terlebih dahulu menguatkan aspek- aspek potensi cyber extension, potensi sumber informasi konvensional, karakteristik individu dan faktor lingkungan. Strategi yang diajukan adalah:

Strategi pertamapemanfaatan potensi cyber, dengan cara (a) meningkatkan akurasi, kelengkapan, ketajaman dan ketepatan informasi dengan cara melibatkan lebih banyak stake holder, (b) membentuk forum media sebagai wadah kelompok pengguna internet yang dapat meningkatkanpengetahuan petani tentang pemanfaatan cyberextension dan (c) mengadakan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan petanimenggunakan TIK

Strategi keduapemanfaatan potensisumber informasi konvensional, dengan cara (a) meningkatkan peransumberinformasi konvensionalyang sudah ada,(b) meningkatkan edukasitentangcyber extension pada kader-kader kelompok yang ada di pedesaan.

Strategi ketigapenguatan karakteristik individu, dengan cara (a) membuka diri untuk mencari informasi pertanian yang dibutuhkan dari cyber extension, (b) meningkatkan keinginan untuk mencobateknologi informasidan komunikasi, (c) meningkatkan perilaku komunikasi dengan memanfaatkan seluruh sumber informasi yang ada dan (d) meningkatkan kemampuan untuk mentransfer informasi kepada sesama petani yang didapatkan melalui cyber extension.

Strategikeempatadaptasi faktor lingkungan, dengan cara (a) meningkatkankesadaran keluargauntuk mendukung penggunaansumber informasi berbasis TIK dan (b)meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas sarana TIKdengan cara memperbaiki ketersediaan jaringan sarana TIK.

Simpulan dan Saran Simpulan

(1) Perilakukomunikasi petani sayuransecara positif dipengaruhi oleh karakteristik individu, faktor lingkungan, potensi cyber extensiondan potensi sumber informasi konvensional. Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian

157

dipengaruhi oleh perilaku komunikasi dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional.

(2) Sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional ternyata sama-sama berperanan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian. Oleh sebab itu peningkatan pemanfaatan sumber informasi berbasis TIK dapat dilakukan dengan mengikutsertakan kader-kader yang ada dalam kelompok tani.

(3) Strategi pengembangan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dilakukan melalui penguatan aspek perilaku komunikasi dengan terlebih dahulu menguatkan aspek-aspek potensi cyber extension, potensisumber informasi konvensional, karakteristik individu dan faktor lingkungan.

Saran

Membentuk Pusat Informasi Pertanian di tingkat kecamatan yangsecara fungsional berada dibawah Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan (BP3K) dan berfungsi untuk mengolah, mentransfer dan mendiskusikan informasi yang didapat melalui cyber. Lembaga ini bekerjasama dengan pemerintah, Perguruan Tinggi, swasta dan komunitas.

11PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN