• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Komunikasi Petani Sayuran Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension Di Provinsi Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Komunikasi Petani Sayuran Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension Di Provinsi Lampung"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KOMUNIKASI PETANI SAYURAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN MELALUI CYBER

EXTENSION DI PROVINSI LAMPUNG

DAME TRULLY GULTOM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Perilaku Komunikasi Petani Sayuran dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension di Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 20 Juni 2016

Dame Trully Gultom

(6)

RINGKASAN

DAME TRULLY GULTOM. Perilaku Komunikasi Petani Sayuran dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension di Provinsi Lampung. Dibimbing oleh SUMARDJO, SARWITITI SARWOPRASOJO, dan PUDJI MULJONO

Sektor pertanian khususnya sub sektor pangan dan hortikultura di Provinsi Lampung, perlu untuk dikembangkan, karena selain memberi sumbangan yang cukup berarti bagi perekonomian daerah juga menghadapi tuntutan globalisasi ekonomi saat ini. Provinsi Lampung memiliki permasalahan produksi sayuran yang mengganggu pembangunan sektor pertanian seperti menurunnya produksi beberapa komoditas sayuran dan rendahnya predikat produktivitas sayuran di tingkat nasional.

Salah satu unsur yang menentukan keberhasilan usahatani sayuran adalah terpenuhinya kebutuhan petani akan informasi pertanian. Kebutuhan petani akan informasi pertanian harus dipenuhi oleh semua sumber-sumber informasi yang tersedia di perdesaan termasuk melalui cyber extension. Kebutuhan petani akan informasi menentukan perilaku mencari informasi, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi, dan menggunakan atau mentransfer informasi.

Model perilaku pencarian informasi Wilson menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi muncul sebagai konsekuensi dari kebutuhan yang dirasakan oleh pengguna informasi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Harapan seseorang akan pemenuhan kebutuhan informasi melalui sumber informasi formal atau non formal dapat mengalami keberhasilan atau kegagalan. Kebutuhan akan informasi dapat terpenuhi seluruhnya atau sebagian. Jika berhasil, individu kemudian memanfaatkan informasi yang ditemukan. Jika gagal maka seseorang harus mengulangi proses pencarian. Model perilaku pencarian informasi Wilson juga mengatakan bagian dari perilaku pencarian informasi mungkin melibatkan orang lain melalui pertukaran informasi dan informasi yang berguna dapat digunakan sendiri dan diteruskan kepada orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi pertanian, (2) Menganalisis perilaku komunikasi petani sayuran dalam menggunakan cyber extension, (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dan (4) Merumuskan strategi pengembangan cyber extension dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian.

Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian kombinasi (Concurent Mixed Methods). Peneliti mengumpulkan dua jenis data dalam satu waktu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Peneliti menerapkan metode kuantitatif untuk mengetahui tujuan penelitian dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh. Penelitian ini pada tahap awal baik dalam pengumpulan data maupun analisisnya menggunakan metode kuantitatif dan dilanjutkan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey deskriptif kausalitas. Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan analisis deskriptif. Sampel diambil secara sengaja dengan teknik snowball sebanyak 180 orang petani. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan Uji Korelasi Rank Spearman, Uji beda Mann Whitney dan Uji Structural Equation Models (SEM). Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat yang merupakan daerah sentral produksi hortikultura di Provinsi Lampung.

(7)

informasi pertanian yang didapatkan lebih kecil dari informasi yang didapatkan. Hal ini juga terjadi untuk sumber informasi yang konvensional, namun persentase masih lebih kecil dibandingkan sumber informasi konvensional.

Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dipengaruhi oleh perilaku komunikasi terhadap sumber informasi berbasis TIK dan perilaku komunikasi terhadap sumber informasi konvensional. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian melalui sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional. Tidak ada perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran di kedua daerah penelitian dalam menggunakan sumber informasi yang berbasis TIK. Perbedaan perilaku komunikasi hanya terdapat pada indikator arah komunikasi. Hal ini terjadi karena potensi sumber informasi berbasis TIK di kedua daerah penelitian relatif sama. Kabupaten Lampung Barat sudah memiliki kelembagaan petani yang berfungsi mengolah informasi yang berasal dari internet. Kelembagaan dapat meningkatkan arah penggunaan informasi pertanian yang didapat melalui diskusi.

Data menunjukkan ada hubungan antara perilaku komunikasi petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK dengan pemenuhan kebutuhan petani terhadap informasi. Semakin tinggi frekuensi, durasi, awal menggunakan, selektivitas dan proses sharing information maka akan semakin terpenuhi kebutuhan petani akan informasi. Perilaku komunikasi petani sayuran secara positif dipengaruhi oleh karakteristik individu, faktor lingkungan, potensi cyber extension dan potensi sumber informasi konvensional. Perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran berkaitan dengan karakteristik petani sayuran. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan formal dan non formal yang rendah, umur yang tua, luas kepemilikan lahan yang sempit, tingkat kekosmopolitan yang rendah, pengalaman berusaha tani yang rendah keberanian mengambil resiko yang rendah, motivasi yang rendah, memiliki kecenderungan rendah pula perilaku komunikasinya dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK. Hal ini juga sejalan dengan potensi sumber informasi berbasis TIK yang dimiliki cenderung rendah.

Strategi pengembangan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dilakukan melalui penguatan aspek perilaku komunikasi dengan terlebih dahulu menguatkan aspek-aspek potensi cyber extension, potensi sumber informasi konvensional, karakteristik individu dan faktor lingkungan.

(8)

SUMMARY

DAME TRULLY GULTOM. Vegetable-Farmer Behavior Communication in Fulfilling the Need of Agricultural Information through Cyber Extension in Lampung Province. Supervised by SUMARDJO, SARWITITI SARWOPRASOJO and PUDJI MULJONO.

Agriculture sector especially sub sector food and vegetables in Lampung Province need to be developed, not only because of significant contribute for the economy regions but also f o r preparation of t h e c u r r e n t globalization challenge f o r economic issue. The Lampung Province has a disturbing problem in vegetables farming that affecting the agricultural development sector, such as the decrease in the production of several commodities vegetables and low productivity vegetables at the national level.

One element to indicate the successfullness of vegetable farming is fulfilling the farmer need on agriculture information. Farmer need on agricultural information should be fulfilled by all source of information that are available in rural areas including from cyber extension. The farmer need on information determine the behaviour in seeking the information, ranging from identifying the needs their own information, seeking for the information, until using or transfering the information.

Behavioral information of models-information-Wilson shows that behavior in searching information arises as a consequence of the need perceived by the information user to fulfill the need of information. The expectation of someone in meeting the needs of information through a source of formal or non-formal information would be either success or fail. The need of information could be met fully or in partly. If success, the individual will then use the information found. If fail, then someone need to repeat the searching process. Behavioral model of Wilson-searching-information also stated that the part of behaviourial of searching information may involve others through the exchange of information and the useful information could be utilized by itself and transmitted to others.

This objective of study are (1) analyzing the needs of agricultural information, (2) analyzing the behaviour of vegetable-farmers in using cyber extension, (3) analyzing factors affecting the need of agriculture information and (4) developing the strategy cyber extension in meeting the need of agricultural information.

Research model used is the model of research combination (mixed methods) Sequential Explanatory Design. Samples were taken on purpose by a snowball technique from 180 farmers. Data were analyzed by a descriptive technique and by inferential Spearman Correlation Test, Mann Whitney Differential Test, and The Structural Equation Models (SEM) model. Research was conducted in two local production central horticulture in the Lampung Province, i.e. Tanggamus District and West Lampung District.

Fulfilling the vegetable farmer needs of agriculture information in the Lampung Province still marked it with the gap between information expected and information obtained by farmers from a source of information based on IT and conventional information . There is a satisfaction difference between the information obtained and the information expected. The largest percentage of respondents said that the media is not satisfying since the information obtained less than information expected. This is also happened to conventional information, however the percentage is still less than conventional sources of information.

(9)

communication. This is because the potential of information source based on IT in both research area principally are the same. West Lampung District had already have the farmer institutional that serves to cultivate information arising from the internet. These institutions can increase the direction of the use of agricultural information obtained through a discussion.

Data showed that there is a link between behavior communication of farmers vegetables in using information IT-based with the fulfillment of t h e n e e d o f farmers to information. The higher frequency, duration, early use, selectivity and the process of sharing information, the more satisfied the farmers need to information. There is no difference in the behaviour communication farmers vegetables needs agricultural information through source of information ICT-based and conventional source of information.

Behavior communication vegetable farmers positively influenced by individual characteristics, environmental factors, cyber extension potential and the potential of conventional source of information. There is a relationship between behavior communication farmer in using a source of information IT-based with their need on the fulfillment of information. The difference in communication behaviour related to the vegetable farmer characteristic. The farmers with the low level of formal and non formal education, old age, small land ownership, low cosmopolitation, low experience in farming system, the low dare to take risk, low motivation, tend to have a low communication behaviour in using the information IT-based. This is in line with the the low potential of information source

Meeting the needs of development strategy information agriculture was conducted by strengthening aspects of behavior communication with firstly strengthening the potential cyber extension, the potential of conventional information, individual characteristics and environmental factors.

(10)

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(11)
(12)
(13)

PERILAKU KOMUNIKASI PETANI SAYURAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN MELALUI CYBER

EXTENSION DI PROVINSI LAMPUNG

DAME TRULLY GULTOM

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

ii

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir Djuara P. Lubis MS

2. Dr Ir Retno Sri Hartati Mulyandari MSi

Penguji pada Sidang Promosi: 1. Prof Dr Ir Irwan Effendi MS

(15)
(16)

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa atas segala kasih karunia-Nya sehingga disertasi yang berjudul “Perilaku Komunikasi Petani Sayuran dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension di Provinsi Lampung” dapat diselesaikan. Salah satu usaha meningkatkan peran sektor pertanian di Provinsi Lampung adalah menjamin ketersedian informasi pertanian baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian bagi petani diperoleh secara seimbang dari cyber extension dan sumber informasi konvensional. Peningkatan perilaku komunikasi penggunaan cyber extension dapat dilakukan dengan mengikut sertakan sumber informasi konvensional. Informasi pertanian yang valid dan reliabel dapat diwujudkan dengan cara kolaborasi semua lembaga penyedia informasi dan inovasi pertanian yang dipayungi oleh pemerintah

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Sumarjo, MS, Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS, dan Prof Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku komisi pembimbing atas perhatian, nasihat dan bimbingan yang telah diberikan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada Dr Ir Juara P Lubis, MS selaku Ketua Program Studi KMP sekaligus Penguji Utama Ujian Tertutup dan Dr Ir Retno Sri Hartati Mulyandari, MSi selaku Penguji Utama Ujian Tertutup dan Sidang Promosi, Prof Dr Ir Irwan Effendi, MS selaku Penguji Utama Sidang Promosi atas saran dan masukannya untuk kesempurnaan disertasi ini.

Terima kasih kepada seluruh jajaran pimpinan IPB, Rektor, Dekan Pascasarjana, Dekan FEMA dan seluruh dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. Terima kasih kepada Kemendikbud atas pemberian beasiswa BPPDN, kepada Rektor Universitas Lampung, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah menugaskan dan mendukung kelangsungan pendidikan penulis. Terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada teman-teman KMP 2011 (Sri Wahyuni, Firdha, Nilam, Aty, Rahma, Budi, Iman dan Agus), teman teman VUTG, Rio Prayitno, Indah Listiana, Siti Sawerah, Nila Sari, Rina dan lain lain yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu yang telah mendukung penulis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian pendidikan.

Ucapan terima kasih saya ucapkan untuk seluruh Keluarga besar MA Gultom, Ibu Ruth Ernawaty Situmorang, Ibu mertua Esther Simanjuntak, semua abang, kakak, adik dan keponakan atas doa, support dan pertolongannya. Karya ini saya persembahkan kepada Almarhum Bapa MA Gultom dan Almarhumah Ibu T Situmorang, yang semasa hidupnya selalu menebarkan kasih sayang dan tidak sempat menyaksikan keberhasilan ini.

Saya ucapkan terima kasih kepada suami Dr Ir Darwin Habinsaran Pangaribuan, M,Sc, kepada anak-anak yang sangat saya cintai dan banggakan, yang telah kehilangan waktu bersama selama ini, yang berubah menjadi mandiri karena

kondisi yang ada dan kembali menjadi “manja” kalau mama pulang. Kepada jagoan

Daniel Gramy Pratama Pangaribuan dan Della Gracia Pangaribuan, terima kasih untuk pengertiannya selama ini. Harapan dan doa mama dengan melihat promosi ini bisa memotivasi kalian untuk mencari ilmu setinggi-tingginya.

Terakhir saya menyadari tak ada gading yang tidak retak. Saya mohon maaf untuk kelemahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan disertasi ini. Semoga disertasi ini dapat berguna. Amin

Bogor, 20 Juni 2016

(17)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi dan Teknologi Informasi

6 6

Peran Cyber Extension 12

Kebutuhan Informasi Pertanian 14

Perilaku Komunikasi 17

Sistem Jaringan Informasi Inovasi Pertanian 25

Hasil Penelitian Terdahulu dan State Of The Art 28

Kerangka Pemikiran 48

Hipotesis Penelitian 58

3 METODE PENELITIAN 59

Desain Penelitian 59

Lokasi dan Waktu Penelitian 60

Populasi dan Sampel Penelitian 60

Jenis Data dan Instrumentasi 61

Definisi Operasional 61

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi 73

Pengumpulan Data 74

Analisis Data 75

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 77

Abstrak 77

Pendahuluan 77

Metode Penelitian 78

Hasil dan Pembahasan 78

Kondisi geografis 80 78

Persentase penduduk yang bekerja di bidang pertanian 82

79 2

Karakteristik usahatani sayuran di Provinsi Lampung 80

Perkembangan luas lahan di Provinsi Lampung 82 4 Ketersediaan Internet Service Provider (ISP) di Provinsi Lampung 83 Simpulan 84

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN v

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

(18)

Perilaku komunikasi dalam menggunakan sumber informasi 108

konvensional 5 PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN 86

Abstrak 86

Pendahuluan 86

Latar Belakang 86

Metode Penelitian 88

Hasil dan Pembahasan 89

Perbedaan jumlah informasi pertanian yang diharapkan 89

dan yang didapat melalui cyber extension Hubungan antara perilaku komunikasi petani sayuran 91

dengan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui sumber informasi berbasis TIK Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian 92

Perbedaan perilaku komunikasi petani untuk memenuhi kebutuhan 94

informasi pertanian melalui sumber informasi berbasis TIK dan konvensional Simpulan dan Saran 95

6 PERILAKU KOMUNIKASI PETANI SAYURAN DALAM 97

MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN Abstrak 97

Pendahuluan 97

Metode Penelitian 98

Hasil dan Pembahasan 100

Pengaruh perilaku komunikasi terhadap pemenuhan informasi 100

Perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran 101

Perilaku komunikasi petani menggunakan Informasi berbasis TIK 103

Simpulan dan Saran 111

7 POTENSI MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM MENENTUKAN PERILAKU KOMUNIKASI UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN

112

Abstrak 112

Pendahulu 112

Metode Penelitian 115

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Cyber Extension dan Perilaku Komunikasi Petani Sayuran

116 116 terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pertanian Hubungan antara Potensi Cyber dan Perilaku Komunikasi Pertanian 118

Sayuran

Perbedaan Potensi Cyber di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat 118 1180

Deskripsi Potensi Cyber Extension 119

Perilaku Komunikasi Petani terhadap Pemanfaatan Sumber Informasi Berbasis TIK

120

(19)

8 PERAN FAKTOR LINGKUNGAN PENDUKUNG TERHADAP PENGGUNAAN CYBER EXTENSION

124

Abstrak 124

Pendahuluan 124

Latar Belakang 124

Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan

126 126 Hubungan antara Faktor Lingkungan Pendukung dengan

Perilaku Komunikasi Petani Sayuran

126 Faktor Lingkungan Pendukung

Simpulan dan Saran 128 130 9 PERAN MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM

MEMPERKUAT PETANI SAYURAN MENGHADAPI GLOBALISASI 131

Abstrak 131

Pendahuluan 131

Latar Belakang 131

Metode Penelitian 133

Hasil dan Pembahasan 134

Pengaruh karakteristik Individu terhadap Perilaku Komunikasi dalam 134

Pemenuhan Informasi Pertanian

Hubungan Antar Variabel Karakteristik Individu Petani Sayuran 136 Perbedaan Karakteristik Individu Petani Sayuran 140

Simpulan dan Saran 142

10 STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN 144 MELALUI PEMANFAATAN CYBER EXTENSION DI PROVINSI

LAMPUNG

Abstrak 144

Pendahuluan 144

Latar Belakang 144

Metode Penelitian 146

1

Hasil dan Pembahasan 146

1 Deskripsi Peubah Penelitian 146

Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Komunikasi Petani dalam 148

Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian

Strategi Pemenuhan kebutuhan Informasi Pertanian 150

Simpulan dan Saran 152

11 PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASINYA 153

Pembahasan Umum 153

Implikasi Kebijakan 159

12 SIMPULAN DAN SARAN 162

Kesimpulan 162

1621621

Saran 163

(20)

LAMPIRAN 167 RIWAYAT HIDUP 176

(21)

DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan yang dipuaskan oleh media 18

2 Taksonomi pendekatan utama untuk kajian media 19 3 Hasil-hasil penelitian terdahulu 33 4 Indikator penentuan perilaku komunikasi petani memenuhi kebutuhan 52

informasi

5 Pergeseran indikator ketersediaan informasi 53

6 Indikator potensi cyber extension 54

7 Pemikiran tentang potensi sumber informasi lain 55 8 Pemikiran tentang pemenuhan kebutuhan informasi pertanian 56 9 Lokasi dan jumlah sampel 6 0 10 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah karakteristik 61

petani

11 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah faktor 63 Lingkungan (X2)

12 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah potensi 65

cyber extension (X3)

13 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah potensi 6 6 informasi konvensional (X3)

14 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori perilaku 68 komunikasi petani (Y1) 15 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah terpenuhi- 74

nya kebutuhan informasi (Y2) 16 Hasil Validitas Instrumen Penelitian 77 17 Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian 77 18 Karakteristik agro sosio ekonomi daerah penelitian 78 19 Persentase Penduduk di Daerah Penelitian yang bekerja di Pertanian 80 20 Produksi beberapa komoditas sayuran di Provinsi Lampung 2011-2014 81 21 Produksi beberapa komoditas sayuran perkabupaten tahun 2005 82 22 Perkembangan Luas Lahan menurut Jenis Lahan di Lampung 2009-2013 83 23 Perkembangan Luas Jenis Lahan Kabupaten Lampung Barat 2009-2013 83 24 Perkembangan Luas Lahan di Kabupaten Tanggamus 2009-2013 84 25 Daftar ISP yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2013 84 26 Nilai P-Value Uji Mann Whitney, perbedaan jumlah informasi yang

v

89 diharapkan dan informasi yang didapatkan melalui cyber extension

27 Koefisien Korelasi Rank Spearman, hubungan antara perilaku komunikasi 90 Dengan pemenuhan kebutuhan informasi

(22)

29 Persentase Petani menurut kepuasan pemenuhan kebutuhan informasi 92 pertanian

30 Nilai uji Man Whitney yang menunjukkan perbedaan perilaku 94 komunikasi petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi

Berbasis TIK dan sumber informasi konvensional

31 Tabulasi silang (cross tabb) peubah perilaku komunikasi petani dalam 95 memenuhi kebutuhan informasi berbasis TIK dan konvensional

terhadap pemenuhan Kebutuhan informasi

32 Hasil kriteria kesesuaian model SEM 101 101 33 Nilai p value uji Mann Whitney perbedaan perilaku komunikasi petani 101 sayuran dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat

34 Jumlah petani per kabupaten berdasarkan kepemilikan sumber 103 informasi berbasis TIK

35 Durasi komunikasi petani terhadap pengunaan sumber informasi 109 konvensional

36 Frekuensi petani dalam menggunakan sumber informasi konvensional 109 37 Arah komunikasi petani terhadap sumber informasi konvensional 110 38 Selektivitas pesan petani terhadap sumber invormasi konvensional 110 39 Analisis model pengaruh potensi cyber dan perilaku komunikasi terhadap 117

pemenuhan kebutuhan informasi pertanian

40 Koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan hubungan antara peubah potensi cyber dan perilaku komunikasi

118 41 Nilai uji Man Whitney peubah potensi cyber 119 42 Persentase kategori peubah potensi cyber extension 119

43 Perilaku komunikasi petani sayuran 120

44 Rata-rata pemanfaatan TIK 121

45 abulasi silang (cross tab) indikator faktor potensi sumber informasi berbasis TIK terhadap pemenuhan kebutuhan informasi

122 46 Koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan hubungan antara

faktor Faktor lingkungan pendukung (X2) dengan perilaku komunikasi (Y1)

127 47 Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antara indikator variabel

petani sayuran

135 48 Ringkasan hasil kelayakan model struktural pemenuhan kebutuhan

informasi pertanian melalui perilaku komunikasi pemanfaatan cyber extension melalui karakteristik individu

138

49 Koefisien korelasi Rank Spearmanhubungan antar indikator variabel X1 138 50 Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik individu 138

dan perilaku komunikasi

51 Tabulasi silang Tabulasi silang indikator karakteristik petani dan perilaku komunikasi terhadap TIK

(23)

52 Nilai uji beda Mann Whitney karakteristik individu dan indikatornya di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat

140

53 Nilai rataan karakteristik individu 141

54 Peubah yang berpengaruh terhadap perilaku komunikasi petani 149

55 Kelayakan model yang disusun 149

56 Deskriptif peubah penelitian 150

DAFTAR GAMBAR

1 Model pencarian informasi Wilson 16 2 Model TRA 23 3 Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior) 23 4 Technology Acceptance Model (TAM) 24 5 Dasar pemikiran pengembangan sistem jaringan informasi inovasi pertanian 27 6 Karakteristik sistem 28 7 Hubungan antar variabel 57 8 Produksi komoditas sayuran di Provinsi Lampung tahun 2011-2014 81 9 Model penemuan informasi, Wilson 1981 87 10 Model pengaruh perilaku komunikasi (Y1) terhadap pemenuhan kebutuhan 100

informasi (Y2) 11 Jumlah petani berdasarkan kepemilikan TIK di Kabupaten Tanggamus dan 104

Kabupaten Lampung Barat 12 Jenis kepemilikan teknologi informasi dan komunikasi 104 13 Perilaku komunikasi petani sayuran terhadap penggunaan TIK di Provinsi 105

Lampung

14 Perilaku komunikasi petani menggunakan TIK dalam kategori tinggi 106 15 Arah penggunaan informasi dari sumber informasi berbasis TIK 107 16 Nilai t hitung pengaruh potensi cyber extension dan perilaku komunikasi

petani sayuran terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pertanian 116 17 Nilai pengaruh potensi cyber extension dan perilaku komunikasi petani

(24)

dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian 134 21 Gambar Standardized loading factor pengaruh karakteristik individu

terhadap perilaku komunikasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi

pertanian 135

22 Kar

Karakteristik petani hortikultura

1 23

Dat

Data deskriptif peubah penelitian 149

1141114 24

Model struktural peubah-peubah yang berpengaruh terhadap perilaku 150 150 komunikasi

25 Model pencarian informasi Wilson 153 x

2

20 Nilai t hitung pengaruh tingkat kekosmopolitan (X1.1), keberanian mengambil resiko (X1.2) dan motivasi (X1.3) terhadap perilaku komunikasi (Y1) dalam

141

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung 168 tahun 2011 (dalam kwintal)

2 Luas panen tanaman sayuran menurut kabupaten/kota di Provinsi 168 Lampung tahun 2011 (dalam hektar)

3 Produksi tanaman sayuran menurut kecamatan di Kabupaten Tanggamus 169 tahun 2011 (dalam kwintal)

4 Luas panen tanaman sayuran menurut kecamatan di Kabupaten Tanggamus 170 tahun 2011 (dalam hektar)

5 Alokasi alat pengolahan data cyber extension tahun 2010-2011 dari Pusluh 170 Kementrian Pertanian Republik Indonesia

6 Peta daerah penelitian 171

(25)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan umum pertanian di Provinsi Lampung ditandai dengan rendahnya produktivitas pertanian. Data BPS Provinsi Lampung (2012) menunjukkan Provinsi Lampung menempati urutan keduabelas dalam hal produktivitas tanaman sayuran di Indonesia dengan produktivitas 48,45 kw/ha. Hasil pertanian belum mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Hal ini diduga karena rendahnya perilaku petani dalam memanfaatkan inovasi pertanian yang selama ini telah dikembangkan oleh lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian. Soefian (2012) mengatakan permasalahan pengembangan hortikultura di Provinsi Lampung adalah produktivitas hortikultura yang belum memenuhi standard dan beragam, skala usaha yang kecil dan sebagian besar masih dikelola secara sambilan, belum diterapkannya teknologi maju, manajemen usaha di tingkat petani yang belum profesional, kualitas dan, keterbatasan prasarana usaha seperti pengairan, alat dan mesin pertanian, peralatan panen dan pasca panen, harga yang fluktuatif, kelembagaan yang tidak berfungsi dengan baik, dan belum adanya sarana informasi yang baik dari tingkat pengelola produksi ke pusat promosi komoditas.

Sektor pertanian merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi daerah Lampung. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto Daerah (PDBD) terbesar dibandingkan sektor lainnya. Pada tahun 2009 sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 40.53 persen dari PDBD, tahun 2010 sebesar 38.69 persen, tahun 2011 sebesar 38.15 persen, tahun 2012 sebesar 37. 32 persen dan tahun 2013 sebesar 36.61 persen. Pada tahun 2013, dari sumbangan 36.61 persen, sumbangan terbesar (47.47 persen) berasal dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura (BPS Provinsi Lampung 2014). Selain itu, letak Provinsi Lampung yang merupakan pintu gerbang arus masuk dan keluar dari dan ke Pulau Jawa dan Sumatera sangat potensial menjadi salah satu terminal produk hortikultura. Pengembangan agribisnis hortikultura pada saat ini diperkuat dengan adanya tantangan era globalisasi ekonomi seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation).

Peningkatan potensi pertanian dapat dikembangkan dengan menyediakan kebijakan pembangunan pertanian yang dapat mendorong perbaikan kesejahteraan petani. Penyuluhan pertanian merupakan instrumen penting dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Jika sistem penyuluhan dapat dirumuskan dan dijalankan dengan sugguh-sungguh, maka berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani. Penyuluh pertanian adalah seorang agen pembangunan pertanian dan mitra petani nelayan. Salah satu indikator keberhasilan penyuluh adalah terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata (BKP3K Provinsi Lampung 2012).

(26)

2

inovasi pertanian yang tepat waktu, tepat guna, dan mutahkir. Peningkatan kinerja penyuluhan perlu didukung dengan pengembangan mekanisme kerja sistem jaringan inovasi pertanian dengan aplikasi teknologi informasi untuk mempercepat proses pengolahan dan sharing informasi.

Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat diperlukan dalam sektor pertanian untuk peningkatan produktivitas usaha tani yang dihasilkan. Indonesia menempatkan TIK sebagai salah satu fokus utama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Perkembangan TIK memberikan peluang yang besar bagi petani untuk dapat memperoleh informasi pertanian dengan tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengelola usaha taninya, petani memerlukan berbagai informasi di bidang pertanian, seperti: kebijakan pemerintah, hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, pengalaman petani lain, serta informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Sumber-sumber informasi tersebut bisa mereka dapatkan salah satunya dengan mengakses internet. Para petani bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai pertanian dengan mengakses internet. Petani juga dapat mengetahui informasi terkini mengenai prospek pasar internasional yang berhubungan dengan sarana produk pertanian dan produksi. Pemanfaatan TIK dapat mengatasi masalah kekurangan akses informasi mengenai inovasi pertanian. TIK dalam bidang pertanian dapat menyiapkan informasi pertanian yang dibutuhkan petani dengan tepat waktu dan sesuai kebutuhan.

Hasil penelitian menunjukkan perkembangan TIK di Asia menyebabkan berbagai perubahan di berbagai bidang seperti industri, agama, organisasi, dan pekerjaan, yang keseluruhannya berdampak pada perubahan sosial hubungan antar personal (Alampay 2009). Penelitian Arja dan Seppanen (2014) mengatakan teknologi informasi dapat digunakan untuk menciptakan dan mengatur kehidupan pada daerah yang terpencil. Sebagian besar petani dalam daerah yang terpencil menggunakan komputer untuk mencari informasi, online banking, komunikasi dengan keluarga, teman, dan saudara. Penggunaan teknologi informasi dapat menggantikan beberapa bentuk komunikasi tradisional yang dilakukan sebelumnya, dan dapat menyebabkan seseorang ke luar dari masyarakatnya jika tidak menggunakan teknologi tersebut. Penggunaan teknologi informasi sangat berhubungan dengan umur.

Proyek penelitian ENRAP (Knowledge Networking for Rural Development in Asia Pacific) mengatakan TIK berperan dalam pembangunan yaitu menunjang kehidupan masyarakat di desa miskin. TIK dapat memfasilitasi perubahan atau sharingknowledge. TIK melalui komputer dapat menyediakan informasi yang memuat bagaimana teknologi yang ada dapat menyediakan air bersih, irigasi, meningkatkan hasil lahan, meningkatkan pendidikan, kesehatan dan lain-lain (David & Shalini 2011).

(27)

ditingkatkan untuk dapat menempatkan bidang pertanian sebagai salah satu bidang usaha yang dapat diandalkan dalam memenuhi persaingan pasar dunia saat ini. Adekoya (2007) mengatakan ketidakmampuan secara materi dari negara berkembang atau ketidaktahuan pemerintah dari beberapa negara merupakan kendala digunakannya TIK dalam bidang pertanian. Selanjutnya dikatakan penggunaan metode penyuluhan tradisional pada saat ini sudah tidak efektif lagi. Perkembangan TIK sebagai teknologi modern melalui jaringan teknologi informasi perlu dimanfaatkan agar mendapatkan informasi terkini dan mengurangi biaya. Pembuatan konektivitas jaringan berkecepatan tinggi dapat menghasilkan banyak keuntungan dalam diseminasi informasi dan

sharing knowledge dan ketrampilan. Pelayanan dengan teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan akan informasi dan mendidik kaum muda agar tertarik pada bidang pertanian.

Beberapa hasil penelitian di Indonesia mengenai cyber extension

menyimpulkan pemanfaatan cyber extension masih tergolong rendah baik pada level petani maupun PPL. Rendahnya pemanfaatan cyber extension disebabkan kurangnya kesadaran petani terhadap keberadaan dan manfaat cyber extension kurang berfungsinya kelompok sebagai media berbagi informasi dan pengetahuan, juga ketidaksiapan penyuluh sebagai pendamping petani dalam memanfaatkan cyber extension (Mulyandari 2011; Zahron 2013; dan Darojad 2016). Ketiga penelitian ini dilakukan di Pulau Jawa. Penelitian mengenai

cyber extension di luar Pulau Jawa khususnya di Provinsi Lampung belum pernah dilakukan. Usahatani sayuran di Pulau Jawa memiliki kesamaan agroklimat dengan Provinsi Lampung, namun usahatani sayuran di Pulau Jawa diusahakan lebih intensif dan dinamis dibandingkan Provinsi Lampung. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.

Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian selama ini masih didominasi oleh face to face communication yang memiliki sifat yang terbatas, memerlukan banyak waktu dan biaya (Saleh 2006, Tamba 2007, dan Ardu 2007). Upaya mengatasi hal ini dilakukan dengan menggunakan semua sumber informasi pertanian yang berbasis TIK, khususnya internet. Kehadiran internet telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan manusia (Arja dan Seppanen 2014, Vivek 2011, Sian et al. 2014 dan Shana dan Holmer 2015). Internet memiliki kelebihan dapat menyamakan persepsi terhadap materi yang disampaikan, lebih menarik, efisien waktu, tidak terbatas ruang dan dapat meningkatkan kualitas (Nuriyanto 2008; Ruggiero 2000).

Perubahan penggunaan sumber informasi pertanian dapat mengakibatkan perubahan perilaku individu dan secara agregat mengakibatkan perubahan perilaku sosial. Menurut Melkote (1991) ada tiga macam komunikasi pembangunan yaitu yang menggunakan komunnikasi linier seperti SMCRE, ada yang menggunakan adopsi inovasi, dan pendekatan moderenisasi media. Disertasi ini menggunakan pendekatan moderenisasi media yang sangat bermanfaat bagi komunikasi pembangunan.

(28)

4

sayuran di tingkat petani karena kesenjangan informasi pertanian. Kedua, adanya peluang implementasi TIK dalam bidang sayuran. Implementasi pemanfaatan cyber extension sebagai suatu inovasi berpeluang untuk meningkatkan akses informasi yang dibutuhkan yang akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan informasi pertanian bagi petani sayuran di Provinsi Lampung?

(2) Bagaimanakah perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian?

(3) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian?

(4) Bagaimanakah strategi pengembangan cyber extension dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian bagi petani sayuran di Provinsi Lampung?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi pertanian bagi petani

sayuran di Provinsi Lampung.

(2) Menganalisis perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian.

(3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian.

(4) Merumuskan strategi pengembangan cyber extension dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian bagi petani sayuran di Provinsi Lampung.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini:

(1) Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan akan informasi pertanian dan dapat merumuskan model pengembangan cyber extension dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian.

(2) Menghasilkan rekomendasi dalam menentukan cara mengoptimalkan seluruh sumber informasi yang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh petani sayuran untuk kepentingan usahataninya.

(3) Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi pembangunan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaku pertanian dalam mengakses informasi pertanian melalui pemanfaatan

(29)

Nilai Kebaruan

Penelitian tentang pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui perilaku komunikasi petani sayuran sudah banyak dilakukan dengan berbagai pendekatan, terutama dengan menggunakan media tradisional.

Kebaruan atau novelty dari penelitian ini adalah:

(1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dengan menggunakan Seeking Information Theory. Penggunaan Seeking Information Theory dipandang tepat karena dapat mengakumulasi semua informasi yang berasal dari sumber informasi bermedia dan sumber informasi tidak bermedia.

(2) Penelitian ini menggabungkan perilaku komunikasi petani dalam memenuhi kebutuhan informasi dengan menggunakan sumber informasi konvensional dan sumber informasi yang berbasis TIK. Pengkajian data empirik yang ada dikaitkan dengan penelusuran segala informasi pertanian yang dibutuhkan melalui cyber extension dan bagaimana sharing informasi terbentuk di dalamnya.

(30)

6

2 TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pertanian merupakan suatu bidang usaha yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai merupakan modal utama untuk menjalankan usaha bidang pertanian di perdesaan dan akan menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di perdesaan.

Perkembangan ekonomi dunia yang menerapkan ekonomi pasar bebas di kawasan Asia, menuntut petani untuk dapat bersaing ketat dalam memproduksi dan mempromosikan komoditas hortikultura Indonesia di pasar internasional. Hal ini merupakan tantangan dan juga peluang bagi bidang pertanian khususnya hortikultura. Petani hortikultura dituntut untuk dapat mengetahui informasi pasar yang akurat, sehingga selain dapat menciptakan produk yang dibutuhkan pasar, petani juga diharapkan dapat menciptakan pasar dan bersaing dalam mutu komoditas dengan negara lain.

Untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan ekonomi dunia ini, maka diperlukan usaha-usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Usaha-usaha pembangunan pertanian yang diadakan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat perdesaan belum mencapai hasil yang maksimal.Diduga hal ini disebabkan teknologi dan inovasi pertanian yang dihasilkan belum dapat diserap dan diterapkan petani sebagai pelaku pertanian. Hal ini disebabkan rendahnya kualitas informasi pertanian, belum berjalannya proses transfer teknologi informasi, dan sistem penyuluhan pertanian belum berjalan secara maksimal. Akses informasi pertanian dalam masyarakat dapat berasal dari sesama petani, dalam kelompok dan masyarakat (massa). Selain itu, petani juga dapat mengakses informasi melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

(31)

pesan yang disampaikan sumber dapat memiliki makna yang sama dengan pesan yang diterima sasaran.

Pengertian dari komunikasi tidak hanya sebagai suatu model yang linear, tetapi juga sebagai model interaksional dan transaksi. West dan Turner (2010) mengatakan pandangan satu arah mengenai komunikasi berasumsi bahwa pesan dikirimkan oleh suatu sumber ke penerima melalui saluran.Model linear merupakan model representasi sederhana dari proses komunikasi yang berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Model komunikasi interaksional memandang komunikasi sebagai pertukaran makna, dengan adanya umpan balik yang menghubungkan sumber dan penerima pesan.Model komunikasi interaksional menekankan proses komunikasi dua arah antara komunikator dan komunikan. Proses ini mengindikasikan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengatakan bahwa seseorang dapat sebagai pengirim dan penerima dalam suatu interaksi. Elemen yang penting dari model komunikasi interaksional adalah umpan balik, baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Hal lain yang perlu diperhatikan dari model komunikasi interaksional adalah bidang pengalaman (fieldofexperience) yang mengatakan budaya, pengalaman, dan keturunan seseorang mempengaruhinya untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Kritik terhadap model interaksional berkaitan dengan umpan balik, karena pandangan interaksional berasumsi bahwa dua orang berbicara dan mendengarkan, tapi tidak dalam waktu yang bersamaan. Model komunikasi transaksional (transactionalmodelofcommunication) menekankan pengiriman dan penerimaan pesan berlangsung terus menerus dalam sebuah episode komunikasi.Bersifat transaksional berarti proses bersifat kooperatif, pengirim dan penerima pesan sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Jadi pada model ini, orang membangun kesamaan makna. Apa yang dikatakan seseorang dalam sebuah transaksi sangat dipengaruhi oleh pengalamannya di masa yang lalu. Model ini menuntut pihak-pihak yang sedang berkomunikasi, memahami, mengintegrasikan bidang pengalaman masing-masing dalam kehidupan mereka sendiri.

Petani memerlukan pesan yang sesuai dengan kebutuhannya. Slamet (2001) mengatakan pelayanan jasa informasi bagi petani merupakan salah satu prinsip dalam paradigma baru penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian harus mampu menyediakan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan petani untuk mengembangkan usaha taninya. Salah satu unsur komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan secara efektif adalah dengan media. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi lemah dan akhirnya berakhir.Informasi itu sendiri dapat didefinisikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal yaitu datum atau data item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.

(32)

8

informasi yang ada dapat memanfaatkan media internet sebagai sarana untuk berbagi informasi melalui sistem jaringan informasi yang telah terbentuk.

Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa Latin ”texere” yang berarti

menyusun atau membangun.Istilah teknologi seharusnya tidak terbatas pada penggunaan mesin, meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) teknologi adalah suatu rancangan (desain) untuk alat bantu tindakan yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Suatu teknologi biasanya mempunyai dua aspek yaitu aspek hardware

(terdiri dari material atau obyek fisik) dan aspek software. Teknologi diartikan sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.

Miarso (2007) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem untuk memecahkan masalah. Pengertian teknologi dalam bidang penyuluhan adalah segala bentuk pemanfaatan komputer dan internet untuk penyuluhan. Penyuluhan dapat memanfaatkan media komunikasi yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi seperti radio, televisi, hand phone dan lain-lain.

Fauzi (2008) mengatakan Information Technology adalah pengembangan teknologi dan aplikasi dari komputer dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses, penyajian, mengolah data dan informasi. Jadi pada intinya IT adalah teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat.

Teknologi informasi mencakup sarana dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan dan menggunakan data secara bermakna. Teknologi informasi, mempunyai pengertian luas yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.

TIK mempunyai pengertian dari dua aspek, yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Teknologi komunikasi adalah sarana dan prasarana struktur kelembagaan dan nilai-nilai sosial yang mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan mempertukarkan informasi sehingga memungkinkan untuk terjadinya persamaan persepsi dan atau tindakan, karena itu TIK adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media menggunakan teknologi tertentu.

Industri teknologi informasi didefinisikan sebagai pengembangan teknologi dan aplikasi dari komputer berbasis komunikasi untuk memproses, menyajikan, dan mengelola data. Termasuk didalamnya pembuatan hardware komputer dan komponen komputer; pengembangan software komputer dan berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer; bersama-sama dengan perlengkapan komunikasi pembuatan komponen dan jasa.

(33)

Indonesia (2005) menetapkan keenam bidang yang merupakan prioritas pengembangan di negara kita yaitu:

(1) Ketahanan pangan

(2) Sumber energi baru dan terbarukan (3) Teknologi dan manajemen transportasi (4) Teknologi informasi dan komunikasi (5) Teknologi pertahanan

(6) Teknologi kesehatan dan obat-obatan

Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Ditjen Kementerian Komunikasi dan Informasi memiliki Program Universal Service Obligation

(USO) dan USO Internet sejak tahun 2009 (Sumardjo et al. 2010). Program USO merupakan bagian dari Kerangka Teknologi Informasi Nasional (National IT Framework) yang dikembangkan oleh BAPPENAS. Program ini sangat membantu dalam memberikan pelayanan penyediaan telepon umum dan internet nirkabel. Depkominfo juga mencanangkan program desa informasi dan desa berdering bagi masyarakat desa terpencil.

Sebagai acuan dalam pengembangan Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian lingkup Badan Penyuluhan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian membangun pengembangan Sistem Informasi Pertanian yang terpadu, terintegrasi, tepat guna, dan bermanfaat bagi pengguna dan pengambil keputusan dan pelaku agribisnis dari pusat sampai daerah disusunlah Grand Design Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (Kementan, 2010). Untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi di bidang pertanian yang semakin dinamis di lingkungan Kementerian Pertanian khususnya yang menyangkut informasi tentang penyelenggaraan, ketenagaan dan kelembagaan penyuluhanpertanian maka ditetapkan Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian (SMIPP) yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16 tahun 2013 (Kementan 2013). SMIPP bertujuan untuk:

(1) Menyediakan informasi/materi pertanian, data penyuluh pertanian, dan data kelembagaan petani dan usaha tani yang dibutuhkan penyuluh, pengambil kebijakan, pelaku utama, pelaku usaha dan masyarakat pertanian sesuai kebutuhan dan spesifik lokalita.

(2) Mempercepat arus data dan informasi pertanian dari pusat sampai ke petani. (3) Membangun integritas materi penyuluhan pertanian, data ketenagaan

penyuluh pertanian dan data kelembagaan petani dan usaha tani yang mutakhir melalui website Badan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia.

(34)

10

Network).WWW (world wide web) adalah sebuah koleksi keterhubungan dokumen dokumen multimedia yang disimpan di internet dan diakses menggunakan protokol http (hypertex transfer protocol).

Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Selama kurun waktu yang amat cepat telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan.

Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. Arus informasi di masa-masa mendatang, akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman.

Lionberger dan Gwin (1982) mengatakan untuk mencapai komunikasi yang efektif, media (saluran) harus dipertimbangkan dengan baik. Media internet merupakan salah satu media untuk menyalurkan pesan. Jaringan internet merupakan media terkini yang dapat memenuhi kebutuhan petani terhadap informasi. Jaringan internet dapat menghubungkan komputer-komputer pribadi yang paling sederhana hingga yang canggih dan melalui handphone. Pemanfaatan internet adalah upaya seseorang untuk mendapatkan atau mengakses informasi melalui internet sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini sangat diperlukan kemampuan seseorang dalam penggunaan multi media. Akses merupakan upaya untuk mendapat informasi dari media atau sumber informasi.

Nuryanto (2008) mengatakan keuntungan menggunakan media internet adalah:

(1) Bisa menyamakan persepsi terhadap materi yang disampaikan (2) Lebih menarik

(3) Efisiensi waktu (4) Tidak terbatas ruang

(5) Dapat meningkatkan kualitas

(35)

olahraga, saluran berkebun, saluran fashion dan sebagainya.Internet juga bisa memberikan informasi lebih mendalam lebih murah dan nyaman, dalam menanggapi pertanyaan dan ide-ide dari masyarakat (Ruggiero2000).

Selain itu, media baru seperti internet memiliki setidaknya tiga atribut data yang tidak dimiliki media tradisional lainnya yaitu interaktivitas, demassification, dan asynchroneity (Ruggiero 2000). Interaktivitas didefinisikan sebagai "sejauh mana peserta dalam proses komunikasi memiliki kontrol atas dan dapat bertukar peran dalam wacana bersama mereka."Interaktivitas sebagai konsep multidimensi yang terdiri dari jumlah pilihan yang diberikan kepada pengguna, jumlah usaha yang dikerahkan pengguna untuk mengakses informasi, seberapa aktif media untuk pengguna, potensi untuk memantau penggunaan sistem, sejauh mana pengguna dapat menambahkan informasi ke sistem dimana yang tidak khalayak dibedakan dapat mengakses, dan sejauh mana sistem media memfasilitasi komunikasi interpersonal antara pengguna tertentu .

Keuntungan nyata untuk interaktivitas bagi pengguna individu tidak hanya video multimedia, belanja online, atau memperoleh informasi mengenai permintaan tapi juga memungkinkan pengguna untuk membuat rencana dan model bisnis mereka sendiri. Interaktivitas menawarkan pengguna sarana untuk mengembangkan sarana baru komunikasi serta meningkatkan aktivitas pengguna Ruggiero (2000) menyatakan bahwa aktivitas komputer mewakili dorongan manusia untuk menciptakan representasi interaktif. Interaktivitas menampilkan "sejauh mana sistem komunikasi baru yang mampu menanggapi perintah pengguna". Interaktivitas di internet tidak ada keterbatasan bagi pengguna. Ada tiga cara mengakses informasi yaitu memasukkan alamat dari lokasi pengguna, mencari satu dokumen, dan mengikuti link hypertext.

Ruggiero (2000) mendefinisikan demassification sebagai kontrol individu terhadap media, yang menyamakan media baru dengan komunikasi interpersonal untuk tatap muka. Demassification adalah kemampuan pengguna media untuk memilih dari menu yang luas. Beliau mengatakan bahwa kita telah memasuki era

demassification dimana pengguna media memiliki kemampuan,melalui teknologi baru, untuk memilih banyak media, yang sebelumnya hanya berbagi dengan orang lain sebagai media massa. Tidak seperti media massa tradisional, media baru seperti internet memberikan karakteristik selektivitas yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan pesan dengan kebutuhan mereka.

Asynchroneity mengacu pada konsep bahwa pesan-pesan dapat banyak dalam beberapa waktu. Pengirim dan penerima pesan elektronik dapat membaca email pada waktu yang berbeda dan masih berinteraksi kapan saja. Hal ini juga berarti seorang individu mampu untuk mengirim, menerima, menyimpan, atau mengambil pesan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Dalam kasus televisi,

(36)

12

Peran Cyber Extension

Cyber merupakan media baru yang berupa berbagai teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama, yang selain baru juga dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaannya secara pribadi sebagai alat komunikasi. Media baru sangat beragam dan tidak mudah didefinisikan, tetapi dalam penerapannya media baru memasuki ranah komunikasi massa atau secara langsung dan tidak langsung memiliki dampak terhadap media

massa “tradisional”. Fokus perhatian utama adalah pada aktivitas kolektif bersama

yang disebut internet (Denis 2011).

Mengacu pada pengalaman pengembangan penyuluhan pertanian di negara lain, salah satu mekanisme yang efektif dalam mendukung sistem jaringan informasi pembangunan pertanian yaitu dengan mengimplikasikan sistem penyuluhan berbasis TIK yang disebut cyber extension. Cyber extension

merupakan sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet (berbasis informasi teknologi) yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha. Sharma (2005) mendefinisikan cyber extension adalah penyuluhan melalui cyber space yaitu menggunakan kekuatan jaringan on-line, komunikasi komputer dan multimedia interaktif digital untuk memfasilitasi penyebarluasan teknologi pertanian. Wijekoonet al. (2006) menjelaskan bahwa cyber extension adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension ini memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan.

Sharma (2005) menjelaskan bahwa cyber extension akan efektif apabila memperhatikan dan menggunakan TIK yang meliputi:

(1) Jaringan informasi nasional dan internasional (2) Internet

(3) Ahli teknologi sistem informasi

(4) sistem pembelajaran dan pelatihan berbasis multimedia dan computer untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi

(5) Penyuluh (6) Penelitian

(7) Para ilmuwan/peneliti (8) Manajer penyuluhan

Sharma (2005) mengatakan ada beberapa kegunaan potensial cyber extension yaitu:

(1) Menyediakan informasi secara terus menerus. Komunikasi dengan internet tidak dibatasi waktu, tersedia 24 jam setiap hari dan 365 hari setiap tahun. (2) Kaya informasi. Internet menyediakan informasi yang banyak dan terdiri dari

(37)

(3) Menawarkan pencapaian informasi internasional secara cepat. Jaringan online

dapat membentuk perdesaan global. Komunikasi melalui internet dapat mengurangi waktu dan hambatan jarak.

(4) Memotong langkah dari proses tradisional. Komunikasi internet dapat memindahkan sejumlah langkah bersama dari proses penyuluhan tradisional. Para ahli dapat dengan cepat mengirim informasi melalui internet, dimana informasi tersebut dapat dengan segera digunakan pada penyuluhan di kabupaten, kecamatan, dan desa. Semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat.

(5) Pendekatan berorientasi pada penerima. Kompetisi yang kuat dan kenyataan bahwa pada proses komunikasi bahwa penerima adalah raja. Penerima disini bisa dalam bentuk individu maupun masyarakat.

Penerima memiliki ciri-ciri:

(1) Aktif. Tidak seperti komunikasi tradisional, penerima adalah partisipan aktif, artinya pada saat yang sama penerima dapat berfungsi sebagai sumber informasi.

(2) Individualisme. Tidak seperti komunikasi tradisional, penerima tidak dibatasi waktu dan dapat mengakses informasi ketika dia memiliki keterbatasan waktu. Kesamaannya, penerima dapat menerima informasi dari semua subjek dan tema.

(3) Pesan. Pada komunikasi internet, penerima dapat memilih pesan atau informasi dari global perpustakaan dan dapat mengakses hal yang sama untuk materi yang mendalam.

(4) Umpan balik. Pada komunikasi internet, umpan balik dapat diterima segera dan terinci secara alamiah dan menekankan pada perilaku individu.

(5) Menghemat uang, waktu, dan tenaga. Para ahli mendapat pesan melalui elektronik. Versi ini tidak perlu dicetak atau dikirim. Hal ini akan menghemat waktu dan uang. Informasi juga dapat disiapkan dengan mendalam dan terinci.

(6) Memiliki tujuan yang banyak. Cyber extension dapat digunakan oleh individu atau kelompok untuk keseluruhan atau beragam kebutuhan manusia.

Penggunaan cyber extension berpengaruh menciptakan jaringan informasi pertanian. Penelitian Vivek (2011) di India menunjukkan pembangunan masyarakat pertanian yang tinggal di perdesaan melalui cyber extension dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat menciptakan keuntungan yang dapat dilihat dari peningkatan kesempatan bagi passar pertanian India untuk menciptakan jaringan informasi dan pengetahuan pertanian yang lebih efisien.

Keberhasilan cyber extension terlihat dari beberapa program yang telah dilakukan di Indonesia (Sumardjo etal.2010):

(1) Program CTLC-Microsoft yaitu program kerjasama microsoft dengan berbagai lembaga nonprofit untuk menyediakan sarana pelatihan dan pembelajaran jangka panjang bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan melalui Community Training and Learning Centre (CTLC). Program ini merupakan rintisan programdalam meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi. Keberhasilan Program CTLC, terlihat dengan adanya peningkatan penghasilan petani melalui penerapan teknologi informasi khususnya internet. (2) Proyek Partnerships for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP) yang dilakukan

(38)

14

merupakan proyek percontohan mengurangi kemiskinan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Keberhasilan program ini terlihat di desa yang menjadi telecenter-telecenter telah berhasil meningkatkan produksi pertanian dan peternakannya karena dapat memperoleh informasi teknis dari lembaga-lembaga riset melalui internet. (3) Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi (P4MI) atau yang

dikenal dengan Poor Farmers Income Improvement Through Innovation Project (PFI3P) merupakan sebuah program Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian dengan dana loan ADB yang berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan/pendapatan petani di lahan marjinal melalui inovasi pertanian mulai dari tahap produksi sampai pemasaran hasil. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sistem informasi pasar, penyempurnaan pengembangan national farming website dan pembangunan pusat informasi pertanian di kabupaten/dinas pertanian.

(4) Kegiatan Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi (P3TIP) atau FEATI (Farmer’s Empowerment through Agricultural Technology and Information) yang bertujuan untuk memberdayakan petani dan organisasi petani dalam peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan aksesibilitas terhadap informasi, teknologi, modal, dan sarana produksi, pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha. FEATI

merupakan tindak lanjut Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Kebutuhan Informasi Pertanian

Slamet (2000) mengatakan ada perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidakseimbangan antara fisiologis dan psikologisnya. Sedangkan apabila keinginan tidak terpenuhi, tidak akan menimbulkan ketidakseimbangan antara fisiologis dan psikologisnya. Kebutuhan memiliki dua komponen yaitu prioritas dan kerelatifan. Prioritas artinya jika terjadi konflik pihak yang memiliki otoritas sedapat mungkin akan memenuhi kebutuhan masyarakat bukan keinginannya. Kerelatifan artinya kerelatifan dari kebutuhan itu sendiri. Kebutuhan tidak selalu bersifat absolut tetapi seringkali bersifat relatif (Goodin1990). Kebutuhan yang absolut misalnya adalah kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan (perumahan). Sedangkan kebutuhan relatif tergantung pada waktu, tempat, dan lingkungan sosial.

Teori Maslow membagi kebutuhan manusia berdasarkan beberapa tingkatan yaitu (1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs) berada pada tingkatan yang paling tinggi karena merupakan kebutuhan paling kuat sampai ia terpuaskan, (2) kebutuhan rasa nyaman dan keamanan (safety and security needs) muncul setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi yaitu kebutuhan untuk self-preservation yaitu perhatian terhadap masa depan, (3) kebutuhan sosial(afiliasi/belongingness and love needs) yaitu kebutuhan untuk diterima oleh suatu kelompok, (4) kebutuhan untuk dihormati dan dihargai atau mendapat pengakuan dari orang lain (esteem needs), (5) kebutuhan aktualisasi diri atau kebutuhan untuk memaksimumkan potensi seseorang (self-actualization needs) (Hersey and Blanchard2005).

(39)

keinginan dan atau kebutuhan tertentu sesuai dengan yang dipikirkannya. Katz (1978) mengatakan dikaitkan dengan lingkungan, ada beberapa kebutuhan manusia yaitu:

(1) Kebutuhan kognitifyaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya.

(2) Kebutuhan afektif yaitu kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. (3) Kebutuhan integrasi personal (personalintegrativeneeds) yaitu kebutuhan

yang dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

(4) Kebutuhan integrasi sosial (socialintegrativeneeds) yaitu kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung dan berkelompok dengan orang lain.

(5) Kebutuhan berkhayal (escapistneeds) yaitu kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan.

Menurut sudut pandang dunia perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang (Pawit2009). Berdasarkan besar dan banyaknya informasi yang ada di alam ini, hanyasebagian kecil saja yang berhasil dirasakan, didengar, dan direkam oleh manusia. Informasi yang hanya dirasakan, didengar, dan dilihat itu susah diolah karena ia akan menjurus kepada jenis informasi lisan. Informasi lisan lebih banyak dikembangkan oleh studi komunikasi. Jenis informasi lisan jumlahnya sangat banyak. Informasi lisan ini direkam dalam berbagai bentuk alat rekaman ini kemudian dikembangkan dan banyak dicari dan dimanfaatkan manusia sesuai dengan kepentingannya.Informasi ini sebagian sudah disimpan dalam memori manusia, terutama memori yang sudah dialihbentukkan ke dalam media penyimpanan yang dikenal dengan sebutan dokumen yang dalam komunikasi dikenal dengan media. Jadi informasi sangat beragam baik dalam jenis, tingkatan, maupun bentuknya. Fungsi informasi juga sangat beragam tergantung pada manfaat si pengguna.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2Taksonomi pendekatan utama untuk kajian media
Gambar 2Model TRA (Jogiyanto dan Willy2011)
Gambar 4Technology Acceptance Model (TAM) (Jogiyanto dan Willy2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pokja Pengadaan Barang Kelompok IV yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Kabupaten Muara Enim Nomor

Langkah-langkah memperoleh data di lapangan dilakukan dengan: 1) wawancara mendalam kepada beberapa informan yang diambil secara acak dari mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang

Pasir adalah jenis tanah yang sukar mengalami perubahan berat volume tanah, sehingga pada campuran akan sedikit mengalami perubahan volume dibandingkan dengan

Admin Menu Pendapatan Penerima Pendapatan Usaha Menu Beban Pembayaran Beban Usaha <extends> <extends> <extends> Penerimaan Pendapatan Pembayaran

Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat produktivitas rata-rata tenaga kerja seharusnya didukung dari sektor ekonomi yang minoritas, atau yang lebih berorientasi

Pengertian belajar dapat didefinisikan yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Pengakuan akan pendidikan berbasis budaya lokal tersebut antara lain disebutkan dalam undang-undang sisdiknas berikut; Bab I pasal 1 ayat 2 berbunyi, “Pendidikan nasional

Penelitian ini dilakukan kembali berdasarkan keterbatasan dan saran dari penelitian Eko Budi Santoso dan Tommi Adrian Hartanto (2012), peneliti melakukan