• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Aksi Kejahatan di Selat Singapura dan Selat Malaka

a. Dampak Secara Politik

Kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi telah mendorong perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dengan terbentuknya masyarakat dunia yang semakin terbuka. Keterbukaan tersebut memberi peluang terjadinya penetrasi terhadap informasi yang kurang tepat atau kurang akurat serta mempunyai sudut pandang yang berbeda sehingga membentuk suatu opini atau pandangan, bahkan solusi yang tidak sesuai dengan permasalahannya. Saling ketergantungan antar negara atau bangsa dalam berbagai bidang tidak jarang berkembang menjadi suatu kompetisi yang ketat maupun dalam hal perebutan pengaruh baik pada lingkup global maupun regional.

Dalam konteks strategis, diperkirakan ancaman dan gangguan terhadap kepentingan Indonesia di masa datang dapat berupa kejahatan lintas negara, terorisme dan bentuk-bentuk kejahatan terorganisasi lainnya serta gangguan keamanan laut seperti pembajakan dan perompakan32. Gangguan-gangguan

32

tersebut saat ini telah menjadi ancaman yang nyata bagi Indonesia dan beberapa negara lainnya. Ancaman ini semakin nyata bagi Indonesia mengingat selama ini kelautan Indonesia tidak diadministrasikan berdasarkan sistem pemerintahan maritim yang baik.

Saat ini masalah kejahatan maritim dan kekhawatiran adanya aksi terorisme di Selat Malaka menjadi isu yang mulai menjadi perhatian di dunia internasional. Berdasarkan data dari IMB, Indonesia memang menjadi tempat yang paling banyak terjadi perampokan di laut, khususnya di Selat Malaka dan Selat Singapura. Bahkan isu ini menjadi berkembang dengan adanya dugaan bahwa gerakan separatis di Aceh (GAM) menjadi salah satu pelaku dari aksi-aksi kriminal di Selat Malaka tersebut33. Kondisi ini menyebabkan semakin buruknya citra Indonesia

mengenai Selat Malaka serta direfleksikan sebagai

ketidakmampuan Indonesia melakukan pengawasan dan

pengamanan di laut teritoralnya, yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh negara tetangga dan negara di luar kawasan untuk memperjuangkan kepentingan politis dan ekonominya di kawasan tersebut.

Dalam konteks hubungan antara negara pantai,

semaraknya aksi kejahatan di laut ini, dapat memicu suatu hubungan yang kurang baik di antara mereka, mengingat kondisi, latar belakang dan kepentingan yang berbeda di negara-negara pantai tersebut. Hal ini dapat tercipta apabila suatu negara menginginkan suatu tindakan yang tegas dan serius dalam

33

penanganannya, sementara itu negara lain mempunyai keterbatasan dan kelemahan dalam melakukan penanganannya. Kegagalan dalam menunjukkan komitmen yang serius dari salah satu negara pantai dapat berakibat melemahnya semangat kerjasama yang sudah terbentuk, dan pada akhirnya mendorong adanya aksi sepihak dari negara-negara tetangga.

Kehadiran AS di kawasan ini, termasuk juga negara-negara maju lainnya telah menunjukkan besarnya kepentingan mereka terhadap stabilitas keamanan, politik dan ekonomi di kawasan ini. Namun di sisi lain, kehadiran pihak ketiga tersebut, dengan alasan ingin berpartisipasi dalam hal pengamanan di Selat Malaka dan Selat Singapura tersebut, dapat menjadi suatu ancaman dalam bentuk lain, terutama bagi negara-negara pantai. Kehadiran beberapa negara maju ini justru dapat menimbulkan kesan

ketidakmampuan negara-negara pantai dalam melakukan

kerjasama pengamanan di Selat dan dalam jangka panjang dapat memancing pemikiran dan upaya-upaya dari pihak-pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan kehadiran pihak-pihak selain

littoral states di Selat Malaka di masa yang akan datang.

Namun sesungguhnya kehadiran negara adidaya seperti AS, di kawasan ini juga tidak akan menjamin terjadinya stabilitas keamanan yang menyeluruh di kawasan ini. Kehadiran negara adidaya tersebut justru akan dapat mengundang ancaman yang lebih besar, yaitu ancaman terorisme. Sebagaimana diketahui, Al Qaeda dan jaringannya selama ini telah menargetkan sasaran-sasaran yang menjadi kepentingan AS dan negara-negara sekutunya seperti yang terjadi di beberapa tempat. Kehadiran

negara-negara adidaya tersebut justru dapat memecahkan semangat kerjasama yang selama ini terbentuk di antara negara pantai. Semakin besar perbedaan-perbedaan mendasar yang ada diantara negara pantai, semakin besar peluang negara-negara maju tersebut untuk ikut serta berpartisipasi dalam melakukan penegakan hukum di kawasan tersebut.

Aksi kejahatan di laut juga akan memperlemah stabilitas politik dalam negeri suatu negara dimana apabila aksi kejahatan di laut ini tidak segera diantisipasi, maka akan menciptakan ketidakpercayaan terhadap kemampuan pemerintahan suatu negara, tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga dunia internasional. Faktor penegakan hukum dalam hal ini, menjadi sangat penting untuk menunjukkan wibawa hukum nasional tidak hanya dimata masyarakat di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.

b. Dampak Secara Ekonomi

Dari berbagai literatur mengenai kemaritiman dunia, perairan (laut) nusantara (archipelagic waters) merupakan salah satu primadona di muka bumi. Dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan terbentangnya landas kontinen yang begitu luas, perairan Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut hayati dan nonhayati yang sangat besar. Dipandang dari segi estetika, perairan Indonesia memiliki nilai yang sangat tinggi bagi pariwisata bahari. Dari sisi ekonomi dan industri, perairan Indonesia sangat menguntungkan bagi alur transportasi laut dan

daerah penangkapan ikan serta sumber daya laut lainnya yang sangat menjanjikan.

Mengingat sebagian Selat Malaka berada dalam lintasan kelautan wilayah Indonesia, hal Ini berarti segala bentuk ancaman atau gangguan yang terjadi di wilayah tesebut, berarti juga merupakan ancaman terhadap keamanan dan stabilitas nasional Indonesia. Mantan Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti pada Ulang Tahun Ke-30 Otorita Batam, 28 Oktober 2001, mengatakan, bahwa menjaga dan memanfaatkan Selat Malaka bukan hanya sekadar menjaga kedaulatan negara. Lebih dari itu, Selat Malaka mempunyai perspektif ekonomi seperti kerajaan-kerajaan masa lalu, seperti kerajaan Malaka-Riau-Lingga yang memanfaatkannya sebagai jalur perdagangan ke berbagai belahan dunia. Jika wilayah-wilayah tersebut mampu memanfaatkan Selat Malaka menjadi pusat-pusat pertumbuhan, bukan tidak mungkin krisis ekonomi yang dialami Indonesia saat ini akan teratasi.34

Dalam era otonomi daerah, propinsi-propinsi di Pulau Sumatera yang mempunyai wilayah berbatasan dengan Selat Malaka ataupun Selat Singapura akan sangat berpeluang mengambil keuntungan dari faktor kedekatan tersebut, seperti Batam, Bintan, dan wilayah Riau lainnya, yang saat ini berkembang cukup pesat. Pelabuhan-pelabuhan di wilayah tersebut, dalam jangka panjang telah dijadikan sebagai pelabuhan bebas (free zone) dan dapat dijadikan alternatif

34

pelabuhan selain pelabuhan Singapura. Dengan demikian, ketidak stabilan keamanan akibat gangguan para pelaku kejahatan di Selat Malaka dan Selat Singapura, dikhawatirkan menghambat pembangunan ekonomi di kawasan ini.

Dalam konteks yang lebih luas, ancaman ekonomi akibat aksi kejahatan di Selat Malaka dan Selat Singapura dapat mengganggu jalur energi dan perdagangan Asia. Asia saat ini telah bangkit kembali setelah mengalami krisis di akhir abad 20. Pembangunan ekonomi di Asia Timur dan Asia Selatan berkembang pesat diiringi dengan kebutuhan energi yang amat besar. Sampai dengan 2020,

Asia akan mengkonsumsi dua kali labih banyak dari pada saat ini, sementara Amerika Serikat akan mengkonsumsi

25% lebih banyak dari

kebutuhan saat ini. Sehingga kebutuhan energi Asia akan

sama dengan kebutuhan

energi AS dan Eropa.

Kebutuhan energi ini dapat dalam bentuk gas, minyak, batu bara yang dipasok dari

berbagai wilayah a.l. Timur Tengah dan Rusia, dimana sebagian besar kebutuhan tersebut akan dibawa dengan menggunakan transportasi laut.

…. kehadiran pihak

ketiga di Selat Malaka dengan alasan ingin berpartisipasi dalam hal pengamanan di Selat Malaka dan Selat Singapura tersebut dapat menjadi suatu ancaman dalam bentuk lain,

Aspek lain yang harus diperhatikan adalah aspek pencemaran lingkungan. Aspek pencemaran lingkungan ini juga mempunyai nilai politis dan

ekonomi, karena

pencemaran lingkungan

berdampak sangat luas dan

tanpa mengenal batas

wilayah. Banyaknya kapal

tanker raksasa yang

melintasi Selat Singapura dan Selat Malaka yang

sempit dan padat

menimbulkan kerawanan

terjadinya tabrakan dan juga

dapat dijadikan target

peledakan oleh teroris. Segala tindakan aksi kejahatan atau terorisme di laut yang berdampak pada kebocoran LNG/ tumpahan minyak akan mengancam lingkungan (environment) di kedua Selat tersebut. Tercemarnya lingkungan laut akan merupakan bencana berkepanjangan bagi ekosistem di laut dan lingkungan hidup yang memanfaatkan laut tersebut termasuk aktifitas ekonomi di daerah–daerah pantai yang berdekatan. Dalam hal ini, pengelolaan lingkungan laut bukan saja berarti melindungi perairan dari pencemaran laut seperti tumpahan minyak namun juga meliputi koordinasi dengan berbagai pihak agar perairan ini aman dari kemungkinan gangguan keamanan (aksi kejahatan di laut, penyelundupan dan pencurian ikan) yang sangat merugikan Indonesia.

… Mengingat sebagian Selat Malaka berada dalam lintasan kelautan wilayah Indonesia, hal ini

berarti segala bentuk ancaman atau gangguan yang terjadi di wilayah ini,

berarti juga merupakan ancaman terhadap keamanan dan stabilitas

Singapura, karena wilayahnya yang sangat terbatas, dapat secara terpadu memfokuskan perhatiannya pada Selat Malaka dan Selat Singapura, dimana perairannya yang dalam hanya terdapat sumber daya laut dan juga dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Sedangkan baik Indonesia maupun Malaysia mempunyai wilayah perairan yang lebih luas, khususnya di Selat Malaka, di mana selain terdapat sumber daya laut, juga didalamnya terkandung sumber daya alam (minyak dan gas) yang belum dieksploitasi. Disamping itu, bagi Indonesia dan Malaysia masih terdapat batas-batas laut yang belum ditetapkan secara bilateral dan diakui secara internasional. Oleh karena itu Indonesia dan Malaysia menganggap Selat Malaka tidak hanya strategis sebagai jalur internasional tetapi juga strategis karena berkaitan dengan kedaulatan dan hak berdaulat di wilayah tersebut.

Dari berbagai ilustrasi dan penjelasan di atas, maka peningkatan gangguan dan ancaman diatas akan memberikan dampak negatif yang cukup serius bagi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Apabila hal ini tidak ditangani dengan tepat, kiranya dapat menjadi isu keamanan nasional dan internasional.

BAB 4

KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PENANGANAN AKSI