• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN DALAM WACANA MODERN

E. Dampak Modernisasi Pendidikan

Sebagai lembaga pendidikan, Pesantren Roudlotul Qur’an semenjak lahirnya telah membawa perubahan-perubahan di kalangan masyarakat setempat, yaitu:

1. Pesantren tersebut berkembang semakin maju karena dapat mengikuti irama perkembangan masyarakat. Meskipun dalam hal ini parameter yang digunakan sebatas pada kuantitas santri yang semakin lama semakin

83Azyumardi Azra, “

meningkat, selain itu pengelolaan pesantren dari berbagai aspek makin ditingkatkan, mulai dari pengaturan asrama, kegiatan kurikuler dan nonkurikuler, dan struktur kelembagaan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an.

2. Peran Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dalam pengembangan agama Islam bagi masyarakat sekitar semakin menunjukkan hal yang positif. Kenyataan ini tampak dengan semakin banyaknya para ustadz yang memberikan ceramah-ceramah agama dan pengajian-pengajian yang berlangsung di mushola-mushola atau masjid-masjid sekitar Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an. Selain itu dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan lainnya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an cukup mempunyai andil yang besar. Kegiatan tersebut berlangsung karena semata-mata diadakan oleh pihak Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an maupun yang diadakan masyarakat luar dengan bantuan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an.

3. Proses pembelajaran semakin tertib, karena telah tersusun manajemen organisasi dengan baik. Tertib di sini bukan dimaksudkan dengan kakunya peraturan yang ditetapkan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, akan tetapi hal ini lebih diakibatkan dari keteraturan pengelolaan santri baik di dalam maupun di luar asrama apabila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Ini dapat dibuktikan dengan pengakuan santri lama yang pernah mengalami belajar pada saat belum terjadi pembaharuan/ modernisasi, bahwa untuk saat sekarang santri sudah diajar dengan kurikulum yang baik, sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif.84 4. Dampak lain dari pembaharuan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an adalah

para alumninya, selain ada yang menjadi guru agama, hafidh/ hafidhah dan

84Ahmad Sonhaji, SPd.I(Pengurus Pendidikan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an),

qari’/ qari’ah terdapat pula para alumni yang mengabdikan dirinya pada pendidikan baik formal maupun nonformal. Sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat dari adanya pembaharuan ini.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebelum lahirnya Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, sistem pendidikan di Pesantren Roudlotul Qur’an hanya mengajarkan pengajian al-Qur’an dengan program tahfidhul al-Qur’an sebagai program intinya. Di samping itu diberi pelajaran tambahan dengan mengkaji kitab kuning. Sistem halaqah menjadi karakter yang melekat di pesantren ini pada awal pendiriannya.

Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an berlokasi di jalan Pratama Praja Kelurahan Mulyojati bedeng 16 B, Kecamatan Metro Barat Kota Metro Provinsi Lampung. Lembaga ini dibangun karena didorong oleh beberapa faktor; pertama, adanya ulama’/ kyai yang ingin mengabdikan diri demi majunya pendidikan Islam; kedua, karena motivasi yang kuat untuk menanamkan keilmuan Al-Qur’an terutama tahfidhul Qur’an dan tilawatul Qur’an; ketiga, keinginan yang kuat antara para tokoh pendirinya untuk memajukan praktek pendidikan agama Islam dengan menawarkan alternatif pendidikan bagi kaum muslim masyarakat Kota Metro khususnya dan Provinsi Lampung pada umumnya, keempat, adanya dukungan yang kuat dari masyarakat dan pemerintah setempat terhadap pesantren ini untuk membina kehidupan beragama masyarakat, khususnya generasi muda.

Sedangkan usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an antara lain:

Pertama, pembaharuan pada aspek kelembagaan dan organisasi, yaitu dari kepemimpinan individu (kiai) kepada sistem kepemimpinan kolektif (yayasan) dengan pembagian kerja yang jelas.

Kedua, pembaharuan pada aspek kurikulum. Pada awal berdiri penentuan kurikulum Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an adalah semata-mata otoritas kiai, sehingga kurikulum yang ada identik dengan kiai pesantren tersebut yang pada umumnya hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran agama Islam saja, akan tetapi

setelah mengalami modernisasi kurikulum tidak lagi menjadi otoritas kiai, kurikulum ditentukan berdasarkan pada kurikulum yang dibuat oleh Departeman Pendidikan Nasional, di samping itu menggunakan kurikulum Tarbiyatul Mu’allimin wal-Mu’allimat al-Islamiyyah yang diadopsi dari Pondok Pesantren Al-Mukmin Prenduan, Madura Jawa Timur. Sehingga terjadi perpaduan dan keseimbangan antara mata pelajaran agama dan mata pelajaran umum.

Ketiga, pembaharuan pada aspek pengajaran, yaitu dari sistem halaqah dengan metode menghapal kitab Al-Qur’an serta mengkaji kitab-kitab klasik ke sistem klasikal / persekolahan dengan metode pengajaran yang berlaku pada lembaga pendidikan modern, seperti metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, drama, resitasi, dan kerja kelompok.

Keempat, pembaharuan pada aspek fungsi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an meliputi: sebagai sumber ilmu pengetahuan Islam, pemelihara tradisi Islam, sebagai pengkader ulama’ dan sebagai lembaga ekonomi, sebagai lembaga social berfungsi: menampung peserta didik, memberikan fatwa keagamaan kepada masyarakat, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi umat dan sebagai mediator penyiaran agama Islam.

Dampak pembaharuan yang dilakukan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an kepada lingkungan sekitar adalah: pesantren ini dapat bertahan serta semakin maju dan aktifitas kehidupan keberagamaan masyarakat semakin meningkat.

B. Implikasi

Unsur-unsur pendidikan berupa institusi, kurikulum, dan metodologi pembelajaran dapat berimplikasi kepada penyelenggaraan pendidikan maupun tujuan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam.

Pada pendidikan agama Islam, unsur-unsur tersebut di atas memegang peranan yang cukup penting dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Sejauh manakah pendidikan agama Islam sebagai suatu subsistem dari pendidikan nasional

dapat mengemban cita-cita agama islam yang menjadi harapan mayoritas penduduk Indonesia.

Semua upaya pengembangan pesantren dan madrasah di Indonesia dapat dipandang sebagai proses transformasi pendidikan Islam dalam upaya memenuhi tuntutan dan perkembangan zaman. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang berakar pada sejarah panjang dan tumbuh dari bawah (grassroot), pesantren dan madrasah memiliki arti yang sangat penting di kalangan kaum muslimin di Indonesia, sehingga eksistensinya terus diperjuangkan melalui berbagai jalur.

Namun demikian, sebagaimana layaknya lembaga dalam suatu komunitas yang dinamis, lembaga pendidikan inipun tidak bias lepas dari perkembangan dan perubahan masyarakat di berbagai bidang kehidupan, baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

Sementara itu madrasah di satu pihak berupaya menjaga karakteristik keislaman dan di lain pihak dituntut untuk mampu mengembangkan relevansi dan vitalitas kependidikan madrasah merupakan dua hal yang menjadi focus dari proses transformasi pendidikan di Indonesia.

Sejak lahirnya, praktek pendidikan Islam menitikberatkan pada aspek keagamaan (sikap), sementara aspek intelektual kurang mendapat perhatian yang serius dari para penanggungjawabnya. Keadaan seperti itu tentu saja menuntut keterbukaan pendidikan pesantren untuk dapat mengakomodasikan metodologi pengajaran yang dapat membawa para santri untuk selalu mengembangkan wawasan dan pemikirannya secara bebas tanpa harus merasa terikat dari pandangan kiainya. Dengan demikian, kurikulum pesantren harus dikaji dari relevansi kemasyarakatan dengan segala perubahannya. Kurikulum tradisional dengan mata pelajaran kitab kuningnya perlu mengalami proses perubahan, sesuai kecenderungan masyarakat akan pendidikan.

Usaha pendidikan seperti di atas, memastiakn keharusan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan-perubahan terhadap beberapa aspek tertentu dari lembaga pendidikan pesantren maupun madrasah, dengan tetap menjamin karakter

pesantren yang esensial, seperti reproduksi ulama maupun memelihara tradisi dan nilai-nilai budaya Islam.

Pembaharuan terhadap beberapa aspek pendidikan sangat penting dilakukan di pesantren, karena dengan melakukan pembaharuan pendidikan, pesantren akan tetap bertahan hidup dalam masyarakat yang serba maju.

Upaya pembaharuan pendidikan pesantren sebagaimana telah diutarakan di atas, Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an telah mengadakan modernisasi pendidikan pada aspek kelembagaan, organisasi, kurikulum dan aspek metodologi pengajaran. Pada aspek kelembagaan pesantren telah mengubah pola kelembagaan yang dahulunya pesantren cenderung kepemimpinannya dipegang seorang kiai, dalam hal ini KH. Ali Komaruddin, karena beliaulah pendiri sekaligus pengasuhnya. Kemudian pada giliran selanjutnya kepemimpinan tunggal diubah menjadi kepemimpinan kolektif dalam suatu kepengurusan yayasan, sementara kiai lebih berkonsentrasi pada pembinaan santri dan yang bertanggung jawab di dalam pesantren.

Dengan demikian, dalam proses perjalanannya, pesantren ini telah melakukan pembaharuan pada aspek organisasi kelembagaan. Implikasi dari modernisasi ini menjadikan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dapat terus eksis hingga sekarang dalam perubahan yang sangat cepat.

Dalam kaitannya dengan kontinuitas sebuah pesantren, Azyumardi Azra mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan kuat pesantren untuk melakukan konsolidasi organisasi kelembagaan, karena dalam perkembangannya dalam pesantren terjadi diversifikasi pendidikan yang diselenggarakannya, yaitu mencakup madrasah dan sekolah umum, hingga kepemimpinan tunggal tidak lagi memadai lagi.

Selain pembaharuan pada aspek kelembagaan dan organisasi, Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an melakukan pula pembaharuan pada aspek kurikulum dengan mengadakan perubahan jumlah jam dan mata pelajaran. Pada awal perkembangannya semua mata pelajaran bersumber dari kitab kuning (berbahasa Arab) yang 100% mata pelajaran agama Islam. Akan tetapi pada perkembangan

selanjutnya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an memasukkan mata pelajaran umum ke dalam kurikulum dan membuka pendidikan umum yaitu SMP dan SMA. Pembaharuan pada aspek kurikulum ini berimplikasi pada pola kehidupan santri yang pada awalnya mengutamakan aspek sikap (prilaku) saja, kemudian menjadi seimbang antara aspek sikap dan aspek intelektual serta pengembangan wawasan.

Pembaharuan aspek metodologi pengajaran juga dilakukan, yaitu dari pengajaran sistem halaqah saja kepada pengajaran sistem klasikal/ persekolahan. Dalam pengajaran sistemhalaqah perhatian kiai sebagai pengasuh biasanya kurang mempunyai titik singgung dengan aspek psikologis santri. Pada sistem ini tahapan pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa santri kurang mendapatkan perhatian, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun sosial.

Berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran dengan sistem persekolahan. Pada sistem ini aspek filosofis, psikologis, maupun aspek sosiologis tampak diperhatikan. Pelajaran yang diberikan dan metode mengajar yang digunakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual anak di setiap jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan tingkah laku dan perkembangan intelektual santri menuju kedewasaan yang komprehensif akan tercapai melalui pembaharuan kurikulum dan metode mengajar yang digunakan. Penggunaan metode diskusi atau resitasi misalnya, di dalam proses belajar mengajar di pesantren ini berimplikasi pada pengembangan wawasan para santri karena mereka dapat melatih diri untuk mengorganisir pikiran-pikirannya dalam mengeluarkan pendapat dan dapat menjaga kestabilan emosinya dalam berdiskusi.

Dari pembaharuan beberapa aspek pendidikan tersebut di atas, menjadikan factor utama pesantren ini dapat bertahan dan berkembang. Implikasi pembaharuan tersebut menjadikan Pesantren Roudlotul Qur’an semakin mempunyai keterkaitan erat yang tidak terpisahkan dengan masyarakat sekitarnya. Masyarakat dan Pemerintah Kota Metro sangat mendukung keberlangsungan pesantren ini. Umumnya mereka memberikan bantuan dana dengan menjadi donatur tetap/ donatur

rutin untuk pembangunan pesantren, atau banyak juga yang memberikan bantuan tenaga maupun pikiran demi kemajuan pesantren.

Sebaliknya, pesantren ini memberi jasa kepada masyarakat, tidak hanya memberikan pelayanan pendidikan dan keagamaan, tetapi juga bimbingan sosial (fatwa-fatwa), dan kehidupan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungannya. Bagi Kota Metro mendapat keuntungan, terutama untuk pengiri,am kafilah Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) maupun even-even perlombaan keagamaan lainnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, maka untuk menjamin kontinuitas pesantren ini perlu direkomendasikan gagasan penulis sebagai berikut:

Kendati kerja sama antara pihak pesantren Roudlotul Qur’an dengan masyarakat dan pemerintah sudah berjalan baik selama ini, akan tetapi kerja sama tersebut sebaiknya terus dijaga dan ditingkatkan, bukan saja dalam komitmen moral akan tetapi lebih diarahkan kepada partisipasi nyata masing-masing pihak; yaitu masyarakat lebih mengarahkan anak-anaknya untuk masuk ke pesantren dan ikut serta dalam pembangunan pesantren dengan kemampuan masing-masing. Pemerintah sebaiknya membantu pesantren dengan menganggarkan secara rutin ke dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Metro, dan pihak pesantren lebih proaktif lagi dalam melakukan pembinaan kehidupan masyarakat baik melalui lambaga maupun dakwah dan fatwa. Selain itu hendaknya pesantren memberi dukungan yang kuat terhadap program-program yang dicanangkan pemerintah terutama mewujudkan Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.

Supaya pembaharuan pendidikan tetap berjalan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, maka sumber daya manusia (SDM) tenaga pendidik perlu ditingkatkan kualitas dan kualifikasinya serta jumlahnya sampai kepada tingkat memadai melalui penataran-penataran kependidikan atau melanjutkan pendidikan formalnmya ke jenjang yang lebih tinggi (S1-S2). Selain itu, pesantren ini perlu

mengupayakan para alumninya yang berprestasi tinggi untuk dapat melanjutkan pendidikan formalnya ke Negara-negara Timur Tengah dan Perguruan Tinggi dalam negeri supaya kelak bisa direkrut menjadi tenaga pendidik di pesantren ini.