• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERNISASI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN (DARI TRADISIONALISME KE MODERNISME)

E. Kegiatan Akademik

Kegiatan akademik dimaksudkan adalah segala aktifitas santri selama di kelas maupun di asrama mengingat kegiatan kependidikan yang ada di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an terintegrasi antara kegiatan pondok dan sekolah. Kegiatan di sekolah adalah kegiatan induk yang mempunyai penekanan pada kajian teoritis dan mengacu pada ranah kognitif sedangkan kegiatan di asrama diupayakan sebagai pendidikan pendukung yang mempunyai titik singgung pada kajian praktis dan diarahkan untuk pencapaian ranah afektif dan psikomotor santri/ siswa.

Pola integrasi ini sebenarnya sudah terjadi di kalangan pendidikan pesantren-pesantren tradisional, sebagaimana diketahui bahwa kata santri menurut Nurcholish Madjid berasal dari kata cantrik yaitu orang yang mengikuti seorang yang pandai baik dalam agama maupun kesaktian, sang cantrik ini akan selalu diawasi tingkah lakunya oleh orang pandai tersebut. Begitu pula santri yang selalusam’an wa to’atan (patuh dan taat) pada Kyai, begitupun selama ia nyantri selalu dalam pengawasan kyai. Jalinan hubungan santri-kyai ini akan terus bersambung sehingga santri telah keluar dari pesantren untuk mengembangkan ilmu agama. Bahkan terkesan kurang baik apabila santri yang sudah keluar dari pesantren tidak pernah sowan (silaturrahmi) kepada kyainya.76

Tradisi pesantren semacam inilah yang masih terus dibudayakan oleh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an untuk membimbing para santri, sedangkan pola ini tidak terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan umum yang tidak mempunyai asrama bagi para siswanya. Atau terkadang ada pondok pesantren yang mempunyai pendidikan formal, namun pola pendidikan yang dijalankan sendiri-sendiri, dalam

Aliyahs Project (DMAP). Dokumentasi Kanwil Depag Propinsi Lampung tanggal 15 September 2001. Jika proyek tersebut dijalankan lagi, kemungkinan terjadinyamismatch bisa dihindari.

76

Pola hubungan (relasi) guru-murid pada pondok pesantren digambarkan ibarat seorang anak dan orang tua (ibu maupun bapak), sehingga seorang guru/ kyai secara sababi merupakan bapak. Dalam kitab Ta’lîmul Muta’allim digambarkan jika orang tua yang bertanggung jawab di bidang materi, maka gurulah yang bertanggung jawab di bidang mental spiritualnya. Burhanuddin az-Zarnuji, Ta’lîmul Muta’allim, (Semarang: Toha Putra, t.th). h. 7

arti antar pendidikan formal dan pendidikan diniyahnya tidak terintegrasi, sehingga hal ini berdampak pada kurang mampunya santri mendalami pelajaran karena dirasa begitu banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari. Pada kasus seperti ini hal terburuk yang bisa terjadi adalah bukannya mampu menguasai keduanya (materi-materi pendidikan formal dan diniyyah) akan tetapi malah mengaburkan keduanya.

Untuk menghindari hal itu, maka pola integrasi yang dibangun adalah mengupayakan pengawasan terhadap santri baik dari pengasuh pesantren maupun para pengajar untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran agama, untuk itu diupayakan tenaga pengajar yang mengajarkan agama kebanyakan tinggal di asrama ataupun bertempat tinggal di lingkungan pesantren, sehingga diharapkan dapat berperan aktif mengawasi santri di luar jam-jam sekolah. Secara rinci dapat digambarkan kegiatan pembelajaran dan alokasi waktunya sebagai berikut.

Tabel 9

Kegiatan Rutin Santri Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an

No Waktu Kegiatan Keterangan

1 03.30 - 04.00 Qiyâm al-lail Seluruh santri

2 04.00 – 04.30 Belajar mandiri Santri TMI

3 04.00 – 04.30 Menghafal al-Qur’an Santri tahfîz

4 04.30 – 05.00 Sholat Shubuh berjamaah Seluruh santri 5 05.00 – 06.00 Muhâdatsah yaumiyyah/ daily

conversation Santri TMI

6 05.00 – 06.00 Menghafal al-Qur’an metode tasmi’

(memperdengarkan pada guru

Santri tahfîz 7 06.00 – 07.00 Mandi, mencuci, sarapan, dll Seluruh santri

8 07.00 – 12.00 Masuk sekolah SMP/ SMA Santri TMI

9 12.00 – 13.30 Sholat dhuhur, makan siang Seluruh santri 10 13.30 – 15.00 Masuk sekolah SMP/ SMA Santri TMI 11 15.00 – 16.00 Sholat ‘asar, istirahat Seluruh santri 12 16.00 – 17. 00 Kegiatan ekstra kurikuler (drum band, olah

raga, kaligrafi, dll) Santri TMI

13 17.00 – 18.00 Mandi, mencuci, makan sore Seluruh santri 14 18.00 – 18.30 Sholat maghrib berjamaah Seluruh santri

15 18.30 – 19.30 Mengaji al-Qur’an Seluruh santri

17 20.00 – 22.00 Diskusi/ Mengevalusi pelajaran sekolah di bawah bimbingan pengurus dan ustadz

Santri TMI 18 20.00 – 22.00 Menghafal al-qur’an metode tasmi’ Santri tahfidh

19 22.00 – 03.30 Istirahat malam Seluruh santri77

Dari seluruh kegiatan yang telah ditetapkan melalui permusyawaratan pengurus yayasan dan segenap elemen pesantren tersebut dapat dilihat bahwa aspek modernitas sudah berjalan, setidaknya ini dapat dilihat pada pembelajaran Bahasa Arab maupun Inggris yang sudah efektif yaitu langsung dipraktekkan dalam kehidupan di pesantren maupun di sekolah. Kegiatan Muhâdatsah yaumiyyah/ daily conversation78 merupakan kegiatan yang berusaha memotivasi santri untuk dapat berkomunikasi aktif dalam kedua bahasa asing tersebut di luar jam kegiatan tersebut. Hanya saja kendala yang muncul di luar kegiatan ini adalah masih terdapat dewan guru di sekolah yang tidak menguasai bahasa Inggris maupun bahasa Arab secara aktif-komunikatif sehingga ketercapaian hasilnya kurang bisa memenuhi target yang diharapkan.

Sementara adanya perbedaan kegiatan bagi santri Tarbiyat Mu’allimîn al-Mu’allimîn al-Islâmiyah (TMI) dengan santri Tahfîz al-Qur’an menjadikan kegiatan berjalan sesuai dengan program yang memang dipilih oleh santri. Hal ini juga mempermudah bagi pengurus pesantren untuk menentukan langkah-langkah kebijakan dalam mengelola santri. Sehingga program kegiatan yang dijalankan dapat berjalan efektif dan efisien.

Dan andaikata dilihat lebih jauh mengenai ketercapaian hasil program dengan keadaan riil di lapangan, nampaknya program Tarbiyat Mu’allimîn

al-77Ahmad Ansori, S.TP, (Lurah Pondok Putera)

Wawancara,tanggal 22 September 2006 78Kewajiban menggunakan bahasa Arab/ Inggris di asrama mulai diwajibkan setelah santri tinggal di asrama selama 3 bulan. 3 bulan yang pertama merupakan masa pembelajaran santri baru dalam berkomunikasi aktif dengan dua bahasa tersebut. Untuk mendisiplikan program tersebut, maka diberlakukan sangsi bagi santri yang menggunakan bahasa lainnya. Ahmad Ansori, Wawancara,

Mu’allimîn al-Islâmiyah (TMI) yang termasuk di dalamnya SMP dan SMA untuk empat tahun awal ini nampaknya belum dapat sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Anggapan ini dapat ditinjau dari segi pemaknaan bahwa TMI adalah pendidikan untuk guru agama Islam. Sementara ketika SMP telah meluluskan satu kelas yang kemudian dari satu kelas tersebut menjadi terkotak-kotak ada yang keluar, ada pula yang tetap melanjutkan SMA di TMI Roudlotul Qur’an mereka belum mampu untuk menjadi seorangmu’allim seperti yang dituangkan dalam misi sekolah.

Tabel 10

Kegiatan Mingguan Santri Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an

No Waktu Kegiatan Keterangan

1 18.30 – 19.30 Mujâhadah/ istighotsah Seluruh santri tiap malam jum’at

2 18.30 – 19.30 Tahlîlan, yasinan Khusus santri dewasa dengan masyarakat sekitar pondok

3 20.00 – 22.00 Muhadarah, khitobah, pembacaan al-berzanji, dibaiyyah, seni sholawat/ hadroh

Seluruh santri tiap malam jum’at

4 20.00 – 22.00 Zikrul Ghofilin Setiap Malam Jum at Kliwon

Sumber : wawancara pribadi Lurah Pondok Putera tanggal 22 September 2006 Dengan kegiatan-kegiatan tersebut yang disusun dengan berbagai pertimbangan, diharapkan proses pembelajaran yang dilaksanakan mampu diserap santri dengan sempurna dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal kelak ketika mereka telah terjun di masyarakat. Dalam posisi ini pesantren Roudlotul Qur’an sebenarnya masih berusaha untuk menerapkan kegiatan pesantren ala pesantren salafiyah yang dianggap masih relevan untuk diajarkan kepada santri.

Kegiatan yang ada merupakan representasi dari kebudayaan keagamaan Islam yang ada di tengah masyarakat. Misalnya diadakannya kegiatan mujahadah/ istighotsah setiap malam Jum at yang merupakan tradisi yang sudah ada dan

berkembang dalam masyarakat Islam (khususnya daerah Lampung).79 Terlepas dari adanya pro dan kontra tentang hukum kegiatan istighotsah. Begitu juga keikutsertaan santri dewasa mengikuti acara yasinan/ tahlilan, karena dalam perspektif masyarakat muslim awam terkadang tolok ukur untuk menentukan keberhasilan seorang santri juga terletak pada kemampuan melakukan/ memimpin acara-acara keagamaan semisal tahlilan.80Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka santri yang sudah dewasa yang umumnya telah tamat pendidikan sarjana strata satu diharapkan nanti setelah mereka mengembangkan ilmunya akan langsung disambut baik. Di bidang kesenian seperti sholawat, hadroh pesantren berupaya untuk melakukan modernisasi, hal ini bisa dilihat dari penggunaan alat-alat musik instrumental yang modern.

79 Dari 15 pondok pesantren yang penulis kunjungi, hanya pondok pesantren Darussalam Tegineneng, Kabupaten Pesawaran yang tidak melakukan tradisi semacam tahlîlan, istighâtsah,

sedangkan yang lainnya melakukan, bahkan di pesantren-pesantren tertentu (Pondok Pesantren Nurul Qodiri, Kali Palis Way Pengubuan Lampung Tengah, Pondok Pesantren Wali Songo, Kota Bumi Lampung Utara) kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang melibatkan masyarakat luas di luar pesantren. Di Pondok Pesantren Nurul Qodiri kegiatan ini dinamakanManaqîb Terang Bulan, karena diadakan selalu di malam bulan purnama (tanggal 14 ke 15 penanggalan Hijriyah). KH. Imam Suhadi,

Wawancara,tanggal 12 Mei 2008.

80Kondisi semacam ini merupakan fenomena yang terjadi pada masyarakat Islam tradisional yang masih melembagakan tradisi-tradisi tahlîlan dan sejenisnya menjadi sesuatu yang penting. Sehingga acara-acara dimaksud untuk saat ini tidak saja dilakukan pada malam Jum at atau ketika ada keluarga yang meninggal, akan tetapi pada acara-acarahitanan,pesta pernikahan, membangun rumah, acara aqiqah, syukuran karena mendapatkan rejeki, hendak berangkat haji (walimatussafar), salah seorang anggota keluarga yang sedang sakit parah juga dilakukan. Dan acara-acara tersebut umumnya mendatangkan seorang figur ustadz yang cakap dalam ilmu agama dan terbiasa mengikuti acara-acara tersebut. Ustadz Heri Suwarto, S.PdI (Ketua Persatuan Guru Diniyah Indonesia) Kota Metro,Wawancara,tanggal 1 Mei 2008

BAB IV

PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN