• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTEKS MODERNISASI PONDOK PESANTREN DI LAMPUNG

B. Pondok Pesantren di Lampung

2. Pondok Pesantren Darussalamah

Pondok Pesantren yang secara resmi didirikan pada tahun 1966 ini merupakan pesantren yang secara tegas memilih metode salafiyah dalam mengembangkan pendidikan Islam di pesantren. Nuansa salafiyah ini dapat dijumpai di semua aspek

66 Jalinan silaturahmi di antar pesantren-pesantren ini pada awal pembentukan Ikatan Alumni Santri Tri Bhakti Attaqwa (IKASTA) cukup solid. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertemuan reuni di setiap satu tahun sekali yang dilaksanakan pada minggu terakhir di Bulan Syawal dengan tempat yang digilir di masing-masing pesantren tersebut. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu berbagai perbedaan muncul ketika masing-masing anggota berafiliasi ke berbagai partai politik pascareformasi. Berbagai kepentingan politik yang berbeda menjadikan IKASTA jalan di tempat dan tidak mampu menampung semua aspirasi warganya dan pada gilirannya komponen pengurus IKASTA kurang mampu menjalankan berbagai program yang dahulu pernah berjalan dengan baik. Drs. Agus Nasrullah (Sekretaris Umum IKASTA),

Wawancara, tanggal 27 Mei 2008

67 Muhammad Muballighin Adnan, S.H.I, (Kepala Lembaga Pendidikan Tri Bhakti Attaqwa)Wawancara,tanggal 5 Maret 2008

yang ada dalam Pondok Pesantren Darussalamah. Baik yang berkaitan dengan kurikulum yang dipergunakan, muatan materi yang disampaikan hingga masalah-masalah yang terkait dengan kultur santri di pondok pesantren. KH. Ahmad Shodiq yang merupakan lulusan Pondok Pesantren Darussalamah, Kepung Pare Kediri Jawa Timur berasumsi bahwa pola salafiyah yang diadopsi dari pesantren tersebut masih merupakan pilihan terbaik. Sehingga tidak hanya metode, maupun kurikulum bahkan nama pesantren pun dinamakan dengan nama yang sama yakni Darussalamah.68

Lingkungan pedesaan Brajadewa yang cukup asri menjadikan pesantren ini cocok untuk tetap melestarikan tradisi salafiahnya. Dukungan masyarakat sekitar yang cukup tinggi menjadi nilai tambah tersendiri bagi Pondok Pesantren Darussalamah.69 Sebagaimana layaknya juga pesantren-pesantren salafiyah di Jawa yang pada umumnya lahir dan berkembang di wilayah pedesaan. Metode salafiyah murni yang dijalankan di pesantren ini diakui cukup memberi kontribusi bagi dinamika pesantren di berbagai daerah khususnya Lampung. Di tengah kuatnya deru pembaharuan/ modernisasi di berbagai lembaga pendidikan yang pondok pesantren termasuk juga mendapat pengaruhnya, pesantren Darussalamah tetap bersikukuh mempertahankan kesalafiahannya.

Apa yang dilakukan seluruh komponan pesantren untuk tetap eksis di jalur salafiyah ini ternyata menjadikan pesantren lebih mempunyai nilai tersendiri dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain yang awalnya salafiyah tetapi mengubah menjadi pesantren modern. Dengan kekurangan dan kelebihannya pesantren salafiyah bagi sebagian umat Islam tertentu merupakan pesantren yang masih tetap ideal. Ditambah dengan kenyataan bahwa para ulama yang berkiprah di

68Syukron Makmun (Anggota Pengurus Pondok Pesantren Darussalamah),

Wawancara,

tanggal 7 Maret 2008.

69 Dukungan tersebut dapat dilihat dari loyalitas penduduk sekitar terhadap pesantren. Gotong-royong yang dilakukan warga sekitar dalam membangun sarana dan prasarana pesantren menjadi hal yang lazim. Bentuk dukungan lainnya adalah di desa-desa sekitar Brajadewa terdapat para tokoh agama yang bersedia dengan ikhlas meluangkan waktu untuk membantu mengajar di Pesantren Darussalamah dengan tanpa upah sepeserpun. Ky. Wahib Ma’sum (salah seorang kyai dari luar pesantren yang ikut membantu mengajar di pesantren),Wawancara,tanggal 9 Mei 2008

pesantren-pesantren Lampung umumnya lahir dari pesantren salafiyah. Hal ini pulalah yang meneguhkan KH. Ahmad Shodiq untuk tetap menerapkan tradisi salafiyah. Usaha-usaha untuk tetap mempertahankan tradisi ini juga dilakukan, misalnya mengirim putra-putrinya nyantri ke pondok pesantren salafiyah di Jawa,70 dengan harapan pengalaman yang telah diperoleh selama di pondok pesantren di sana bisa dikembangkan di pesantren Darussalamah.

Sebagaimana layaknya pesantren salafiyah yang lain, maka di pesantren Darussalamah ini dapat dijumpai metode-metode pengajaran seperti bandongan, wetonan, musyawirin, dan lalaran. Khusus mengenai lalaran ini setiap santri dalam suatu kelas diwajibkan menghafalkan seluruh isi kitab berbahasa Arab yang biasanya disusun secara puitisasi71 untuk mempermudah penghafalan. Tahun pelajaranpun tidak sama waktunya dengan kalender pendidikan formal. Jika kalender pendidikan formal biasanya dimulai pada sekitar bulan Juli, akan tetapi tahun pelajaran di Pondok Pesantren Darussalamah dimulai pada pertengahan bulan Syawal dan diakhiri pada bulan Sya’ban. Sedangkan untuk bulan Ramadhan akan diisi dengan pengajian kitab kuning secara umum.

Pengajian kitab kuning yang diadakan pada bulan Ramadhan ini biasanya diikuti oleh bukan hanya santri Pondok Pesantren Darussalamah akan tetapi juga khalayak umum sekitar pesantren yang sengaja mengikuti pengajain di bulan Suci tersebut.72 Selain itu pengajian tariqah yang diadakan tiap hari Selasa yang

70Dari ketiga putera KH. Ahmad Shodiq yaitu Ky. Dardiri Ahmad, Ky. Imam Mudzakir, dan Imam Sibawaihi dipondokkan di Pondok Pesantren Darussalam Pare Kediri Jawa Timur. Imam Sibawaihi,Wawancara,tanggal 13 Juni 2008

71Puitisasi/

nazam dalam kitab-kitab kuning biasanya bermacam-macam coraknya, yang biasa disebut dengan bahr. Maka akan ditemui misalnya bahr basît, bahr rajaz, bahr sarî’, bahr raml, bahr khafîf, bahr madîd, bahr mutadrak, bahr tâwil, bahr mutaqârib, bahr wâfir, bahr hazj,

danbahr kamil.Prof. Dr.Khotibul Umam,Al-Muyassar fî ‘ilm al-‘Arûdl¸(Jakarta: Hikmah Syahid Indah, 1992), h. 18

72 Pengajian rutin Bulan Ramadhan ini berlangsung ketika pembelajaran di Madrasah Diniyah sedang berada dalam masa libur panjang. Karena kalender akademik dimulai pada bulan Syawal tahun sebelumnya. Keadaan ini sudah menjadi suatu keumuman, sehingga peserta yang mengikuti program ini tidak mesti santri dari Pondok Pesantren Darussalamah. Ada juga santri Darussalamah yang mempergunakan kesempatan liburan ini untuk pulang ke rumah orang tua. Di

diikuti para jamaah ahli tariqah juga merupakan program yang dilaksanakan Pondok Pesantren Darussalamah kendati hal tersebut diikuti sebagian besar dari luar pesantren. Baik pengajian kitab kuning maupun pengajian tariqah ini kesemuanya merupakan upaya berkesinambungan dalam rangka melestarikan tradisi pesantren salaf.

Dipandang dari segi sarana dan prasarana pendidikan maupun asrama di Pondok Pesantren Darussalamah masih juga menunjukkan karakteristik salafiyah. Kendati lembaga pendidikan sudah berbentuk madrasah dan bersifat klasikal-yang menjadi ciri lembaga pendidikan modern- namun kurikulum sistem pembelajaran, dan pembagian tugas para guru masih bersifat tradisional. Misal saja untuk guru kelas biasanya disebut dengan istilahmustahiq,73mustahiqdalam hal ini dianggap mampu mengajarkan berbagai macam mata pelajaran atau bahkan mengajar semua materi pelajaran. Ini tentu saja berbeda dengan pola pendidikan modern yang berupaya untuk memberikan tugas mengajar kepada orang yang memang mempunyai keahlian di bidang tersebut.74

sisi lain santri yang mondok di luar Lampung dan kebetulan sedang libur dan rumahnya dekat dengan Pesantren Darussalamah mengikuti pengajian ini. Untuk kegiatan ini pengurus biasanya melakukan tertib administrasi dengan mempersyaratkan pendaftaran dengan biaya tertentu bagi siapa saja yang mengikuti pengajian ini. Dana dari uang pendaftaran ini nantinya dialokasikan untuk seluruh biaya kegiatan pengajian tersebut. Dari buku pendaftaran pengajian Ramadhan tahun 1429 H. yang lalu terdapat 576 santri putra dan putri yang mendaftarkan diri dengan perbandingan 13% merupakan santri dari luar Pesantren Darussalamah dan selebihnya santri dari dalam pesantren. Ustadz Tohiruddin (Sekretaris Panitia Pengajian Ramadhan 1429 H), Wawancara,

tanggal 13 Juni 2008 73Istilah

mustahîq ini hanya lazim ada di pesantren-pesantren salafiyah, peranmustahîq

ini cukup vital karena pertanggungjawabannya tidak hanya di dalam kelas akan tetapi juga di asrama tempat para santri tinggal. Jika dalam jenjang pendidikan tersebut terdiri dari kelas 1 sampai dengan 3 selama tiga tahun, maka selama 3 tahun itu pulalah mustahîq mendampingi santri-santri didiknya. Oleh sebab itu kedekatan batin antar keduanya cukup kuat, bahkan ada seorangmustahîqketika hendak mendirikan pondok pesantren yang baru, anak didiknya dalam satu kelas tersebut yang diajak untuk membantu. Pengalaman tersebut terjadi pada KH. Imam Suhadi ketika mendirikan Pondok Pesantren Nurul Qodiri di Kali Palis, Bandar Agung, Way Pengubuan Kabupaten Lampung tengah. KH. Imam Suhadi (Pendiri/ Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qodiri,Wawancara, tanggal 3 Maret 2008

74tingkat keberhasilan belajar tergantung beberapa komponan yang salah satu di antaranya adalah ustadz/ guru. Tugas guru diantaranya membimbing dan mengarahkan cara belajar warga belajar agar mencapai hasil optimal. Besar kecilnya peranan guru akan tergantung pada tingkat

Di samping pengenalan Mazhab Syafi’i merupakan materi dalam kajian fiqh, pengenalan teologi ahlussunnah wal-jamaah diajarkan lewat kitab-kitab tauhid.75 Kitab-kitab yang berbeda dengan pemahaman teologi ahlussunnah biasanya tidak akan diajarkan.76 Sehingga santri diarahkan kepada satu mazhab yang sudah baku. Sisi kekurangan dari metode ini antara lain pada level tertentu santri cenderung akan hanya membenarkan teologi yang selama ini dipelajarinya dan menolak teologi di luar yang dipelajarinya. Namun kendati demikian santri juga diajarkan untuk bersifat tasammuh terhadap perbedaan yang ada.

Pada tahapan selanjutnya Pondok Pesantren Darussalamah telah melahirkan pesantren-pesantren baru yang didirikan oleh para alumninya. Pesantren-pesantren tersebut antara lain: 1) Pondok Pesantren Darussa’adah, Mojo Agung Gunung Sugih, Lampung Tengah. 2) Pondok Pesantren Darussalam Terbanggi Besar Lampung Tengah. 3) Pondok Pesantren Darul Furqan, Pujo Dadi 13 Polos, Trimurjo Lampung Tengah. 4) Pondok Pesantren Darul A’mal, Metro Barat Kota Metro.