• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN

C. Dampak Penyimpangan Seksual

Menurut Muhammad Rashfi dalam kitabnya al-islami waal-tib, sebagaimana dikutip oleh Sayyid Sabiq, bahwa islam melarang keras homoseks karena mempunyai dampak yang negatif terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat, antara lain:78

a. Seorang homo tidak mempunyai keinginan terhdap wanita. Jika mereka melangsungkan perkawinan, sang istri tidak akan mendapat kepuasan biologis, karena nafsu birahi suami telah tertumpah ketika melangsungkan homoseks terhadap laki-laki yang diinginkannya.

Akibatnya, hubungan suami istri menjadi renggang, tidak tumbuh rasa cinta dan kasih sayang, dan tidak memperoleh keturunan, sekalipun istrinya subur dan dapat melahirkan.

b. Perasaan cinta dengan sesama jenis membawa kelainan jiwa yang menimbulkan suatu sikap dan perilaku ganjil. Seorang homo kadang-kadang berperilaku sebagai laki-laki dan kadang-kadang-kadang-kadang sebagai perempuan.

c. Mengakibatkan rusaknya saraf otak, melemahkan akal dan menghilangkan semangat kerja.

76 Ibid.

77 Ibid., Hal. 60.

78 Sayyid Sabiq, FiqHal-Sunnah, Libanon Dar Al-Fikr, 1968, Hal. 361-365.

Di samping akibat negatif di atas, ada pula akibat yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup seseorang, yakni terjangkitnya penyakit AIDS. Penyakit AIDS yang menyebar ke berbagai penjuru dunia cukup menggetarkan para pelaku penyimpangan seks, karena kedokteran masih belum menemukan obat untuk menyembuhkan penderitanya. Penderita AIDS akan kehilangan daya tahan tubuhnya, akibat serangan bakteri yang menggerogoti pembuluh darah, kulit, tubuh, dan alat kelamin. Korban penyakit AIDS telah banyak, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.79

9. Dampak Pedofilia

Adapun dampak kekerasan seksual terhadap anak yaitu memiliki ciri-ciri umum:80

a. Tanda-tanda perilaku:

1) Perubahan mendadak pada perilaku: dari bahagia ke depresi atau permusuhan, dari bersahabat ke isolasi, atau dari komunikatif ke penuh rahasia;

2) Perilaku ekstrim: perilaku yang secara komperatif lebih agresif atau pasif dari teman sebayanya atau dari perilaku sebelumnya;

3) Gangguan tidur: takut pergi ke tempat tidur, sulit tidur atau terjaga dalam waktu yang lama, mimpi buruk;

4) Perilaku regresif: kembali pada perilaku awal perkembangan anak tersebut, seperti mengompol, mengisap jempol, dan sebagainya;

5) Perilaku anti-sosial atau nakal: bermain api, mengganggu anak lain atau binatang, tindakan-tindakan merusak;

6) Perilaku menghindar: takut akan atau menghindar dari orang tertentu (orang tua, kakak, saudara lain, tetangga/pengasuh), lari dari rumah, nakal atau membolos sekolah;

7) Perilaku seksual yang tidak pantas: masturbasi berlebihan, berbahasa atau bertingkah porno melebihi usianya, perilaku seduktif terhadap anak yang lebih muda, menggambar porno;

8) Penyalahgunaan NAPZA: alkohol atau obat terlarang khususnya pada anak remaja;

79 Siska Lis Sulistiani, Op.Cit., Hal. 46.

80 Muhammad Asnawi, Op.Cit., Hal. 104.

9) Bentuk-bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri (self-abuse): merusak diri sendiri, gangguan makan, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan beresiko tinggi, percobaan atau melakukan bunuh diri.

b. Tanda-tanda kognisi

1) Tidak dapat berkonsentrasi: sering melamun dan mengkhayal, fokus perhatian singkat/terpecah;

2) Minat sekolah memudar: menurunnya perhatian terhadap pekerjaan sekolah dibandingkan dengan sebelumnya;

3) Respon reaksi berlebihan: khususnya terhadap gerakan tiba-tiba dan orang lain dalam jarak dekat.

c. Tanda-tanda sosial-emosional

1) Rendahnya kepercayaan diri: perasaan tidak berharga;

2) Menarik diri: mengisolasi dari teman, lari ke dalam khayalan atau ke bentuk-bentuk lain yang tidak berhubungan;

3) Depresi tanpa penyebab jelas: perasaan tanpa harapan dan ketidakpercayaan, pikiran dan pernyataan ingin bunuh diri;

4) Ketakutan berlebihan: kecemasan, hilang kepercayaan terhadap orang lain;

5) Keterbatasan perasaan: tidak dapat mencintai, tidak riang seperti sebelumnya atau sebagaimana dialami oleh teman sebayanya.

10. Dampak Incest (Sumbang) Adapun dampak sumbang yaitu:81

a. Dampak dari segi psikologis

Dari berbagai peristiwa hubungan Incest yang banyak dilaporkan media akhir-akhir ini menunjukkan betapa menderitanya perempuan korban Incest. Ketergantungan dan ketakutan akan ancaman membuat perempuan tidak dapat menolak diperkosa oleh ayah, kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari kekerasan berlapis-lapis itu karena mereka sangat tergantung hidupnya pada pelaku dan masih berfikir tidak mau membuka aib laki-laki yang pada dasarnya disayanginya dan seharusnya menjadi pelindungnya. Akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup dan gangguan kejiwaan.

b. Dampak dari segi kemanusiaan

Nurani kemanusian universal (secara umum) yang beradab sampai hari ini mengutuk Incest sebagai kriminalitas terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun dilakukan secara suka sama suka

81 Siska Lis Sulistiani, Op.Cit., Hal. 50.

(sukarela) dan tidak ada yang merasa menjadi korban, Incest telah mengorbankan perasaan moral publik.

c. Dampak dari segi sosial

Peristiwa hubungan Incest yang terjadi pada satu keluarga akan menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat dikucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih penting dicermati dari kasus anak hasil Incest adalah karena kondisi yang tidak sehat dalam konteks sosial, yang berkaitan dengan konstruksi sosial tentang keluarga. Misalnya masyarakat mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika terjadi kasus Incest, dimana ayah menghamili anak perempuannya, maka bila lahir anak dari anak perempuan tersebut maka status ayah itu menjadi ganda, ayah sekaligus kakek.

d. Dampak dari segi kesehatan

Peristiwa Incest apalagi perkosaan Incest dapat menyebabkan rusaknya alat reproduksi anak dan resiko tertular penyakit menular seksual. Korban dan pelaku menjadi stres yang akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari hubungan Incest adalah kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen homozygot. Beberapa penyakit yang diturunkan melalui gen homozygot resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia, gangguan penglihatan pada anak umur 4-7 tahun yang dapat berakibat buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar 13,4 kali dibandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetik lebih berpeluang muncul dan riwayat genetik yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan.

Di negara yang tidak melegalkan pornografi dan prostitusi serta memiliki tingkat kemiskinan tinggi seperti indonesia, perilaku incest lebih rentan terjadi.

Bahaya hubungan seks sedarah (consanguinity), dan perkawinan di antara sesama kerabat dekat (inbreeding) bagi keturunan adalah munculnya penyaki-penyakit genetik, cacat mental dan fisik.82

82 Marzuki Umar Sa‟abah, Op.Cit., Hal. 135.

11. Dampak Zina

Berikut adalah beberapa akibat buruk dan bahaya zina menurut ensiklopedia umum:83

a. Jika wanita hamil dari hasil perzinaan, maka untuk menutupi aibnya ia menggugugrkan kandungannya. Selain telah berzina, pezina juga telah membunuh jiwa yang tidak berdosa. Jika pezina adalah seorang perempuan yang telah bersuami dan melakukan perselingkuhan sehingga hamil dan membiarkan anak itu lahir, maka pezina telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisan mereka tanpa disadari siapa dia sebenarnya.

b. Perzinaan akan melahirkan generasi yang tidak memiliki silsilah kekeluargaan menurut hubungan darah (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas.

c. Pezina laki-laki bermakna bahwa telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.

d. Zina dapat menimbulkan permusuhan dan menyalakan api dendam pada keluarga wanita dengan lelaki yang telah berzina dengan wanita dari keluarga tersebut.

e. Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti AIDS, sifilis, kencing nanah, dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual.

12. Dampak Nekrofilia

Adapun dampak dari perbuatan nekrofilia ini adalah pengerusakan kuburan dan merugikan keluarga korban serta meresahkan masyarakat.

13. Dampak Perkosaan

Berikut adalah dampak perkosaan:84

a. Beban Psikologis

Tindak perkosaan pasti mendatangkan trauma bagi yang mengalaminya.

Respons tiap orang terhadap perkosaan yang menimpanya pasti berbeda dengan munculnya berbagai perasaan yang menjadi satu dan bahkan dapat baru terlihat lama setelah peristiwa tersebut terjadi. Berikut ini adalah beberapa perubahan psikologis yang umumnya dialami korban.

83 Siska Lis Sulistiani, Op.Cit., Hal. 106.

84 http://www.alodokter.com/beban-psikologis-dan-kesehatan-korban-perkosaan (diakses Kamis, 16 Februari 2017)

1) Menyalahkan diri sendiri 2) Bunuh diri

3) Kriminalisasi korban perkosaan b. Efek terhadap Fisik Korban

Selain luka psikologis, korban perkosaan membawa luka pada tubuhnya.

Sebagian mungkin terlihat, namun sebagian lagi barangkali baru dapat dideteksi beberapa waktu kemudian. Sementara secara fisik mereka dapat terlihat mengalami perubahan pola makan atau gangguan pola makan.

Tubuh mereka terlihat tidak terawat, berat badan turun, dan luka pada tubuh seperti memar atau cedera pada vagina.

c. Kehamilan yang tidak diinginkan

Kehamilan adalah salah satu kondisi dan konsekuensi terberat yang mungkin terjadi pada korban perkosaan. Belum berhasil menyembuhkan diri sendiri, mereka harus dihadapkan pada kenyataan adanya kehidupan lain di dalam tubuhnya yang sebenarnya tidak mereka harapkan. Kondisi psikologis wanita yang buruk dapat membuat bayi berisiko tinggi mengalami kondisi kelainan atau lahir prematur.

14. Dampak Eksibisionisme

Sementara dampak dari perbuatan eksibisionisme adalah merusakkan kesopanan di muka umum.

15. Dampak Bestialitas

Adapun dampak dari perbuatan bestialitas ini adalah merugikan masyarakat pemilik hewan yang menjadi korban serta meresahkan masyarakat.

D. Pengaturan Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Menurut Hukum

Dokumen terkait