• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN

D. Pengaturan Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Menurut Hukum Positif

7. Pengaturan Bestialitas

Di dalam hukum positif di Indonesia belum ada aturan hukum khusus yang mengatur larangan maupun ketentuan hukuman bagi orang yang melakukan hubungan seksual dengan hewan. Namun apabila penyimpangan seksual ini dilakukan di muka umum maka dapat dikaitkan dengan Pasal 281 KUHP tentang kejahatan terhadap kesopanan.

Pasal 281

“Di hukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-

1e. Barangsiapa sengaja merusak kesopanan di muka umum;

2e. Barangsiapa sengaja merusakkan kesopanan di muka orang lain, yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri.”

121 Ibid., Hal. 204.

Dengan demikian maka tidak menutup kemungkinan bahwa jaksa dapat menuntut pelaku tindak pidana penyimpangan seksual bestialitas dengan dalil merusakkan kesopanan di muka umum.

BAB III

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN SEKSUAL MENURUT HUKUM ISLAM

A. Sejarah Terjadinya Penyimpangan Seksual 1. Sejarah Penyimpangan Seksual Kaum Luth

Al-Quran menceritakan kehancuran kaum Nabi Luth yang diazab karena perilaku homoseksualnya.

“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan kami hujani mereka dengan batu belerang yang keras. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran kami) bagi orang-orang yang memerhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).” (Q.S. Al-Hijr [15]: 73-76)122

Beberapa artikel dan penelitian terkait sejarah tersebut bertebaran, salah satunya mengenai Laut Mati adalah tempat terendah yang ada di permukaan bumi, permukaan airnya berada 422 meter dibawah permukaan laut. Pantainya laut seluas 402 km persegi itu paling kering di dunia. Tingkat keasinannya mencapai 28-35%, padahal normalnya keasinan laut hanya 3-6%. Laut mati terletak di Lembah Yordan, yang berbatasan dengan Tepi Barat Yordania dan wilayah Palestina yang dikuasai Israel. Para arkeolog yang bekerja di situs Tall As-Sa‟

Idiyah di sebelah utara Laut Mati mendapati bahwa sekitar Zaman Perunggu (1800-2350 SM) di sana terdapat kehidupan. Saat itu iklim di kawasan tersebut tidak kering seperti sekarang. Antropolog forensik AS, Prof. Mike Finnegan meneliti tiga kerangka pria di Numeira Selatan Laut Mati dari tahun 2350 SM.

Dia menyimpulkan bahwa ketiganya mati karena tertimpa bebatuan akibat gempa

122 Siska Lis Sulistiani, Op.Cit., Hal. 11.

besar. Kemungkinan bahwa di daerah tersebut terjadi gempa sedikitnya 6 Skala Richter dibenarkan geolog Israel, Shmuel Marco, karena banyak terdapat patahan.123

Sejarah kuno telah membuktikan bahwa kaum sodom mengalami kehancuran karena mempraktikkan homoseksualisme dan sejarah kontemporer menunjukkan bahwa kaum gay beresiko tinggi untuk terserang penyakit AIDS yang mematikan. Alam di sekeliling manusia juga mendukung kebenaran itu.

Binatang dan tumbuh-tumbuhan yang tidak mengenal budaya dan diciptakan dengan berpasang-pasangan seperti manusia, kawin secara heteroseksual. Dua hal ini menunjukkan bahwa seksualitas (heteroseksual) itu merupakan sesuatu yang alamiah, bukan konstruksi sosial. Apabila tidak alamiah, tentu pengingkarannya tidak akan menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia. Meskipun dorongan sekual itu merupakan sesuatu yang alamiah, Al-Quran tidak membiarkan pemenuhannya berlangsung tanpa aturan. Dia menetapkan bahwa dorongan itu harus disalurkan dalam perkawinan, tidak dengan melacur dan memiliki pasangan simpanan (Q.S. An-Nisa‟, 4:24-25).124

2. Sejarah Penyimpangan Seksual di Zaman Modern

Homoseksual di Indonesia bukanlah hal baru, bahkan rujukannya dapat dibaca dalam karya zaman Majapahit, yaitu Negarakertagama, yang mengisahkan Hayam Wuruk (memerintah 1350-1365), yang gemar menari dalam pakaian perempuan di hadapan para menterinya. Budaya homoseksual juga dapat ditemukan pada masyarakat Jawa Timur yang berkecimpung dalam dunia warok.

123 http://www.hidayatullah.com/spesial/ragam/read/2914/11/24/33756/inilah-negeri-negeri-yang-diazab-1.html, diakses pada tanggal 1 Maret 2017

124 Siska Lis Sulistiani, Op.Cit., Hal. 12-13.

Dalam dunia warok, demi menjaga ilmu kesaktian berupa kekebalan terhadap senjata tajam, setiap warok memiliki lelaki muda yang bertugas membantu pekerjaan di rumah keluarga warok maupun kebutuhan seksual sang warok. Di Kalimantan, Suku Dayak Ngaju mengenal pendeta perantara yang mengenakan pakaian lawan jenis. Di Sulawesi Selatan pun ada fenomena serupa. Di kalangan Suku Bugis, laki-laki yang diberi tugas menjaga pusaka, jabatannya, diberi nama bissu diharapkan mengenakan pakaian perempuan dan menjauhi kontak dengan perempuan.125

Di Indonesia, khususnya daerah Makassar, pembukaan diri kaum homoseksual boleh dikatakan sudah tidak terlalu sulit lagi. Para gay awalnya merasa malu menampakkan dirinya. Ini disebabkan karena masing-masing dari mereka merupakan homoseksual belum mengenal satu sama lain. Secara lambat laun, akhirnya satu sama lain saling mengenal dan merekapun mampu membuat komunitas yang perlahan-lahan membuat mereka percaya diri untuk melakukan pembukaan diri kepada masyarakat. Selain itu, ada pula gay yang membuka dirinya dalam komunitas resmi. Di Makassar contohnya komunitas ini diberi nama Gaya Celebes Makassar. Para gay yang berada di komunitas ini pun tidak hanya dari kalangan pekerja salon (biasannya gay dan waria diidentikkan dengan pekerja salon). Semua kalangan mulai dari strata pendidikan rendah sampai atas juga bagian dari komusitas ini. Tidak ada angka yang pasti berapa jumlah gay saat ini di Indonesia. Hanya saja, masyarakat agak sedikit dapat mengakumulasikannya secara kasar. Misalnya, khusus untuk komunitas seperti

125 Ibid., Hal. 15.

Gaya Celebes Makassar, yang anggota homoseksualnya melebihi angka 100 orang. Selain Makassar, gaya celebes ini juga terlebih dahulu terbentuk di Jakarta dan Bali. Kemudian menyusul di beberapa daerah lainnya. Jadi, jumlahnya bisa saja sekitar 10.000 orang lebih di Indonesia, sedangkan menurut catatan Kementrian Kesehatan pada tahun 2002 lalu meyebutkan bahwa ada 1.095.970 gay yang tersebar di seluruh Indonesia. 126

Fauziah Astrid, dalam hasil penelitiannya tentang pembukaan diri dalam komunikasi antarpribadi pada mahasiswa yang berperan sebagai gay, mengungkapkan bahwa gay saat ini tidak lagi dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Bahkan beberapa di antara mereka pun sudah diketahui oleh keluarganya. Sikap pembukaan diri ini sebenarnya belum tentu karena adanya penerimaan terhadap masyarakat kehadiran gay ini, tetapi lebih karena sikap apatis masyarakat yang bersifat individualistis. Kebanyakan orang tidak mau mencampuri urusan orang lain. Gay dalam kehidupan sosial pun tidak mau ditempatkan atas posisi seksualnya. Tapi posisi sosialnya. Selain kaum gay, tambahan pula yang sedang marak dewasa ini yaitu kaum lesbi, biseksual, dan transgender yang mana mereka semua tergabung dalam kelompok LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender). Kaum LGBT ini bersama-sama memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara yang keberadaannya selalu didiskriminasi.

Mereka semua tidak mendapatkan hak yang sama seperti warga negara lainnya.

126 Ibid., Hal. 16.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh kaum LGBT di Indonesia untuk mendapatkan persamaan hak seperti warga negara lainnya.127

B. Dasar Hukum Penyimpangan Seksual dalam Hukum Islam

Dokumen terkait