• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Dampak Perubahan Kawasan Karst di Desa Bejiharjo

Lokasi penelitian yang kedua terletak di Desa Bejiharjo. Lokasi ini dipilih karena merupakan kawasan karst yang dikembangkan menjadi kawasan wisata. Desa Bejiharjo sendiri memiliki goa karst yang menjadi andalan pariwisatanya, yaitu Goa Pindul. Sebelumnya goa yang di dalamnya mengalir sungai bawah tanah ini hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan air bagi masyarakat, namun mulai tahun 2010 goa ini dimanfaatkan sebagai lokasi wisata yang ternyata sangat diminati oleh para wisatawan sehingga semenjak itu Desa Bejiharjo diresmikan sebagai desa wisata oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Berkembangnya sektor wisata yang cukup pesat mengakibatkan hampir seluruh masyarakat di Desa Bejiharjo memiliki mata pencaharian di sektor wisata. Berdasarkan hasil survey, 57,5% responden beralih profesinya dari yang semula petani menjadi pekerja di sektor wisata seperti menjadi tour guide, karyawan di kantor-kantor penyedia jasa paket wisata, membuka warung dan toko, mengelola homestay, hingga memiliki fasilitas kamar mandi dan musola umum yang dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan. Sementara sisanya masih melakukan kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian utama dan bekerja di sektor wisata dijadikan pekerjaan sampingan. Mayoritas responden sebelumnya tidak memiliki pekerjaan sampingan di sektor non-farm, sektor pertanian ataun on-farm merupakan andalan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Berkembangnya kawasan wisata membuat banyak kesempatan bagi responden untuk memiliki usaha di sektor non-farm, terlebih dengan semakin ramainya kawasan wisata usaha-usaha non-farm penunjang kegiatan wisata akan menghasilkan penghasilan yang jauh lebih besar dibandingkan usaha di sektor on-farm ataupun off-farm.

Desa Bejiharjo sendiri mulai berkembang menjadi kawasan wisata setelah adanya pembersihan goa yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat setempat. Hal ini diawali dari keprihatinan mereka yang menyayangkan keadaan goa yang kotor dan tidak terawat, padahal sungai yang mengalir melalui goa tersebut merupakan sumber air bersih bagi masyarakat setempat dan berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata. Awalnya banyak sekali sampah rumahtangga yang

berserakan dan tersumbat di sungai, sementara di saat yang bersamaan air sungai juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pembukaan kawasan wisata dimulai dari pembersihan goa yang dilakukan secara mandiri oleh kelompok masyarakat tersebut, lalu selanjutnya dilakukan pembersihan dan pemeriksaan ulang oleh tim SAR Kabupaten Gunungkidul untuk memastikan bahwa goa aman untuk dijadikan kawasan wisata. Setelah kondisi goa dinyatakan aman, Goa Pindul mulai dibuka secara umum sebagai destinasi wisata alam. Wisatawan yang berkunjung ke Goa Pindul meningkat secara drastis semenjak banyak wisatawan yang mempromosikannya di media sosial. Tahun 2010 Desa Bejiharjo resmi menjadi desa wisata dengan Goa Pindul sebagai wisata unggulannya. Perkembangan kawasan wisata yang sangat pesat ini memberikan eksternalitas positif pada masyarakat setempat.

Perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata dirasakan masyarakat sangat membantu perekonomian mereka. Desa Bejiharjo mengalami peningkatan pembangunan infrastruktur yang sangat pesat, tingkat kesejahteraan masyarakat juga meningkat. Goa karst yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata tidak mengalami banyak perubahan. Sebelum akhirnya dibuka untuk kegiatan wisata susur sungai bawah tanah, dilakukan pembersihan goa dari sampah dan benda- benda asing lainnya yang dianggap akan membahayakan. Selain itu tidak ada kegiatan yang destruktif dalam pemanfaatan karst sebagai kawasan wisata ini. Sungai bawah tanah yang mengalir di dalam goa tetap menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar. Kegiatan pertanian juga masih dilakukan masyarakat yang hasil panennya dikonsumsi sendiri atau dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan hasil survey, 100% responden mengalami perubahan penghasilan semenjak kawasan karst dikembangkan menjadi kawasan wisata. Mata pencaharian mereka juga menjadi lebih bervariasi, selain melakukan kegiatan pertanian mereka juga terlibat dalam kegiatan wisata. Menurut informasi dari key person, pengelolaan desa wisata dan tenaga kerja yang diserap dalam berbagai kegiatan di sektor wisata di Desa Bejiharjo haruslah masyarakat setempat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar tempat wisata tersebut berada sehingga manfaat dari pengembangan kawasan wisata tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. Desa Bejiharjo sendiri mulai resmi menjadi desa wisata pada tahun 2010, semenjak saat itu nama Goa Pindul sebagai salah satu destinasi wisata semakin dikenal wisatawan sehingga menjadi salah satu destinasi utama wisatawan yang berkunjung ke Gunungkidul. Berkembangnya kawasan wisata diikuti dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan menuju Desa Bejiharjo dan penerangan desa yang semakin baik kondisinya. Kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar Goa Pindul tidak hanya berupa materi namun ketersediaan fasilitas umum yang lebih memadai juga dirasakan masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan hidup mereka. Seluruh responden menyatakan bahwa mereka sangat merasakan dampak positif dari perkembangan kawasan karst menjadi kawasan wisata. Mereka juga menginginkan kegiatan wisata tersebut terus berlangsung karena mampu meningkatkan kesejahteraan mereka secara signifikan. Beberapa responden juga mengharapkan perkembangan kawasan wisata di masa yang akan datang mampu membuat lebih banyak lagi kesempatan kerja agar mata pencaharian mereka lebih bervariasi lagi.

Saat ini kawasan wisata yang berkembang di Goa Pindul, Desa Bejiharjo adalah kegiatan wisata susur sungai dimana para wisatawan akan dibawa

menikmati keindahan dan keaslian goa karst tersebut. Pemanfaatan kawasan karst di Desa Bejiharjo menjadi kawasan wisata ini dapat dikatakan tidak bersifat destruktif karena tidak mengubah bentukan dan ekosistem karst itu sendiri. Kondisi goa karst sendiri tidak mengalami perubahan dari sebelum berkembangnya kawasan wisata hingga sekarang. Umumnya responden merasakan perubahan yang terjadi memberikan eksternalitas positif bagi mereka, karena mereka mengalami peningkatan kesejahteraan hidup. Perubahan yang terjadi sejauh ini tidak memberikan eksternalitas negatif seperti yang dirasakan masyarakat di Desa Bedoyo. Masyarakat di Desa Bejiharjo tidak mengalami kesulitan supply air akibat adanya pemanfaatan karst yang destruktif, lahan pertanian mereka juga tidak mengalami pencemaran, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan kawasan karst yang terjadi di Desa Bejiharjo menjadi kawasan wisata tidak menimbulkan eksternalitas yang negatif bagi masyarakatnya. Apabila pengelolaan lokasi wisata ini dilakukan secara baik dan benar serta tetap memperhatikan daya dukung goa karst tersebut, maka kegiatan wisata ini akan tetap berkelanjutan dan kelestarian kawasan karst ikut terjaga. Keberlanjutan ini akan berdampak pada mata pencaharian masyarakat setempat yang lebih bervariasi sehingga kerentanan ekonomi rumahtangganya diduga akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kerentanan ekonomi rumahtangga di Desa Bedoyo.

Analisis Perubahan Penghasilan Rumahtangga Akibat Perubahan Penggunaan Kawasan Karst

Perubahan penggunaan kawasan karst telah memberikan dampak baik positif maupun negatif bagi masing-masing desa. Secara umum, perubahan penggunaan kawasan karst menjadi kawasan pertambangan dan wisata telah meningkatkan tingkat perekonomian di masing-masing desa. Pemanfaatan kawasan karst menjadi kegiatan yang bersifat ekonomis berdampak pada meningkatnya perekonomian dan pembangunan baik di Desa Bedoyo maupun Desa Bejiharjo. Kesempatan kerja yang semakin banyak juga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat setempat. Kesejahteraan masyarakat ini dapat dilihat dari terjadinya perubahan penghasilan rumahtangga setelah adanya perubahan penggunaan kawasan karst. Terdapat perbedaan pada perubahan penghasilan di masing-masing desa sebelum terjadi perubahan penggunaan kawasan karst pada tahun 2010 dan sesudah terjadi perubahan kawasan karst pada tahun 2016. Seluruh data penghasilan rumahtangga responden dari setiap sektor yaitu sektor on-farm,

off-farm, dan non-farm pada tahun 2010 dihitung dengan metode present value

yaitu dengan menghitung nilai uang pada tahun 2010 dikonversi menjadi setara dengan nilai uang di tahun 2016. Suku bunga yang digunakan yaitu sebesar 6,75% sesuai dengan Suku Bunga Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2016).

Dokumen terkait