• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Perubahan penghasilan rumahtangga di Desa Bejiharjo

Perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata di Desa Bejiharjo sebaliknya telah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya. Variasi mata pencaharian yang bertambah menyebabkan terjadi perubahan pada penghasilan rumahtangga responden. Rumahtangga responden yang sebelumnya hanya mengandalkan kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian utama kini memiliki mata pencaharian tambahan, bahkan tidak sedikit yang beralih menjadikan pekerjaan di sektor wisata sebagai mata pencaharian utamanya. Sebanyak 70% responden beralih profesi utama dari bertani ke sektor wisata, namun kegiatan bertani tetap dilakukan. Hasil panen dimanfaatkan baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual. Penghasilan rumahtangga sendiri merupakan penjumlahan dari seluruh penghasilan dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan, selain itu juga dari penghasilan istri/suami dan anak yang masih menjadi tanggungan responden.

Analisis perubahan penghasilan rumahtangga responden di Desa Bejiharjo didapat dari selisih nilai rata-rata penghasilan rumahtangga sebelum terjadi perubahan kawasan karst dan sesudah terjadi perubahan kawasan karst. Nilai penghasilan rumahtangga sebelum terjadi perubahan kawasan karst pada tahun 2010 dikonversi terlebih dahulu menjadi setara dengan nilai uang pada tahun 2016 dengan menggunakan metode present value. Rumahtangga sebelumnya dikategorikan dalam tiga kategori skala ekonomi, yaitu rumahtangga dengan penghasilan tinggi, sedang, dan rendah. Hasil perhitungan perubahan penghasilan rumahtangga responden di Desa Bejiharjo secara keseluruhan disajikan pada Tabel 13.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa penghasilan rumahtangga per tahun di Desa Bejiharjo mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Nilai total rata-rata perubahan penghasilan pada rumahtangga yang berada dalam kategori skala ekonomi tinggi adalah sebesar Rp3.139.399,- per tahun, rumahtangga skala ekonomi sedang sebesar –Rp41.704.439,- per tahun dan rumahtangga skala ekonomi rendah sebesar –Rp13.323.690,- per tahun. Nilai perubahan penghasilan yang paling tinggi berada pada rumahtangga yang termasuk dalam kategori skala ekonomi sedamg. Sebelum terjadi perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata, rumahtangga responden pada kategori ini hanya

mengandalkan sektor on-farm dan off-farm saja dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, rumahtangga responden pada skala ini tidak memiliki pekerjaan

non-farm.

Tabel 10. Nilai rata-rata perubahan penghasilan rumahtangga di Desa Bejiharjo

Sektor penghasilan

Skala ekonomi rumahtangga

Tinggi (≥ Rp25.450.293) Sedang (Rp14.749.280– Rp25.450.292) Rendah (Rp4.048.268– Rp14.749.279) Sebelum* (Rp/tahun) Sesudah (Rp/tahun) Sebelum* (Rp/tahun) Sesudah (Rp/tahun) Sebelum* (Rp/tahun) Sesudah (Rp/tahun) On-farm 406.985 746.755 822.544 1.743.161 428.404 1.415.385 Off-farm 24.860.885 16.800.000 7.990.999 6.372.343 4.097.948 391.933 Non-farm 9.132.570 13.714.286 10.654.665 53.057.143 4.541.892 20.584.615 Total 34.400.440 31.261.041 19.468.207 61.172.646 9.068.244 22.391.934 ΔI -3.139.399 -41.704.439 -13.323.690

Keterangan: * nilai uang tahun 2010 yang dikonversi menjadi setara dengan nilai uang tahun 2016 Perkembangan kawasan wisata menyebabkan semakin banyak pilihan pekerjaan di sektor non-farm yang dapat dilakukan oleh responden, sehingga responden yang awalnya sama sekali tidak memiliki pekerjaan di sektor ini menjadi memilikinya. Pekerjaan di sektor wisata ini juga menimbulkan efek multiplier

karena dari hasil pekerjaan di sektor wisata, rumahtangga responden dapat menambah variasi sumber penghasilannya baik dari sektor non-farm bahkan juga dari sektor on-farm. Hal ini berdampak pada penghasilan rumahtangga secara keseluruhan. Analisis perubahan penghasilan rumahtangga di Desa Bejiharjo per masing-masing sektor dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Perubahan penghasilan on-farm

Sektor on-farm merupakan sumber penghasilan utama responden di Desa Bejiharjo sebelum terjadi perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata. Seperti halnya di Desa Bedoyo, lahan pertanian milik rumahtangga responden mayoritas ditanam, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian, terbatasnya luas lahan yang dimiliki mengakibatkan tidak semua rumahtangga responden menanam padi di lahan pertaniannya. Setelah terjadi perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata, seluruh responden mengalami perubahan mata pencaharian utama, yang semula aktivitas pertanian merupakan profesi utama beralih menjadi aktivitas di sektor wisata seperti menjadi tour guide, bekerja di kantor penyedia jasa wisata, membuka toko, membuka warung makan, dan sebagainya. Aktivitas pertanian tetap dilakukan namun dijadikan pekerjaan sampingan. Secara produksi, pertanian yang dilakukan rumahtangga di Desa Bejiharjo tidak mengalami perubahan karena mayoritas luasan lahan yang dimiliki tetap sama, namun terdapat juga responden yang luasan lahannya mengalami peningkatan. Selain lahan, beberapa rumahtangga responden juga memiliki kolam sendiri setelah kawasan wisata berkembang. Hal ini membuktikan bahwa penghasilan dari sektor non-farm dimanfaatkan oleh rumahtangga untuk menambah sumber penghasilannya dari sektor on-farm. Lahan pertanian di Desa Bejiharjo juga tidak mengalami pencemaran seperti yang terjadi di Desa Bedoyo, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi rumahtangga

responden. Data penghasilan responden pada sektor on-farm sebelum dan sesudah terjadi perubahan kawasan karst dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10 dapat dilihat nilai penghasilan rumahtangga dari sektor on-farm di Desa Bejiharjo jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai penghasilan on-farm di Desa Bedoyo, hal ini disebabkan rata-rata luas lahan yang dimiliki responden di Desa Bejiharjo tidak lebih luas dari luas lahan yang dimiliki oleh responden di Desa Bedoyo. Kepemilikan lahan responden hanya berkisar dari 500 m2 – 2.500 m2, lahan yang tidak begitu luas ini disebabkan karena biasanya responden mendapatkan lahan dari orangtuanya yang dibagikan pula kepada saudara-saudara mereka sehingga lahan yang didapatkan masing-masing orang hanya memiliki luas yang terbatas. Hasil perhitungan nilai rata-rata perubahan penghasilan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penghasilan rumahtangga pada sektor on-farm. Hal ini disebabkan karena sebagian responden menambah luas lahan pertaniannya dan memiliki kolam. Lahan pertanian dan kolam tersebut dimiliki oleh rumahtangga responden setelah mereka mengalami peningkatan penghasilan dari sektor non-farm yaitu dari sektor wisata. Penghasilan tersebut digunakan oleh responden untuk sektor on-farm sehingga pada sektor ini mereka mengalami peningkatan penghasilan.

2. Perubahan penghasilan off-farm

Sektor off-farm sebagai sumber penghasilan rumahtangga responden di Desa Bejiharjo berasal dari pekerjaan responden sebagai buruh tani, buruh tambak, dan berjualan sayuran di pasar. Pekerjaan di sektor off-farm responden sebelum dan sesudah terjadinya perubahan kawasan karst tidak mengalami perubahan besar, namun beberapa responden memilih untuk meninggalkan pekerjaan sebagai buruh tani dan beralih ke pekerjaan di sektor wisata. Sementara itu pekerjaan sebagai buruh tambak masih dilakukan karena di Desa Bejiharjo sendiri memang terdapat pertambakan milik pemerintah yang mempekerjakan masyarakat setempat sebagai buruh. Pekerjaan tersebut masih menjadi pilihan responden sebagai pekerjaan sampingan selain melakukan kegiatan bertani dan wisata. Data penghasilan responden pada sektor off-farm sebelum dan sesudah terjadi perubahan kawasan karst dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perubahan penghasilan rumahtangga dari sektor off-farm menunjukkan bahwa seluruh rumahtangga responden pada skala ekonomi mengalami penurunan penghasilan karena responden memilih meninggalkan pekerjaan sampingan mereka sebelumnya di sektor off-farm dan beralih ke pekerjaan di sektor non-farm. Pekerjaan di sektor non-farm yang didominasi dengan pekerjaan di sektor wisata memang dirasakan memberikan penghasilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan di sektor off-farm, namun beberapa rumahtangga responden masih melakukan kegiatan off-farm seperti menjual sayur-sayuran dan menjadi buruh tambak disamping melakukan pekerjaan di sektor non-farm. Hal tersebut dilakukan agar variasi sumber penghasilan di dalam rumahtangga semakin banyak sehingga ekonomi rumahtangga tetap stabil dan banyak alternatif penghasilan lain jika ada salah satu sumber penghasilan yang mengalami penurunan atau hilang sekalipun.

3. Perubahan penghasilan non-farm

Perubahan penggunaan kawasan karst menjadi kawasan wisata memberikan pengaruh paling besar pada perubahan penghasilan non-farm rumahtangga responden di Desa Bejiharjo. Berkembangnya kawasan wisata yang semakin pesat membuat rumahtangga responden beralih profesi ke sektor wisata. Mayoritas responden memiliki pekerjaan utama di sektor wisata sebagai tour guide, karyawan di kantor penyedia jasa wisata, hingga membuka toko cinderamata atau minimarket. Selain itu sebagai usaha sampingan mereka membuka homestay, kamar mandi umum, musola umum, bahkan lahan parkir di tempat tinggal mereka. Usaha-usaha sampingan tersebut biasanya dikelola oleh anggota rumahtangga sehingga terdapat tambahan penghasilan untuk rumahtangga. Sebelum terjadi perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata, pekerjaan di sektor non-farm umumnya merupakan kegiatan berdagang dan juga kegiatan sebagai buruh bangunan. Namun kegiatan- kegiatan ini sudah mulai ditinggalkan semenjak kawasan wisata berkembang, pekerjaan di sektor wisata dianggap lebih menjanjikan dan dapat menghasilkan lebih banyak penghasilan untuk rumahtangga.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 10, nilai perubahan penghasilan pada sektor non-farm menunjukkan nilai minus. Hal ini disebabkan karena penghasilan pada sektor non-farm sesudah perubahan kawasan karst lebih tinggi nilainya dibandingkan sebelum terjadi perubahan kawasan karst. Nilai rata-rata perubahan penghasilan rumahtangga pada masing-masing skala ekonomi sangat signifkan. Sektor penghasilan non-farm mengalami peningkatan yang sangat besar sesudah kawasan karst dikembangkan menjadi kawasan wisata. Rumahtangga responden pada skala rendah bahkan mulanya tidak memiliki penghasilan dari sektor non-farm, namun dengan adanya kegiatan wisata maka tersedia pula variasi pekerjaan di sektor non-farm sehingga mereka memiliki penghasilan dari sektor ini. Rumahtangga pada skala lain sebelumnya sudah memiliki pekerjaan non-farm seperti buruh bangunan, supir, hingga memiliki usaha warung, namun penghasilan non-farm setelah terjadi perubahan kawasan karst menjadi kawasan wisata didominasi dari kegiatan yang mendukung kegiatan wisata seperti toko cinderamata, minimarket, warung, homestay, warung makan, dan musola serta kamar mandi umum.

Kawasan wisata Goa Pindul yang semakin berkembang menyebabkan penghasilan yang diterima rumahtangga responden dari sektor non-farm juga semakin meningkat. Hal ini juga membuat mayoritas responden lebih memilih untuk bekerja di sektor wisata karena penghasilan yang dihasilkan jauh lebih besar dari sektor lainnya. Berkembangnya kegiatan wisata di Desa Bejiharjo sangat membantu rumahtangga masyarakat setempat. Selain kesejahteraan yang meningkat, kawasan wisata yang semakin ramai juga memicu terjadinya pembangunan infrastruktur yang semakin memadai, sehingga masyarakat setempat tidak hanya merasakan kesejahteraan finansial saja. Perubahan penggunaan kawasan karst yang terjadi di Desa Bejiharjo dapat dikatakan memberikan dampak yang positif kepada masyarakat setempat. Pengembangan kawasan karst menjadi kawasan wisata merupakan pemanfaatan kawasan karst yang tidak merusak atau mengubah bentukan karst itu sendiri, sehingga kawasan karst di Desa Bejiharjo yang termasuk dalam kawasan lindung geologi tetap terjaga. Tidak adanya kerusakan dan perubahan bentuk karst dapat membantu terjaganya kelestarian kawasan karst sehingga kegiatan pemanfaatan kawasan karst sebagai lokasi wisata dapat

dilakukan secara berkelanjutan. Dengan demikian sebagian besar masyarakat setempat yang bekerja pada sektor wisata tidak akan kehilangan mata pencahariannya, bahkan di masa yang akan datang mungkin saja variasi mata pencaharian akan semakin bertambah. Hal ini juga akan berpengaruh pada struktur penghidupan rumahtangga karena semakin banyak variasi sumber penghasilan yang dimiliki maka akan semakin rendah kerentanan ekonomi sebuah rumahtangga. Nilai kerentanan masing-masing desa akan diketahui pada analisis kerentanan rumahtangga menggunakan metode Livelihood Vulnerability Index (LVI).

Change in Productivity (CiP)

Perubahan penggunaan kawasan karst telah memberikan dampak bagi masyarakat di masing-masing lokasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, sektor pertanian merupakan salah satu mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat di kedua desa. Menurut Suhartono (2004), kendati hidup dalam kondisi klimatologis yang tidak bersahabat dan lahan yang kering, sebagian besar masyarakat di kawasan Karst Gunungsewu berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dari dari aktivitas pertanian tegalan. Oleh karena itu, di kawasan ini variasi jenis tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman yang tidak membutuhkan irigasi (padi gogo, kacang tanah, jagung, ketela, jejawut, dan lain- lain).

Perubahan penggunaan kawasan karst telah menyebabkan terjadinya perubahan pada salah satu mata pencaharian masyarakat yang berada pada sektor

on-farm ini, yaitu kegiatan pertanian. Hal ini memicu terjadinya perubahan pada produktivitas lahan dan produksi pertanian yang dihasilkan oleh rumahtangga responden di masing-masing desa. Sub-bab ini akan menganalisis perubahan produktivitas tanaman padi yang terjadi di masing-masing desa akibat perubahan penggunaan kawasan karst dengan metode change in productivity. Metode ini dilakukan dengan cara menghitung nilai produksi tanaman padi yang didapat dari hasil panen dalam satu tahun. Lahan pertanian baik di Desa Bedoyo maupun Desa Bejiharjo merupakan lahan tegalan karena berada pada daerah perbukitan yang kering sehingga padi yang ditanam adalah varietas padi gogo atau padi yang hanya bisa panen satu kali dalam setahun.

Dokumen terkait