• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Politik Etis Dalam Bidang Pendidikan

Con to h Ma jalah H et Licht/Al-Nur Jo ng Islamieten Bo nd

5. Dampak Politik Etis Dalam Bidang Pendidikan

Seperti yang telah di paparkan sebelumnya politik etis yang dijalankan oleh pemerintah Belanda yang oleh Van Deventer dikonsepsikan dalam wujud irigasi, edukasi dan emigrasi ini berdampak pada perubahan pola pikir masyarakat pribumi. Salah satu yang terpenting adalah pada bidang pendidikan yang didirikan oleh pemerintah Belanda, dimana dalam bidang ini yang awalnya pemerintah Belanda bertujuan untuk membentuk masyarakat pribumi sebagai pegawai pemerintah rendah yang memiliki loyalitas tinggi terhadap pemerintah ternyata semakin lama malah bisa dibilang menjadi bumerang terhadap pemerintahan belanda itu sendiri.

Pendidikan yang dibangun oleh pemerintah Belanda di bawah Van Deventer diawali dengan pembentukan sekolah-sekolah untuk masyarakat pribumi, tujuannya seperti yang sudah di paparkan sebelumnya, yakni memberikan pendidikan kepada masyarakat pribumi tentang tradisi yang paling baik dari Barat yang nantinya diharapkan bagi yang bersekolah di sekolah yang didirikan pemerintah itu, mereka menjadi tokoh penting yang berpengaruh luas dalam masyarakat Indonesia< !--[if !supportFoo tnotes]-->[1 4]<!--[endif]-->. Meskipun demikian, sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda ternyata dibatasi. Batasannya adalah pada pemberian kesempatan sekolah kepada masyarakat elit pribumi.

Sebelum politk etis di bentuk, yakni pada masa VOC memegang kendali atas pemerintahan di Indonesia ternyata telah dikenal sistem pendidikan. Namun, ternyata jauh sebelumnya yakni pada masa sebelum politik, di Indonesia telah mengenal sistem pendidikan. Untuk itu sebelum kita masuk pada pembahasan mengenai pendidikan masa penjajahan Belanda, kita perlu mengetahui pendidikan sebelum masuknya penjajahan Belanda, yakni pada masa pemerintahan VOC. a. Pendidik an dan Pe ngajaran Sebelum Politik Etis

Periode VOC (16 00 – 18 00)

Pada tahun 1602 Belanda mendirikan VOC badan usaha ini merupakan persekutuan dagang Belanda yang merebut penjajahan Portugis di Nusantara

Timur dan menetap di tempat itu. Kemudian, di dalam rapat kapal – kapal perdagangan VOC atau kompeni membawa pendeta – pendeta yang akan menyebarkan agama Kristen P rotestan. Dengan kegiatan penyebaran agama ini, selanjutnya berdirilah sekolah – sekolah. Adapun tujuan didirikannya sekolah - sekolah tersebut yaitu sebagai upaya penyebaran Agama Kristen P rotestan. Materi yang diajarkan, yaitu membaca alkitab, agama kristen, menyanyi, menulis dan menghitung.

Sehubungan dengan VOC, Maluku yang merupakan pusat rempah – rempah dan merupakan persekutuan dagang dengan Belanda maka mereka mendirikan sekolah – sekolah dan gereja di Maluku dan Ambon. Namun, di Pulau Jawa tidak terdapat sekolah – sekolah dan gereja dalam jumlah yang sangat banyak seperti yang terdapat di Maluku. Pada tahun 1617, barulah didirikan sekolah yang pertama di Jawa tepatnya di Batavia dengan nama De Batraviasche School. Sekolah ini memiliki tujuan agar dapat menghasilkan tenaga – tenaga yang cakap dan kelak dapat di pekerjakan pada pemerintahan, administrasi dan gereja<!--[if !suppo rtFootnote s]--> [15]<!--[e ndif]-->. P ara tenaga pengajarnya pun di datangkan dari negeri Belanda dan siswanya terdiri dari anak – anak Belanda Indo. Sekolah ini pun tidak di perbolehkan bagi orang bumi putera dan orang – orang asing lain seperti orang Cina.

Dengan demikian, banyak sekali permasalahan yang timbul dalam dunia pendidikan pada periode ini, diantaranya seperti :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Ada perbedaan dalam penyelenggaraan pendidikan. Artinya, ada sekolah – sekolah rendah eropa dengan Bahasa pengantar Belanda dan sekolah rendah pribumi (kristen) dengan bahasa pengantar melayu dan portugis.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Pendirian sekolah tidak merata, hal ini disebabkan karena di tempat itulah pusat rempah – rempah. Sekolah kejuruan tidak diselenggarakan sama sekali sebab belum terniatoleh mereka untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi rakyat.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Juga ada kesedihan bagi rakyat yang menganut agama Kristen Katolik. Hal ini disebabkan karena VOC mengusir paderi – paderi dan gereja – gereja. Oleh karena itu, sekolah – sekolah Katolik ditutup.

Periode Pe njajahan Be landa (18 00 -1 90 0)

Pada abad 18 menjelang abad 19 VOC mengalami kemunduran sehingga tidak dapat lagi berfungsi sebagai lembaga yang mengatur pemerintah dan masyarakat di daerah Hindia Belanda. Pemerintahan diserahkan kepada pemerintah Belanda yang kemudian dalam pengaturan masyarakat dan pemerintahan akan dilakukan sendiri oleh pemerintah Belanda langsung. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan pun akan berubah dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->pemerintah berusaha untuk tidak memihak salah satu agama tertentu.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->tidak di usahakan untuk hidup secara selaras dengan lingkungannya tetapi lebih ditekankan agar anak didik dikemudian hari dapat mencari pekerjaan demi kepentingan colonial.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->sistem persekolahan disusun menurut adanya perbedaan lapisan social yang ada dalam masyarakat Indonesia, khususnya yang ada di pulau jawa.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->pada umumnya pendidikan diukur dan diarahkan untuk membentuk suatu golongan elit social agar dapat dipakaki sebagai alat bagi kepentingan atau nkeperluan supremasi politik dab ekonomi Bel;anda di Indonesia< !--[if !supportFoo tnotes]-->[16 ]<!--[e ndif]-->.

Sistem persekolahan di dasarkan kepada keturunan atau kelas sosial yang ada. Dan pengecualian menurut hukum pada tahun 1848, yaitu :

<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Golongan Eropa, yang disamakan dengan eropa dan golongan bumiputera.

<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Golongan Bumiputera; dalam golongan ini penduduk di bagi lagi menurut status sosialnya, yaitu :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]--> Golongan bangsawan / aristokrat, <!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Golongan pimpinan adat,

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]--> Golongan pimpinan agama, dan <!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Golongan Rakyat biasa.

Disamping itu, pelaksanaan pendidikan tidak berdasarkan dan tidak memihak salah satu agama. A dapun jenis jenis sekolah yang ada pada masa itu, antara lain : <!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Rendah Eropa (europesche lager school / ELS) yang didirikan pada tahun 1818.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Gadis pertama yang mempunyai asrama, didirikan pada tahun 1827.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Dokter Jawa dengan ama belajar dua tahun setelah tamat SD lima tahun, didirikan pada tahun 1854.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Guru Negeri di Surakarta, didirikan pada tahun1854 dengan lama belajar tiga tahun.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Warga Negara Tinggi (Hoogere Burger School / HBS), didirikan pada tahun 1867, dengan lama belajar lima tahun dan

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Tondano, sekolah dasar khusus yang disebut sekolah raja yang didirikan pada tahun 1865 dan 1872.

Masalah pendidikan yang muncul pada periode ini, adalah :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan pendidikan yang tidak dinyatakan dengan tegas.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Bangsa Indonesia tidak mendapatkan hak yang sama denga orang Belanda.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Tujuan sekolah bukanlah untuk mendidik rakyat, bukan pula untuk mempertinggi taraf penghidupan rakyat, melainkan hanya untuk kepentingan kaum penjajah.

b. Pendidik an dan Pengajaran Pada Saat Politik Etis

Diseluruh dunia terdapat perkembangan dan pembaruan di bidang politk, ekonomi, dan ide–ide. Hal ini mendorong pemerintah Belanda untuk memberikan lebih banyak lagi kesempatan anak bumi putera untuk menerima pendidikan. Atas dasar itulah, timbul suatu aliran di kalangan bangsa Belanda yang terkenal sebagai politik etis (etiche politiek). Aliran ini dicetuskan oleh Van Deventer dengan semboyan “Hutang Kehormatan”. Akhirnya, aliran ini terkenal dengan slogan edukasi, irigasi, dan emigrsi.

Selain Van Deventer, ada pula Snouck Hourgroje, tokoh Belanda yang mendukung pemberian pendidikan kepada aristrokat Bumiputera. Menurut balai pustaka jenis sekolah yang ada, antara lain :

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pendidikan Rendah (lager Onderwijs) Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkat sekolah dasar menggunakan dua sistem pokok, yaitu :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pendidikan lanjutan / Pendidikan menengah (Midleboar Onderwijs)

Sebenarnya terdapat satu jenis sekolah lanjutan menurut sistem persekolahan Belanda di golongan sekolah dasar, yaitu sekoilah dasar yang lebih luas (Meer Vitgebreld lagere Onderwijs) atu MULO yang berbahasa pengantar bahasa Belanda, denag lama sekolah antara tiga sampai empat tahun.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah menengah Umum (Algemeene Middlebares School atau AMS) merupakan kelanjutan dari MULO yang berbahasa Belanda dan diperuntukkan untuk golongan Bumiputera dan Timur Asing dengan lama belajar tiga tahun. AMS terdiri dari 2 jurusan yaitu :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bagian A, P engetahuan Kebudayaan. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Bagian B, P engetahuan Alam.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sekolah Warga Negara Tinggi (Hooger Burger School atau HBS). Sekolah ini disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan Bumiputera, atau tokoh – tokoh terkemuka.bahasa pengantar yabg dipakai yaitu bahasa Belanda dan berorientasi ke Eropa barat, khususnya Belanda. Lama sekolah antara tiga dan lima tahun.

Selain sekolah lanjutan Belanda juga mendirikan sekolah kejuruan sebagai bagian dari pelaksanaan politik etis. Adapun jenis – jenis sekolah kejuruan yang ada sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Sek olah Pe rtukangan ( Ambachts Lee rg ang)

Sekolah ini berasal dari sekolah Pekerjaan Tangan (Hondwerk School) dan Sekolah Kerajinan Tangan (Njverheid School) yang pertama didirikan pada tahun 1881. sekolah ini berbahasa pengantar Belanda, sedangkan lama sekolah tiga tahun dan bertujuan untuk mendidik dan mencetak mandor (werkbaas).

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Se ko lah Te knik (Technish Onderwijs) 162

Sekolah ini merupakan kelanjutan dari Ambachts School, berbahasa pengantar Belanda dan lama sekolah tiga tahun. Yang mula – mula didirikan adalah Koningin Wihelmina School pada tahun 1906 di Jakarta.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pe ndidikan Dag ang (Handels Onderwijs)

Tujuan dari pendirian Sekolah Dagang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perusahaan – perusahaan Eropa yang berkembang dengan pesat.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pe ndidikan Pertanian (Landbauw Ode rwijs)

Tahun 1911 mulai didirikan Sekolah Pertanian (Cultuur School yang tediri dari dua jurusan yaitu pertanian dan kehutanan. Sekolah ini menerima lulusan Sekolah Dasar yang berbahasa pengantar Belanda. Lama belajar adalah tiga sampai empat tahun dan bertujuan untuk menghasilkan pengawas – pengawas pertanian & kehutanan.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pe ndidikan ke juruan Ke wanitaan (Me isjes Vok onderwijs)

Pendidikan ini dipengaruhi oleh gagasan – gagasan R.A. Kartini maka pemerintah mulai memberikan perhatian kepada bidang ini. Pada tahun 1918 didirikan Sekolah Kepandaian P utri (Lagere Nijverheidschool voor Meisjes). Sekolah sejenis yang didirikan oleh swasta dinamakan Huishoudschool (Sekolah Rumah Tangga) lama belajar tiga tahun. Disamping itu, ada sekolah Van Deventer yang memberiokan pendidikan keputrian yang berorientasi Eropa (Belanda). Sekolah Van Deventer memberikan juga pendidikan untuk menjadi guru Sekolah Taman Kanak – Kanak (Frobel Onderwijs).

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pendidikan Ke guruan (Kweek school).

Lembaga keguruan ini merupakan lembaga tertua dan sudah ada sejak permulaan abad kesembilan belas. Sekolah Guru Negeri yang pertama didirikan pad tahun 1851 di Surakarta. Sebelum itu, pemerintah telah menyelenggarakan kursus – kursus guru yang diberi nama Normal Cursus yang dipersiapkan untuk menghasilkan guru – guru Sekolah Desa.

Pada abad ke dua puluh para kalangan penganjur politik etis mengemukakan gagasan mereka untuk segera membentuk Pendidikan Tinggi(Hooger Onderwijs). Dan pada trahun 1910 didirikan Perkumpulan Universitas Indonesia (Indische Universiteits Veriniging) yang bertujuan untuk mendirikan pendidikan tinggi, baik melalui pemerintah maupun swasta.Adapun pendidikan tinggi ini meliputi tiga bidang keahlian sebagai berikut.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pe ndidikan Ting gi Kedokteran

Lembaga pendidikan ini di Indonesia dimulai dari Sekolah Dokter Djawa yang didirikan pada tahun 1851. lama belajar dua tahun, setelah tamat dari sekolah dasar lima tahun. Bahasa pengantar bahasa melayu dan pada tahun 1913 Sekolah Dokter Djawa diubah namanya menjadi STOVIA. Pada tahun 1913 disamping STOVIA di Jakarta didirikan pula Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS) di Surabaya yang syarat dan lama belajarnya sama

Pendidikan Tinggi Hukum dimuli dari Sekolah Hukum (Rechtsschool) yang didirikan pada tahun 1909. sekolah ini menerima lulusan ELS dan lama pendidikan tiga tahun serta berbahasa pengantar bahasa Belanda.

<!--[if !supportLists]-->o <!--[endif]-->Pe ndidikan Ting gi Tek nik

Pada tahun 1920 pemerintah benarr – benar mendirikan pendidikan tinggi pertama yang betul – betul memenuhi syarat sebagai perguruan tinggi . tetapi pada periode ini masih terdapat masalah pendidikan , antara laihn :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Masalah semua rakyat Indonesia belum memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pendidikan.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Mata pelajaran yang diperuntukkan untuk Pribadi di sekoilah rendah Bumiputera bertendensi untuk menjadikan bangsa Indonesia mempunyai rasa harga diri kurang dan tida mendidik supaya menjadi anak yang cerdas.

<!--[if !supportLists]-->5 . <!--[endif]-->Ke simpulan

Politik etis sebagai politik balas budi atau hutang kehormatan yang di buat oleh pmerintah kolonial Belanda ternyata menimbulkan suatu kemajuan dan abad pencerahan bagi Bangsa Indonesia yang mendapat pendidikan, selain itu pula sebagai suatu politik boomerang bagi Bangsa Belanda karena tealh menelurkan para golongan terpejar yang kemudian menjadi suatu bola salju yang menghantam pemerintahan Belanda. Hal itu bisa kita lihat dalam dinamika dan perkembangan sekolah yang semakin tahun semakin banyak bidang dan kuantitas jumlahnya bagi penduduk pribumi.

Perkembangan pendidikan pun menjadikan banyak masyarakat pribumi yang tidak lagi buta huruf dan mendapat pendidikan untuk mengetahui ilmu pengetahuan tidak hanya ilmu pengetahuan tentang agama saja namun juga ilmu pengetahuan umum, yang sebelumnya hanya ada lembaga pendidikan pesantran saja kemudian timbul sekolah-sekokah umum, baik yang berupa buatan Belanda maupun Indonesia seperti Tanam Siswa dll.

DAFTAR PUSTAKA

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[endif] -->M. C. Ricklefs. Seja rah In do nesia Mod ern 12 00 -2 00 4. Jakarta: Serambi, 2005.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ en dif]-->Robert van Niel. Mun cu ln ya Elit Mod ern Ind onesia . Jakarta: P ustaka Jaya, 1984.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ en dif]-->Sartono Kartodirdjo. Peng an ta r Seja ra h In do nesia: Sejarah Pergerak a n Nasion al. Jakarta: Granmedia Pustaka Utama, 1993.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ endif] -->Bernard H.M. Vleke. Nu sa ntara Seja ra h Ind onesia . Jakarta: KP G, 2008.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ en dif]-->Marwati Djoened Poesponegero, Nugroho Nototsusanto. S ejarah Na sio na l In do neisa V. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ endif] -->Redaksi Kompas. Menjad i Ind onesia . Jakarta: Kompas, 1987.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ endif] -->H. Baudet, I.J. Brugmans (ed). Politik Etis da n Revolusi Kemerdek aa n. Jakarta: Yayasan Obor, 1987.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ e ndif] -->Sumarsono Mestoko, Pend idik a n d i In do nesia d ari Jaman k e Jama n. Jakarta : Balai Pustaka,1986.

< !--[ if !supportLists] -->- < !--[ endif]-->

http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/12/politik-etis-dan-kondisi-umum-indonesia-pada-awal-abad-ke-20/ (hal.2) < !--[ if !supportFootnotes] -->

< !--[ endif] -->

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 1 ]< !- -[e ndif]- -> Redaksi Kompas. men jadi Ind onesia, (Jakarta: Obor, 1987), hl. 180.

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 2 ] < !-- [e ndif]- -> Istilah politik kehormatan adalah istilah yang di buat oleh Abendanon dalam tulisanya di majalah De Gies yang intinya mengkritik kebijakan yang di buat oleh pemerintah Belanda.

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 3 ] < !-- [e ndif]- -> Sartono Kartodirdjo, Penga ntar Sejara h Ind onesia b aru : S ejarah Perg erak an Na siona l, (Jakarta: Granmedia. 1993), hl. 3.

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [4 ]< !- -[ endif] - -> Ib id., hl. 13.

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [5 ]< !- -[ endif] - -> Ib id., hl. 1 5.

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [6] < !-- [ endif] -- > Nugroho Notosusanto, Seja ra h Na sional Indo nesia V, (Jakarta: Balai Pustaka. 1994), hl. 5.

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [7 ]< !--[ endif] -- > B.H.M. Vleke, Nusantara S ejarah Nusan tara, (Jakarta: KP G. 2008), hl. 348.

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [8 ]< !--[ endif] - -> Van Niel, Mu nculn ya Elit Mod ern Ind on esia, (Jakarta: P ustka Jaya. 1984), hl. 53.

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 9 ] < !-- [e ndif]- -> Sartono Kartodirdjo. Op.Cit., hl. 31.

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 1 0] < !-- [ endif] -- > Nugroho Notosusanto. Op .Cit., hl. 35.

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [1 1] < !-- [e ndif]- - > Ibid., hl. 42-43.

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 1 2] < !-- [ endif] -- > H. Baudet, I.J. Brugmans (ed), Politik Etis dan Revolusi Kemerd ek aan , (Jakarta : O bor. 1987), hl. 176.

< !- -[if !supportFootnote s] -- > [ 1 3] < !-- [e ndif]- -> M.c.Ricklefs, Op.Cit., hl. 329-330.

< !--[ if !supportFootnotes]- -> [1 4] < !- -[endif]- ->

http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/12/politik-etis-dan-kondisi-umum-indonesia-pada-awal-abad-ke-20/ (hal.2)

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [1 5] < !- -[endif]- -> Sumarsono Mestoko, Pendid ik an d i Ind on esia da ri Ja ma n k e Ja man (Jakarta : Balai Pustaka), 1986. hal 77

< !- -[if !supportFootnotes]- -> [1 6] < !-- [e ndif]- - > Ibid. hal 86

Sumber: Kong. t. t. ”Dinamikanisasi P endidikan dan P erkembangan Sekolah” http://www.roll-k on g.blog spot.co m/Dina mika nisasi-Pend idik a da n-Perk emba nga n-Sek o lah diakses tanggal 1 Maret 2010.