• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. SIMULASI DAN PERAMALAN

6.2. Simulasi Kebijakan Historis

6.2.3. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Produk Domestik

Tabel 57 menunjukkan dampak berbagai simulasi kebijakan terhadap produk domestik regional bruto menurut sektor ekonomi. Peningkatan DAU (skenario 1 dan 3) secara umum berdampak positif terhadap PDRB semua

sektor ekonomi, meskipun secara relatif, dampak terbesar dirasakan pada sub sektor perkebunan dan sektor jasa. Sementara itu peningkatan alokasi DAU yang diikuti dengan peningkatan pajak daerah ternyata secara keseluruhan berdampak negatif terhadap perekonomian secara total. Dampak crowding out dari pajak daerah bahkan lebih besar dibandingkan dampak positif dari peningkatan DAU.

Hal ini tercermin dari adanya penurunan PDRB total dan semua sektor ekonomi kecuali sektor industri. Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah berdampak negatif terhadap perekonomian daerah. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa peraturan daerah yang terkait dengan pajak daerah banyak yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi, karena tumpang tindih atau bertentangan dengan peraturan lain yang lebih tinggi. Banyak peraturan daerah berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah yang dibatalkan baik oleh Kementerian Dalam Negeri maupun Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah lebih pada upaya intensifikasi pajak dibandingkan dengan ekstensifikasi, dengan mengembangkan perekonomian sehingga penerimaan pajaknya meningkat. Tabel 57. Dampak Peningkatan Komponen PAD dan Dana Perimbangan

Terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Variabel Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5

Jml PNS 125 382 0.45 1.19 0.56 0.10 0.00 PDB Pang Horti 4 710 795 0.24 -0.08 0.31 0.10 0.12 PDB Perkbnan 1 800 512 1.00 -0.32 1.28 0.44 0.50 PDB Pertanian 7 676 776 0.38 -0.12 0.49 0.17 0.19 PDB Industri 11 294 145 0.04 0.34 0.05 0.27 1.17 PDB Jasa 14 507 855 0.74 -0.38 0.95 0.39 -0.01 PDB Pang hort, Bun 6 511 308 0.45 -0.14 0.57 0.20 0.22 PDB Non Pert 34 025 719 0.33 -0.05 0.42 0.25 0.39 PDB Total 41 702 495 0.34 -0.06 0.43 0.24 0.35 Keterangan:

Sim 1 : Dana Alokasi Umum Naik 10 persen

Sim 2 : Dana Alokasi Umum dan Pajak Daerah Naik 10 persen

Sim 3 : Dana Alokasi Umum untuk Jawa dan Sumatera Naik 5% dan Lainnya naik 15% Sim 4 : Dana Bagi Hasil SD dan Pajak Naik 10 persen

Sim 5 : Dana Alokasi Khusus naik 15 persen

Dari skenario kebijakan yang berpihak pada Kawasan Timur Indonesia, yaitu dengan memberikan peningkatan DAU lebih besar untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, dibandingkan dengan

Sumatera dan Jawa (skenario 3), akan membawa dampak positif yang lebih besar dibandingkan alokasi yang merata seperti skenario 1. Dengan demikian kebijakan percepatan pertumbuhan pada wilayah-wilayah yang relatif tertinggal akan membawa dampak positif terhadap perekonomian secara keseluruhan. Hasil ini mendukung Konsep percepatan pembangunan yang didasarkan pada potensi dan sumberdaya wilayah sebagaimana tertuang dalam MP3EI.

Sementara itu, skenario kebijakan peningkatan dana bagi hasil pajak dan sumberdaya kepada daerah (skenario 4), juga membawa dampak positif, bahkan paling besar terhadap PDRB secara keseluruhan. Dari uraian sebelumnya, peningkatan dana bagi hasil juga menambah keuangan daerah lebih sehat, dan mengurangi ketergantungan fiskal kepada pusat. Peningkatan dana bagi hasil ini dapat ditempuh dengan meningkatkan presentase penerimaan daerah dari hasil pajak pusat atau pengelolaan suberdaya alam (tambang, minyak dan gas bumi, perikanan dan kehutanan) yang bersumber dari suatu daerah.

Peningkatan alokasi DAK sebesar 15 persen, secara umum juga berdampak positif terhadap PDRB semua sektor kecuali sektor jasa. Dilihat dari indikator PDRB total, peningkatan DAK 15 persen (skenario 5) akan meningkatkan PDRB sama besar dengan peningkatan DAU 10 persen (skenario 1), dimana secara nominal peningkatan DAU 10 persen lebih besar jumlahnya dengan peningkatan DAK 15 persen. Relatif lebih rendahnya efetivitas DAU dalam mendorong perekonomian dibandingkan dengan DAK karena sebagian besar alokasi DAU untuk pemenuhan kebutuhan rutin, sementara DAK lebih fokus pada pembiayaan program. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bila menghendaki pengeluaran pemerintah lebih efektif mendorong PDRB maka alokasi pembangunan perlu ditingkatkan.

Skenario kebijakan realokasi 10 persen dari pengeluaran rutin secara merata pada pengeluaran pembangunan semua sektor ekonomi dalam porposi yang sama, (skenario 6) tanpa adanya tambahan sumber penerimaan daerahpun, telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi 1.63 persen (Tabel 58). Dengan realokasi 10 persen pengeluaran rutin saja perekonomian daerah akan meningkat sebesar 1.63 persen. Dampak tersebut paling besar dirasakan pada sektor pertanian, terutama sub sektor perkebunan, yang mampu tumbuh 4.8 persen. Namun penurunan anggara rutin akan mengurangi jumlah pegawai negeri sipil daerah, karena alokasi anggaran untuk pegawai menjadi terbatas.

Tabel 58. Dampak Realokasi Anggaran Rutin, Dana Dekonsentrasi, dan Pengeluaran Daerah pada Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Variabel Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 6 Sim 7a Sim 7b Sim 8 Sim 9

Jml PNS 125 382 -0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 PDB Tan Pang Horti 4 710 795 1.15 0.27 0.74 0.53 1.19 PDB Perkbnan 1 800 512 4.80 2.62 4.59 2.23 6.43 PDB Pertanian 7 676 776 1.83 0.78 1.53 0.85 2.24 PDB Industri 11 294 145 3.48 0.00 0.00 0.00 0.00 PDB Jasa 14 507 855 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 PDB Pang hort, Bun 6 511 308 2.16 0.92 1.81 1.00 2.64 PDB Non Pert 34 025 719 1.58 0.00 0.00 0.00 0.00 PDB Total 41 702 495 1.63 0.14 0.28 0.16 0.41 Keterangan:

Sim 6 : Realokasi 10 persen anggaran rutin ke anggaran pembangunan semua sektor Sim 7 : Dana dekonsentasi Kementan Naik 10 persen (7b: pengeluaran daerah sektor

pertanian di set tidak berubah)

Sim 8 : Pengeluaran daerah pada sektor pertanian naik setara 10% Dana Dekon TP Sim 9 : Gabungan simulasi 7 dan 8

Dari Tabel 58 juga menunjukkan dampak skenario 7, 8, dan 9, yaitu perubahan anggaran pada sektor pertanian, yang bersumber dari dana dekonsentrasi Kementerian Pertanian dan pengeluaran pembangunan sektor pertanian dari pemerintah daerah, dengan perubahan relatif yang sama, yaitu masing-masing meningkat setara dengan dana dekonsentrasi 10 persen. Dengan peningkatan secara relatif yang sama, dampak relatif pengeluaran daerah sektor pertanian (skenario 8) terhadap PDRB sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan peningkatan dana dekonsentrasi Kementeria Pertanian (skenario 7a). Bila dilihat antar sub sektor menunjukkan fenomena yang berbeda. Pada sektor perkebunan, dampak peningkatan dana dekonsetrasi dan tugas pembantuan lebih besar, sementara sebaliknya pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura.

Bila dilakukan restriksi, pada pengeluaran daerah pada sektor pertanian tidak berubah dengan peningkatan dana dekonsentrasi (skenario 7b), maka dampak terhadap PDRB sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pengeluaran pembangunan sektor pertanian. Dengan demikian, dalam kondisi tanpa restriksi PDRB sektor pertanian lebih sensitif terhadap perubahan relatif pengeluaran pemerintah daerah sektor pertanian dibandingkan dengan dana dekonsentrasi. Hal ini disebabkan karena adanya respon

penurunan pada pengeluaran pembangunan daerah apabila dana dekonsentrasi meningkat, sementara bila anggaran pembangunan pertanian daerah meningkat, dana dekonsentrasi tidak terpengaruh, sehingga secara keseluruhan anggaran sektor pertanian akan lebih besar.