• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. SIMULASI DAN PERAMALAN

6.3. Hasil Simulasi Menurut Wilayah

Perbedaan struktur ekonomi, perilaku pemerintah daerah dalam pengeloaan APBD dan juga respon swasta akan berdampak pada perbedaan dampak simulasi kebijakan antar wilayah. Pada bagian bab ini akan dibahas dampak dari berbagai simulasi kebijakan tersebut terhadap pendapatan, pengeluaran, PDRB dan juga kemiskinan antar wilayah, yang meliputi lima wilayah, yaitu: Sumatera, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sulawesi, serta Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tabel 63 menunjukkan hasil simulasi kebijakan peningkatan pendapatan daerah menurut wilayah.

Tabel 63. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Penerimaan Daerah Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 1-5.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sumatera

a. Pend Asli Daerah 832 436 0.25 31.72 -0.58 0.48 -0.14 b. Perimbangan 4 497 950 -0.45 -0.51 -3.14 1.78 -0.35 c. Kapasitas Fiskal 2 318 265 0.10 11.38 -0.21 3.74 -0.07 d. Total Penerimaan 7 255 528 -0.25 3.32 -2.02 1.16 -0.24

2. Jawa dan Bali

a. Pend Asli Daerah 3 244 876 1.48 25.13 0.96 -0.17 0.06 b. Perimbangan 7 647 038 10.97 10.88 7.11 -1.48 0.49 c. Kapasitas Fiskal 4 789 225 1.03 17.04 0.67 -2.55 0.06 d. Ttl Penerimaan 13 769 446 6.44 11.96 4.17 -0.86 0.29

3. Kalimantan

a. Pend Asli Daerah 906 387 3.22 38.87 4.05 3.48 0.28 b. Perimbangan 4 500 904 10.62 10.54 13.47 18.59 0.75 c. Kapasitas Fiskal 2 760 052 1.10 12.79 1.38 32.10 0.14 d. Total Penerimaan 7 489 564 6.77 11.04 8.58 11.59 0.48

4. Sulawesi

a. Pend Asli Daerah 360 133 2.24 41.51 4.02 -0.80 0.80 b. Perimbangan 3 004 039 3.49 3.44 7.21 -2.60 1.42 c. Kapasitas Fiskal 710 632 1.18 21.05 2.12 -11.60 0.59 d. Total Penerimaan 3 993 120 2.83 6.33 5.79 -2.03 1.14

5. Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

a. Pend Asli Daerah 327 456 3.71 24.94 5.89 0.85 1.55 b. Perimbangan 3 360 470 4.90 4.89 8.61 1.80 2.01 c. Kapasitas Fiskal 770 596 1.65 10.65 2.60 8.45 0.97 d. Total Penerimaan 5 248 205 3.37 4.69 5.88 1.21 1.38 Keterangan:

Sim 1 : Dana Alokasi Umum Naik 10 persen

Sim 2 : Dana Alokasi Umum dan Pajak Daerah Naik 10 persen

Sim 3 : Dana Alokasi Umum untuk Jawa dan Sumatera Naik 5% dan Lainnya naik 15% Sim 4 : Dana Bagi Hasil SD dan Pajak Naik 15 persen

Peningkatan DAU secara merata sebesar 10 persen pada semua wilayah terutama berdampak pada peningkatan dana perimbangan dan total penerimaan daerah yang berbeda antar wilayah. PAD juga mengalami peningkatan, namun relatif kecil. Dampak terhadap peningkatan dana perimbangan dan penerimaan daerah, terbesar terjadi di wilayah Jawa dan Bali serta wilayah Kalimantan. Sementara dampak terkecil terjadi di wilayah Sumatera. Struktur penerimaan pemerintah daerah diduga memiliki kontribusi besar sebagai penyebab perbedaan antar wilayah tersebut.

Tabel 64. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Penerimaan Daerah Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 6-9.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 9

1. Sumatera

a. Pend Asli Daerah 832 436 -3.48 0.01 0.01 0.02

b. Perimbangan 4 497 950 0.40 0.01 0.01 0.02

c. Kapasitas Fiskal 2 318 265 -1.12 0.02 0.03 0.05

d. Total Penerimaan 7 255 528 -0.15 0.00 0.01 0.01 2. Jawa dan Bali

a. Pend Asli Daerah 3 244 876 0.94 0.00 0.00 0.00

b. Perimbangan 7 647 038 0.17 0.00 0.00 0.01

c. Kapasitas Fiskal 4 789 225 0.83 0.01 0.00 0.02

d. Total Penerimaan 13 769 446 0.32 0.00 0.00 0.00 3. Kalimantan

a. Pend Asli Daerah 906 387 -1.24 0.01 0.04 0.05

b. Perimbangan 4 500 904 0.32 0.01 0.03 0.04

c. Kapasitas Fiskal 2 760 052 -0.23 0.02 0.08 0.10

d. Total Penerimaan 7 489 564 0.04 0.01 0.03 0.03 4. Sulawesi

a. Pend Asli Daerah 360 133 -6.15 0.02 0.02 0.05

b. Perimbangan 3 004 039 0.54 0.01 0.01 0.02

c. Kapasitas Fiskal 710 632 -2.85 0.08 0.08 0.16

d. Total Penerimaan 3 993 120 -0.15 0.01 0.01 0.02 5. Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

a. Pend Asli Daerah 327 456 -2.74 0.02 0.02 0.04

b. Perimbangan 3 360 470 0.38 0.01 0.01 0.01

c. Kapasitas Fiskal 770 596 -0.50 0.05 0.05 0.10

d. Total Penerimaan 5 248 205 0.07 0.01 0.01 0.01

Keterangan:

Sim 6 : Realokasi 10 persen anggaran rutin ke anggaran pembangunan semua sektor Sim 7 : Dana dekonsentasi Kementan Naik 10 persn

Sim 8 : Pengeluaran daerah pada sektor pertanian naik setara 10% Dana Dekon TP Sim 9 : Gabungan simulasi 7 dan 8

Kombinasi simulasi peningkatan pajak daerah dan DAU (skenario 2) memiliki dampak paling besar terhadap penerimaan daerah dan kapasitas fiskal daerah pada semua wilayah, dengan dampak terbesar terjadi di Jawa dan Bali. Sementara itu, kebijakan peningkatan DAU yang berpihak pada kawasan timur, secara nyata dapat mengubah peta peningkatan penerimaan daerah, dimana penerimaan daerah di Wilayah Kalimantan, Sulawesi, serta Nusa Tenggara, Maluku dan Papua meningkat lebih besar dibandingkan pada skenario pertama. Sementara untuk Jawa dan Bali serta Sumatera terjadi peningkatan yang lebih kecil.

Dari Tabel 64 dapat terlihat, untuk skenario peningkatan DAK, tidak banyak berpengaruh terhadap penerimaan daerah, meskipun terdapat fenomena berbeda untuk Sumatera, ada kecenderungan terjadi penurunan penerimaan asli daerah, dana perimbangan dan akhirnya penerimaan daerah (Tabel 64). Simulasi kebijakan realokasi anggaran rutin ke pembangunan, peningkatan dana dekonsentrasi dan pengeluaran daerah sektor pertanian relatif tidak berdampak terhadap unsur penerimaan daerah. Meskipun demikian, realokasi pengeluaran rutin, disikapi secara berbeda antar wilayah. Untuk Sumatera, cenderung menyebabkan penurunan PAD dan dana perimbangan, sementara di wilayah lainnya justru berdampak sebaliknya.

Tabel 65 dan 66 menunjukkan dampak berbagai kebijakan terhadap pengeluaran daerah. Pengeluaran pemerintah daerah terutama merespon penerimaan dan juga kebutuhan daerah. Dari lima skenario yang meningkatkan penerimaan daerah dari berbagai sumber secara umum berdampak posisif terhadap pengeluaran total pada semua wilayah, meskipun besarannya beragam. Untuk peningkatan DAU, atau DAU disertai pajak daerah dan DAU yang lebih besar pada kawasan timur, secara relatif berdampak paling besar terhadap pengeluaran daerah di semua wilayah, meskipun respon terbesar terjadi di Wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan. Secara khusus untuk simulasi 3, respon peningkatan pengeluaran di kawasan timur lebih besar lagi, karena adanya keberpihakan pemerintah terhadap peningkatan alokasi DAU.

Secara keseluruhan pada semua simulasi peningkatan penerimaan daerah (skenario 1-4), peningkatan pengeluaran rutin lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan. Dengan demikian pemerintah daerah masih cenderung lebih berpihak pada pengeluaran rutin untuk merespon peningkatan penerimaan daerah dibandingkan untuk pengeluaran pembangunan yang lebih

produktif. Mangacu pada konsepsi Barro, 1990, pengeluaran konsumsi pemerintah yang dapat dipadankan dengan pengeluaran rutin, tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi secara langsung. Sementara investasi pemerintah yang dapat dipadankan dengan pengeluaran pembangunan akan berpengaruh langsung terhadap produksi. Dengan demikian, besarnya porsi anggaran rutin dan respon pemerintah daerah yang cenderung lebih besar menyebabkan efektivitas pengeluaran pemerintah daerah yang relatif rendah dalam mendorong kinerja perekonomian daerah.

Tabel 65. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Pengeluaran Daerah Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 1 - 5.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sumatera

Peng Rutin 4 185 716 0.09 0.97 -2.74 1.81 -0.37

Peng Pemb 3 098 996 0.00 -1.48 -1.00 1.26 -0.73

Total Peng 7 284 712 0.05 -0.07 -2.00 1.58 -0.53 Jawa dan Bali

Peng Rutin 8 251 864 9.85 11.13 6.38 -1.29 0.38 Peng Pemb 4 490 881 4.75 1.90 3.07 -1.22 1.05 Total Peng 12 742 745 8.05 7.87 5.21 -1.27 0.62 Kalimantan Peng Rutin 4 346 484 11.07 12.10 13.98 15.84 0.76 Peng Pemb 3 661 312 3.42 1.90 4.32 9.78 1.31 Total Peng 8 007 797 7.57 7.44 9.56 13.07 1.01 Sulawesi Peng Rutin 2 401 070 4.89 5.71 9.43 -2.64 1.66 Peng Pemb 1 850 800 1.62 0.31 3.16 -1.78 3.14 Total Peng 4 251 869 3.46 3.36 6.70 -2.27 2.31

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

Peng Rutin 2 830 176 6.53 6.83 10.83 1.92 2.36

Peng Pemb 2 483 242 1.91 1.52 3.19 1.12 3.89

Total Peng 5 313 418 4.37 4.35 7.26 1.55 3.07

Keterangan:

Sim 1 : Dana Alokasi Umum Naik 10 persen

Sim 2 : Dana Alokasi Umum dan Pajak Daerah Naik 10 persen

Sim 3 : Dana Alokasi Umum untuk Jawa dan Sumatera Naik 5% dan Lainnya naik 15% Sim 4 : Dana Bagi Hasil SD dan Pajak Naik 1.5 persen

Sim 5 : Dana Alokasi Khusus Naik 15 persen

Peningkatan DAK sebear 15%, meskipun berdampak relatif kecil terhadap pengeluaran pemerintah, karena memang komponen ini jauh lebih kecil dibandingkan PAD, bagi hasil, apalagi DAU dalam struktur penerimaan daerah, namun secara relatif dampak terhadap pengeluaran pembangunan lebih besar

dibandingkan terhadap pengeluaran rutin, pada semua wilayah. Respon relatif pengeluaran daerah terhadap peningkatan DAK di wilayah timur Indonesia lebih besar dibandingkan dengan Sumatera ataupun Jawa dan Bali. Sementara itu, realokasi pengeluaran rutin kepada semua sektor ekonomi berdampak pada total pengeluaran daerah yang beragam antar wilayah. Pada wilayah Sumatera, Sulawesi serta Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, kebijakan ini justru menyebabkan pengeluaran total menurun sedikit.

Tabel 66. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Pengeluaran Daerah Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 6 - 9.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 9

Sumatera

Peng Rutin 4 185 716 -10.00 0.01 0.01 0.02

Peng Pemb 3 098 996 11.34 0.00 0.76 0.76

Total Peng 7 284 712 -6.29 0.00 0.33 0.33

Jawa dan Bali

Peng Rutin 8 251 864 -10.00 0.00 0.00 0.01 Peng Pemb 4 490 881 17.31 0.00 0.24 0.25 Total Peng 12 742 745 9.29 0.00 0.09 0.09 Kalimantan Peng Rutin 4 346 484 -10.00 0.01 0.03 0.04 Peng Pemb 3 661 312 20.06 0.00 1.95 1.95 Total Peng 8 007 797 3.86 0.00 0.91 0.91 Sulawesi Peng Rutin 2 401 070 -10.00 0.01 0.01 0.03 Peng Pemb 1 850 800 3.85 -0.01 0.63 0.63 Total Peng 4 251 869 -11.50 0.00 0.28 0.29

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

Peng Rutin 2 830 176 -10.00 0.01 0.01 0.02

Peng Pemb 2 483 242 5.88 0.00 0.09 0.09

Total Peng 5 313 418 -4.63 0.00 0.05 0.05

Keterangan:

Sim 6 : Realokasi 10 persen anggaran rutin ke anggaran pembangunan semua sektor Sim 7 : Dana dekonsentasi Kementan Naik 10 persn

Sim 8 : Pengeluaran daerah pada sektor pertanian naik setara 10% Dana Dekon TP Sim 9 : Gabungan simulasi 7 dan 8

Sementara untuk Jawa dan Bali serta Kalimantan, justru realokasi ini meningkatkan pengeluaran secara keseluruhan. Peningkatan pengeluaran pemerintah pusat, yang dalam hal ini berasal dari dana dekonsentrasi kementerian pertanian, tidak berpengeruh banyak terhadap pengeluran daerah, meskipun ada kecenderungan respon, daerah akan mengurangi pengeluarannya bila ada tambahan pendanaan dari pemerintah pusat. Sementara itu,

peningkatan pengeluaran pembangunan pertanian daerah, akan sedikit meningkatkan alokasi dana pembangunan dan mengurangi pengeluaran rutin pada semua wilayah, meskipun juga relatif sangat kecil. Dampak berbagai simulasi kebijakan terhadap kinerja perekonomian didasarkan pada indikator perubahan PDRB, penyerapan tenaga kerja, indeks pembangunan manusia dan kemiskinan. Tabel 67 dan 68 menunjukkan dampak terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja.

Tabel 67. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap PDRB Daerah Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 1 - 5.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sumatera

PDRB Pert 8 002 978 0.03 -0.45 -0.14 0.16 -0.12 PDRB Ttl 29 494 041 0.01 -0.52 -0.21 0.31 -0.31 TK Pert 1 208 084 0.02 -0.10 -0.02 0.05 -0.03 TK Total 2 029 452 0.01 -0.07 -0.02 0.04 -0.03

Jawa dan Bali

PDRB Pert 18 198 136 0.37 -0.06 0.24 -0.07 0.07 PDRB Ttl 136 000 000 0.60 0.29 0.49 0.21 0.43 TK Pert 3 553 061 0.08 0.00 0.05 -0.01 0.01 TK Total 9 024 031 0.04 0.00 0.03 -0.01 0.01 Kalimantan PDRB Pert 7 209 486 0.86 0.15 1.08 1.68 0.32 PDRB Ttl 30 360 886 0.88 0.24 1.11 2.78 0.65 TK Pert 923 870 0.28 0.08 0.36 0.50 0.10 TK Total 1 562 400 0.20 0.06 0.25 0.40 0.09 Sulawesi PDRB Pert 4 042 204 0.46 -0.18 0.85 -0.31 0.76 PDRB Ttl 10 003 157 0.68 -0.21 1.31 -0.79 2.40 TK Pert 706 276 0.13 -0.01 0.22 -0.07 0.17 TK Total 1 160 372 0.09 -0.01 0.15 -0.05 0.15

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

PDRB Pert 1 786 760 1.66 1.08 2.69 0.67 3.11 PDRB Ttl 8 569 057 1.26 0.84 2.09 0.80 4.74 TK Pert 655 957 0.20 0.15 0.32 0.08 0.34 TK Total 1 003 688 0.15 0.12 0.24 0.06 0.32 Keterangan:

Sim 1 : Dana Alokasi Umum Naik 10 persen

Sim 2 : Dana Alokasi Umum dan Pajak Daerah Naik 10 persen

Sim 3 : Dana Alokasi Umum untuk Jawa dan Sumatera Naik 5% dan Lainnya naik 15% Sim 4 : Dana Bagi Hasil SD dan Pajak Naik 1.5 persen

Peningkatan DAU memiliki dampak positif terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja di semua wilayah. Dampak tertinggi, terjadi di wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, Kalimantan dan Sulawesi. Hal ini sejalan dengan dampak peningkatan DAU terhadap pengeluaran, dimana terbesar terjadi di wilayah tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan belanja pemerintah terutama pembangunan akan mendorong perumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Peningkatan DAU yang diikuti dengan peningkatan pajak daerah membawa dampak beragam terhadap perekonomian. Pada wilayah Kalimantan dan wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, masih memiliki dampak positif terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja, meskipun lebih rendah dari simulasi peningkatan DAU saja. Sementara untuk wilayah Sumatera dan Sulawesi, justru akan berdampak negatif, dan di Jawa dan Bali tidak berdampak. Hal ini menunjukkan adanya dampak negatif dari faktor peningkatan pajak daerah. Namun pada beberapa daerah, dampak positif peningkatan DAU masih lebih besar, sementara untuk Sumatera dan Sulawesi, dampak positif peningaktan DAU lebih kecil dibandingkan dampak negatif dari peningkatan pajak daerah. Dari Tabel 67 juga nampak bahwa peningkatan DAU yang berpihak pada wilayah timur (skenario 3) cenderung mendorong pertumbuhan ekonomi lebih besar untuk wilayah-wilayah tersebut.

Peningkatan dana bagi hasil meskipun relatif kecil dampaknya, bahkan untuk Jawa dan Bali cenderung negatif, yang disebabkan karena penurunan dana perimbangan lainnya, yang lebih besar dari peningkatan dana bagi hasil tersebut. Dampak terbesar dari peningkatan bagi hasil tersebut dirasakan untuk wilayah-wilayah yang relatif kaya sumberdaya alam, seperti Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Dampak peningkatan DAK (skenario 5) akan lebih besar terjadi pada wilayah timur Indonesia, terutama wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, Sulawesi dan Kalimantan. Hasil ini sama dengan peningkatan DAU (Tabel 68). Dengan demikian, untuk dapat dikatakan, stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah akan menciptakan nilai tambah yang lebih besar untuk kawasan Timur Indonesia.

Realokasi pengeluaran rutin ke pembangunan memiliki dampak cukup beragam menurut wilayah. Untuk wilayah Jawa dan Bali serta Kalimantan, kebijakan ini akan berdampak positif terhadap PDRB dan tenaga kerja, baik pada sektor pertanian maupun total. Sementara untuk wilayah Sumatera dan Sulawesi, meskipun pada sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja

berdampak positif, namun terhadap PDRB total cenderung turun. Sementara untuk Wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, justru terjadi penurunan PDRB pertanian, namun akan meningkatkan PDRB secara keseluruhan. Hal ini karena adanya kontraksi pengeluaran pada sektor-sektor ekonomi lainnya yang menyebabkan total pengeluaran daerah mengalami penurunan.

Tabel 68. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap PDRB Daerah Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 6 - 9

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 9

Sumatera

PDRB Pert 8 002 978 2.12 0.65 1.14 1.80

PDRB Ttl 29 494 041 1.04 0.18 0.31 0.49

TK Pert 1 208 084 0.67 0.20 0.37 0.58

TK Total 2 029 452 0.43 0.12 0.22 0.34

Jawa dan Bali

PDRB Pert 18 198 136 0.61 0.39 0.17 0.56 PDRB Ttl 136 000 000 1.78 0.35 0.32 0.37 TK Pert 3 553 061 0.14 0.09 0.04 0.13 TK Total 9 024 031 0.11 0.04 0.01 0.05 Kalimantan PDRB Pert 7 209 486 4.55 0.93 4.27 5.21 PDRB Ttl 30 360 886 3.36 0.22 1.02 1.24 TK Pert 923 870 1.55 0.35 1.45 1.80 TK Total 1 562 400 1.02 0.21 0.86 1.07 Sulawesi PDRB Pert 4 042 204 2.80 1.69 1.46 3.16 PDRB Ttl 10 003 157 0.35 0.69 0.59 1.28 TK Pert 706 276 0.80 0.46 0.45 0.91 TK Total 1 160 372 0.50 0.28 0.27 0.55

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

PDRB Pert 1 786 760 4.53 2.68 0.67 3.38

PDRB Ttl 8 569 057 6.93 0.56 0.14 0.71

TK Pert 655 957 0.82 0.36 0.33 0.69

TK Total 1 003 688 0.72 0.23 0.22 0.45 Keterangan:

Sim 6 : Realokasi 10 persen anggaran rutin ke anggaran pembangunan semua sektor Sim 7 : Dana dekonsentasi Kementan Naik 10 persn

Sim 8 : Pengeluaran daerah pada sektor pertanian naik setara 10% Dana Dekon TP Sim 9 : Gabungan simulasi 7 dan 8

Sementara itu, untuk simulasi peningkatan dana dekonsetrasi Kementerian Pertanian sebesar 10 persen akan berdampak positif terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja pertanian, dan akhirnya ke PDRB dan penyerapan tenaga kerja total. Dampak lebih besar terjadi untuk wilayah Timur Indonesia. Peningkatan anggaran pertanian daerah sebesar 1.5 persen atau

setara 10 persen dana dekonsentrasi (skenario 8) memiliki dampak yang relatif sama dengan peningkatan dana dekonsentrasi, meskipun besarannya beragam antar wilayah. Untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan, peningkatan pengeluaran daerah lebih besar dampaknya terhadap peningkatan dana dekonsentrasi. Namun untuk wilayah lainnya terjadi sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas anggaran daerah dan dana dekonsentrasi dari kementerian pertanian berbeda antar wilayah. Pada wilayah tertentu dana dekonsentrasi lebih efektif, sementara di wilayah lainnya terjadi sebaliknya. Hal ini diduga dipengaruhi oleh karakteristik perencanaan dan implementasi program pembangunan pertanian di masing-masing daerah. Sementara itu dampak kebijakan terhadap indeks pembangunan manusia dan kemiskinan antar wilayah disajikan pada Tabel 69 dan 70.

Tabel 69. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 1 - 5.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sumatera

Pengangguran 262 791 -0.11 0.53 0.14 -0.29 0.23

IPM 71.29 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Penduduk Miskin 812 -0.01 0.04 0.01 -0.02 0.02 Jawa dan Bali

Pengangguran 2 188 676 -0.16 -0.01 -0.11 0.04 -0.04 IPM 70.52 0.02 0.02 0.01 0.00 0.00 Penduduk Miskin 3,602 -0.03 -0.01 -0.02 0.01 -0.01 Kalimantan Pengangguran 50 724 -6.13 -1.83 -7.69 -12.18 -2.91 IPM 70.87 0.01 0.01 0.02 0.03 0.01 Penduduk Miskin 333 -0.30 -0.12 -0.36 -0.51 -0.15 Sulawesi Pengangguran 117 389 -0.88 0.06 -1.53 0.53 -1.50 Indeks Pemb Manusia 68.88 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 Penduduk Miskin 505 -0.06 -0.02 -0.12 0.02 -0.10

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

Pengangguran 152 516 -1.01 -0.77 -1.58 -0.42 -2.12

IPM 64.64 0.01 0.01 0.01 0.00 0.02

Penduduk Miskin 648 -0.08 -0.06 -0.11 -0.03 -0.14 Keterangan:

Sim 1 : Dana Alokasi Umum Naik 10 persen

Sim 2 : Dana Alokasi Umum dan Pajak Daerah Naik 10 persen

Sim 3 : Dana Alokasi Umum untuk Jawa dan Sumatera Naik 5% dan Lainnya naik 15% Sim 4 : Dana Bagi Hasil SD dan Pajak Naik 1.5 persen

Secara umum, ke sembilan skenario kebijakan memiliki dampak yang relatif kecil terhadap indeks pembangunan manusia dan jumlah penduduk miskin. Meskipun demikian, semua skenario simulasi kebijakan tersebut berdampak positif terhadap indeks pembangunan pertanian, atau tidak berdampak pada beberapa daerah. Peningkatan DAU sebesar 10 persen pada semua wilayah, akan berdampak pada peningkatan IPM dan pengurangan jumlah penduduk miskin pada semua wilayah. Sementara bila diikuti dengan peningkatan pajak daerah, akan menurunkan besaran dampak positif tersebut, bahkan untuk wilayah Sumatera misalnya, terjadi peningkatan jumlah peduduk miskin, dan IPM akan tidak berubah. Fenomena ini mirip dengan jika peningkatan DAU lebih besar untuk wilayah Timur Indonesia, sehingga dampak pengurangan kemiskinan akan lebih besar di wilayah timur tersebut. Peningkatan dana bagi hasil dan DAK (skenario 5) prinsipnya juga berdampak positif terhadap IPM dan pengurangan kemiskinan, namun respon antar daerah berbeda terkait dengan besaran dampak tersebut.

Tabel 70. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan Menurut Wilayah, untuk Skenario Kebijakan 6 - 9.

Variable Nilai Dasar Perubahan (%)

Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 9

Sumatera

Pengangguran 262 791 -3.35 -0.94 -1.71 -2.65

IPM 71.29 0.04 0.00 0.00 0.00

Penduduk Miskin 812 -0.33 -0.09 -0.16 -0.26 Jawa dan Bali

Pengangguran 2 188 676 -0.45 -0.15 -0.06 -0.21 IPM 70.52 0.09 0.00 0.00 0.00 Penduduk Miskin 3,602 -0.08 -0.03 -0.01 -0.04 Kalimantan Pengangguran 50 724 -31.44 -6.39 -26.41 -32.82 IPM 70.87 0.06 0.00 0.01 0.01 Penduduk Miskin 333 -1.41 -0.30 -1.17 -1.47 Sulawesi Pengangguran 117 389 -4.98 -2.76 -2.69 -5.47 IPM 68.88 0.02 0.00 0.00 0.00 Penduduk Miskin 505 -0.38 -0.20 -0.20 -0.40

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

Pengangguran 152 516 -4.76 -1.53 -1.42 -2.97

IPM 64.64 0.03 0.00 0.00 0.00

Penduduk Miskin 648 -0.39 -0.12 -0.14 -0.25 Keterangan:

Sim 6 : Realokasi 10 persen anggaran rutin ke anggaran pembangunan semua sektor Sim 7 : Dana dekonsentasi Kementan Naik 10 persn

Sim 8 : Pengeluaran daerah pada sektor pertanian naik setara 10% Dana Dekon TP Sim 9 : Gabungan simulasi 7 dan 8

Pada skenario 6, yaitu realokasi anggaran rutin ke anggaran pembangunan, ternyata memiliki dampak positif terhadap peningkatan IPM dan pengurangan kemiskinan pada semua wilayah, dengan besaran yang secara relatif lebih besar dibandingkan dengan kebijakan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan anggaran pembangunan dan mengurangi pengeluaran rutin, maka efektivitas pengeluaran pemerintah daerah dalam mendorong perekonomian dan pengentasan kemiskinan akan meningkat. Skenario peningkatan dana dekonsentrasi Kementerian Pertanian dan peningkatan pengeluaran pembangunan daerah pada sektor pertanian tidak berdampak pada IPM, namun mampu mengurangi jumlah penduduk miskinan, melalui peningkatan PDRB dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Secara relatif peningkatan pengeluaran pembangunan pertanian memiliki dampak terhadap pengurangan kemiskinan yang lebih besar.