• Tidak ada hasil yang ditemukan

”Keilmuan Desain Interior dan Diskursus Sustainable Interior Design”

2.5 Proses Desain dan Sustainable Development

2.6.3. Dari Sustainable Development ke Sustainable Interior Design

Pembahasan teori sustainable interior design tidak akan lepas dari runutan bahas yang berawal dari konsep dan teori tentang sustainable development. Sustainable development merupakan konsep yang dikemukakan sebagai pendekatan untuk merespon isu global lingkungan, diimplikasikan sebagai perspektif makro untuk semua bidang pembangunan. Definisi sustainable development mengacu pada definisi awal yang dikemukakan oleh UN World Commission on Environment and Development (1987: 54), yaitu pendekatan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhannya saat ini tanpa berkompromi

dengan kesanggupan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhannya. Definisi sustainable development ini kemudian dicoba-turunkan logika definisinya dalam lingkup bidang desain menjadi sustainable design dengan tetap mengacu pada definisi awalnya. Selain itu juga ada definisi sustainable design lainnya, terpilih dari literatur yang sudah spesifik ditujukan membahas ruang bangunan. Kompilasi definisi sustainable design, dikemukakan sebagai berikut:

Definisi sustainable design (turunan logika dari sustainable development yang dikemukakan UN WCED, 1987:54) dikemukakan sebagai pendekatan desain yang dapat memenuhi kebutuhannya saat ini tanpa berkompromi dengan kesanggupan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhannya.

McLennan (2004:4) dalam bukunya berjudul The Philosophy of Sustainable Design mengemukakan definisi sustainable design adalah:

- Dasar filosofis gerakan yang berkembang dari individu dan organisasi yang benar-benar berusaha untuk mendefinisikan ulang bagaimana bangunan dirancang, dibangun dan dioperasikan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan responsif terhadap manusia.

- Filosofi desain yang berusaha untuk memaksimalkan kualitas lingkungan binaan, dan meminimalkan atau menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan alam.

Jones (2008:86) dalam bukunya berjudul Environmentally Responsible Interior Design mengemukakan definisi sustainable design adalah perspektif makro yang membahas kesehatan dan kesejahteraan ekosistem global pendukung kehidupan generasi sekarang dan masa depan.

Definisi sustainable design tersebut kemudian dicoba-turunkan lagi logika definisinya dalam lingkup bidang desain interior menjadi sustainable interior design dengan tetap mengacu pada definisi awalnya sebagai berikut:

 Pendekatan desain interior yang dapat memenuhi kebutuhannya saat ini tanpa berkompromi dengan kesanggupan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhannya.

 Filosofi desain yang berusaha untuk memaksimalkan kualitas lingkungan binaan lingkup interior, bertanggungjawab terhadap lingkungan alam, dan responsif terhadap manusia.

 Perspektif makro yang membahas kesehatan dan kesejahteraan ekosistem global pendukung kehidupan generasi sekarang dan masa depan, dalam lingkup desain interior.

Secara umum istilah yang berkaitan dengan upaya merespon degradasi lingkungan dalam bidang desain dikenal dengan istilah eco-design. Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan dominasi perhatian pada upaya keseimbangan ekologis (sebagai bagian dari perubahan yang diperlukan untuk keseimbangan pilar sosial dan ekonomi dalam sustainable development). Sehingga peneliti merasa perlu memulai bahasan sustainable interior dengan mengemukakan aspek yang lebih dikenal populer terlebih dahulu dalam bidang desain, yaitu eco-design.

Untuk dapat memahami eco-design diperlukan pemahaman akan ekologi secara umum terlebih dahulu. Ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam yang bertransaksi dalam bentuk material, energi, dan informasi (Soemarwoto, 2001:22). Materi, energi, dan informasi tersebut mengalir seperti siklus dan berubah serta saling mempengaruhi. Lingkungan hidup sebagai ruang yang ditempati manusia bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya juga mengalami transaksi yang mengalir dan berdaur. Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup, hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan faktor non-materiil seperti suhu, cahaya dan kebisingan.

Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Seperti misal seseorang yang bekerja dalam ruang tertutup, aktivitas bernafasnya akan mengurangi kadar oksigen dan menambah kadar karbondioksida serta menghasilkan panas yang menaikkan suhu ruangan sehingga menstimulasi keluarnya keringat. Dampak berikutnya adalah ruangan menjadi pengap sehingga produktivitas kerja orang tersebut menjadi menurun. Interaksi manusia dan lingkungannya tidak sesederhana seperti contoh di atas, tetapi lebih kompleks karena ada banyak unsur yang saling berkait, sehingga pengaruhnya terhadap manusia sering tidak dapat dengan segera terlihat dan terasakan. Keseimbangan antara usaha pemenuhan kebutuhan dan kondisi lingkungan inilah yang harus

terus dikelola dan diupayakan, karena inilah sumberdaya, yang diperoleh dari keseimbangan berlanjut.

Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Dalam usaha memperbaiki mutu hidup maka kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih baik harus dijaga. Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi juga resiko. Betapapun baik manfaat maupun resiko harus diperhitungkan secara berimbang. Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berlanjut ialah (Soemarwoto, 2001:161) :

1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial. 2. Tersedianya sumberdaya yang cukup.

3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai.

Demikian pula halnya dengan pembangunan lingkungan fisik seharusnya juga memperhatikan ketiga faktor tersebut. Pendekatan ekologi dalam perencanaan dan perancangan bangunan menjadi syarat yang semestinya dipenuhi oleh para pelaku pembangunan fisik, karena hubungan sebuah bangunan fisik dengan lingkungan sekitar tidak dapat dihindarkan dan akan saling memberi manfaat serta dampak yang mungkin tidak bersesuaian jika tidak diselaraskan sejak perencanaan awal. Para pelaku pembangunan fisik, diantaranya adalah profesional teknik sipil, arsitek, dan desainer interior merupakan pelaku yang berperan dalam perwujudan lingkungan fisik yang baru. Desainer interior utamanya, secara tidak langsung berperan penting dalam menentukan bagaimana manusia berlaku dan memperlakukan lingkungannya.

Dalam bahasan sustainable development, projek desain (rancang bangun) sebagai objek konkrit yang mewujud dalam pembangunan fisik disebut atau telah dikemukakan sebagai sustainable design. Selanjutnya pembahasan akan berfokus pada masing-masing aspek dan istilah yang dipilih sesuai lingkup bahasannya, yaitu istilah turunan logis dari sustainable development yang diajukan oleh peneliti menyesuaikan lingkup bahasan, dari sustainable development -

sustainable design - sustainable interior. Tentu saja dengan runutan aspeknya

yang juga diajukan istilahnya oleh peneliti sebagai berikut: eco-socio-econo

development; eco-socio-econo design; eco-socio-econo interior. Ringkasan

berikut aspek atau pilar bahasnya digambarkan dengan skema logika turunan teori Gambar 2.29 berikut:

Gambar 2.29. Skema logika turunan teori sustainable development ke sustainable

interior design.

Eco-interior dikemukakan pemahamannya sebagai interior (desain) yang berpendekatan sistem ekologi, utamanya dalam lingkup lingkungan sekitar. Socio-interior dikemukakan pemahamannya sebagai Socio-interior (desain) yang berpendekatan sistem sosial, utamanya dalam lingkup budaya setempat. Sedangkan econo-interior dikemukakan pamahamannya sebagai interior (desain) yang berpendekatan sistem ekonomi, utamanya dalam lingup pemberdayaan setempat.

Melihat kembali popularitas istilah yang berkembang dalam lingkup bidang desain berkaitan dengan upaya merespon degradasi lingkungan, selain eco-design sering dikenal juga istilah green-eco-design. Istilah green-eco-design tersebut sering bergantian digunakan dengan sustainable design dan juga eco-design. Tentunya ada batasan yang membedakan untuk ketiga istilah tersebut. Menurut Jones (2008) green-design didefinisikan sebagai perspektif mikro yang menempatkan kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan manusia yang tinggal, bekerja, dan bermain dalam lingkungan bangunan sebagai dasar keputusan desain (diasumsikan sebagai desain dengan lingkup yang luas). Berdasarkan definisi tersebut, maka dikemukakan definisi green-interior dengan turunan logis dari definisi green-design, yaitu perspektif mikro yang menempatkan kesehatan,

Sustainable Development

Ecology; Social; Economy

Eco-development; Socio-development; Econo-development

Sustainable Interior Design

Eco-interior; Socio-interior; Econo-interior

Sustainable Design

keamanan, dan kesejahteraan manusia yang tinggal, bekerja, dan bermain dalam lingkungan bangunan sebagai dasar keputusan desain interior.

Berdasarkan dari uraian tentang sejarah dan juga lingkup bahas tentang berbagai perkembangan gerakan yang menyadari untuk merespon degradasi lingkungan, utamanya dalam lingkup desain, maka dapat dikemukakan bahwa green design berkembang menjadi eco design, dan kemudian berkembang lagi menjadi sustainable design. Perkembangan tersebut lebih kepada perluasan lingkup bahasan dan tanggungjawab yang disadari untuk dilanjut-kerjakan. Berikut adalah skema grafis yang dikemukakan untuk memperjelas pemetaan istilah pendekatan desain yang berorientasi pada tanggungjawab lingkungan dan digunakan dalam bahasan penelitian ini (gambar 2.30):

Gambar 2.30. Bagan pemetaan dan pemahaman green-eco-sustainable design.