• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN

A. Kemiskinan Dalam Kongregasi Maria Tak Bernoda

4. Dasar Penghayatan Kaul Kemiskinan Dalam Kongregasi…

Untuk mempermudah pemahaman kaul kemiskinan bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), ada baiknya terlebih dahulu melihat dasar-dasar penghayatan kemiskinan dalam Kongregasi.

a). Visi Dan Misi Kongregasi Bruder MTB

Demi kemajuan dan perkembangan pelayanan dan persaudaraan, Kongregasi harus berpedoman kepada suatu arah dan pandangan yang jelas. Arah dan pandangan tersebut dirumuskan dalam misi Kongregasi. Rumusan visi-misi Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (Kont, VII art 206-207) sebagai berikut:

Visi : Hidup sebagai hamba Tuhan untuk mewujudkan kemuliaan Allah dalam persaudaraan Injili.

Misi : Dijiwai oleh semangat kesederhanaan dan kepercayaan dalam menanggapi situai zaman, para Bruder MTB mau menjadi saudara bagi yang lain dengan :

- Membangun persaudaraan sejati menjunjung tinggi martabat manusia.

- Memberi pelayanan yang memberdayakan mereka yang miskin dan

lemah khususnya lewat pembinaan kaum muda.

Berdasarkan Visi dan Misi yang sudah ada, Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda berusaha melaksanakan pelayanan terhadap gereja dan masyarakat. Pemilihan karya yang dikelola sesuai dengan misi Kongregasi. Pendiri sangat peka terhadap kebutuhan masyarakat setempat dan tuntutan zaman khususnya

orang-orang muda dan orang miskin. Harus diakui bahwa pelaksanaan pelayanan baik dalam persaudaraan maupun dalam karya belum sepenuhnya terlaksana seperti yang diharapkan dalam visi-misi Kongregasi. Terkadang terjadi penyimpangan yang mengakibatkan kegagalan. Namun kegagalan yang dialami dijadikan sebagai pembangkit semangat dan refleksi terhadap apa yang dilakukan sehingga dapat menjadi sarana perbaikan dalam pelayanan. Untuk dapat konsisten dengan penghayatan kemiskinan yang telah diikrarkan, maka para anggota Bruder MTB tetap berpegang teguh pada visi-misi Kongregasi.

b). Kharisma

Setiap Tarekat/Kongregasi memiliki kharisma yang berbeda-beda sesuai dengan kharisma pendiri. Setiap anggota diharapkan setia kepada kharisma pendiri tersebut. Pertumbuhan kekudusan dalam lembaga Hidup Bakti perlu adanya kesetiaan terhadap kharisma dan warisan rohani selanjutnya pada tiap Tarekat/Kongregasi (VC, 1996: art 36). Dengan melihat kembali sejarah awal masing-masing Tarekat kita menemukan kembali unsur-unsur hakiki yang melahirkan Tarekat religius yakni Allah dalam kekuatan Roh menggerakkan para pendiri untuk menjawab dengan injil seruan zaman dan jeritan kemanusiaan (Darminta, 1995:14). Bertitik tolak dari pernyataan di atas setiap tarekat religius ditantang untuk mengenal diri sebagai wujud dari gerakan Allah. Cara hidup dan pelayanan Bruder MTB harus mampu menjawab dengan injil seruan zaman dan jeritan kemanusiaan. Dalam peraturan hidup (Konst, VII art 217) dikatakan:

Dengan jiwa terbuka dan hati yang lapang kita menyediakan diri bagi sesama melalui pelayanan dalam pekerjaan kita. Dalam karya itu kita

hendak turut membantu mereka untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Sikap kerja kita harus begini: dengan iman dan harapan melayani maksud Allah dengan dunia ini.

Menyediakan diri untuk keselamatan sesama dan dunia artinya hidup para Bruder MTB diharapkan mampu memberikan kesaksian kepada masyarakat. Dengan dijiwai semangat kesederhanaan dan kepercayaan sejati, dalam suasana persaudaraan serta penuh pengabdian: hadir, hidup dan berkarya di tengah umat. Para pendiri Tarekat/Kongregasi berusaha menghayati dan mewujudkan gaya hidup Kristus yang mengosongkan diri dan mencintai setiap orang serta ingin meninggikannya (Mzm 8). Dalam semangat inilah pendiri Bruder MTB mau mengikuti jejak Kristus, menghayati cara hidup Kristus yang rendah hati, tulus dan sederhana, membuka tangan untuk semua orang dalam semangat persaudaraan Fransiskan. Tarekat mendapat tugas perutusan untuk mengikuti perkembangan gerak hidup gereja dan masyarakat.

c). Spiritualitas.

Kongregasi Bruder MTB berpedoman pada Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi, yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II, tgl 08 Desember 1982. Sebagai Kongregasi yang berpedoman pada spiritualitas St. Fransiskus Assisi, maka praktek penghayatan yang dihayati dalam hidup sehari-hari yakni spiritualitas Fransiskan mengutamakan tiga nilai, yaitu: persaudaraan, kesederhanaan dan pelayanan. Ketiga nilai ini menjadi acuan/refrensi dalam mengambil keputusan-keputusan tentang gaya hidup, pilihan tempat karya, bidang karya serta gaya pelayanan (Bram, 2002: 27)

Pendiri kongregasi mewariskan spiritualitas Fransiskan dalam semangat persudaraan yang mendalam untuk dihidupi oleh para anggotanya. Kesederhanaan merupakan ciri khas dalam seluruh Ordo Fransiskan dan juga dalam kongregasi Bruder MTB. Sikap kesederhanaan dalam hidup bagi kaum kecil yang tidak diperhitungkan menjadi pola pelayanan Bruder MTB yang selalu berorientasi pada orang miskin, lemah dan tak berdaya (Konst. VII art 209). Dalam karya, spiritualitas dipupuk dengan meningkatkan mutu pelayanan yang semakin sesuai dengan semangat spiritualitas Fransiskan. Kekuatan hidup sederhana dapat ditimba dari Kristus sendiri.

Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja damai mencintai manusia sampai menyerahkan nyawa-Nya. Sejak peristiwa pembaptisan kita sudah bergabung sebagai pengikut Kristus. Kristus juga menganugerahkan panggilan kepada manusia yang dicintai-Nya. Panggilan inilah yang ditempuh oleh Santo Fransiskus Assisi dari hidup mewah sebagai putra pedagang kaya akhirnya ia menjadi jatuh cinta kepada “Tuan Putri Kemiskinan” . Pendiri kongregasi Bruder MTB yakni Mgr. J. Van Hooydonk memilih dan jatuh cinta pada spiritualitas Santo Fransiskus Assisi sebagai pedoman hidup dan karyanya. Beliau ingin agar para anggota Bruder MTB hidup sederhana antara lain hadir di tengah umat yang miskin dan lemah. Kita harus menjaga supaya tidak menuntut yang berlebihan dalam perumahan, pemeliharaan jasmani, tetapi kita harus puas dengan cara hidup biasa (Konst. IX art 237). Berdasarkan cita-cita pendiri para Bruder MTB sebagai pengikut Kristus dalam semangat Santo Fransiskus Assisi dipanggil sebagai pembawa damai kepada sesama.

Dalam terang iman akan Yesus Kristus yang satu dan sama, perwujudan cinta kasih dan damai di komunitas bersama dengan saudara sekongregasi dan kemudian kita bawa dalam tugas pelayanan di tengah masyarakat. Hidup bersama sebagai saudara dalam komunitas merupakan bagian yang sentral dan sangat penting dalam Kongregasi Bruder MTB. Kehendak baik dan kemampuan hidup bersama dalam komunitas menjadi satu dalam ikatan persaudaraan termasuk inti panggilan sebagai Bruder MTB (Konst. VIII art 224).

Hidup berkomunitas merupakan persekutuan dengan Kristus dan sesama Bruder, maka hidup didasarkan pada: doa bersama, mendengarkan sabda Allah, merayakan kesatuan iman dalam ibadat dan ekaristi, memberi waktu dan ruang agar para anggota dapat mencapai dimensi rohani yang mendalam. Oleh ikatan persaudaraan sejati maka cinta kasih persaudaraan di komunitas tetap merupakan kesaksian, maka setiap Bruder secara terus menerus rela menjalankan rekonsiliasi. Kehendak baik dan kemampuan untuk hidup bersama dalam komunitas, seperti: memupuk kepekaan, solider, sosial, saling memerlukan, usaha untuk berdamai merupakan kesaksian. Doa bersama dalam komunitas dan renungan tentang sabda Allah secara pribadi merupakan nafas hidup, inspirasi dan kekuatan kita dalam menjalankan karya kerasulan (Statuta, VI art 58). Semua tindakan dan karya perlu ditopang oleh doa sebagai persatuan dengan Tuhan.

Untuk mencapai semuanya itu perlu ada kerendahan hati, kemiskinan, kesederhanaan, matiraga, keheningan batin, dan persaudaraan. Maka para Bruder MTB harus menyadari diri sebagai saudara yang melayani dan dilayani dalam diri

orang miskin di hadapan Allah. Pelaksanaan pelayanan dalam persaudaraan lebih mengutamakan semangat kasih.

Dokumen terkait