• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Perbandingan Pertimbangan Hakim dalam Penyelesaian Harta Bersama Pada Putusan Nomor 0256/Pdt.G/2016/PCkr,

PERSPEKTIF FIQIH DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. Dasar Perbandingan Pertimbangan Hakim dalam Penyelesaian Harta Bersama Pada Putusan Nomor 0256/Pdt.G/2016/PCkr,

0028/Pdt.G/2016/PTA.Bdg, 521K/Ag/2017, 59PK/Ag/2018.

1. Nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr.

Sebagaimana diuraikan pada Bab III bahwa putusan Nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr adalah tentang pembagian harta bersama yang didalamnya terdapat gugatan konvensi Penggugat yang meminta untuk menetapkan objek sengketa berupa mobil dan rumah yang masih dalam pinjaman kredit di Bank untuk ditetapkan dan dibagi separuh masing-masing Penggugat dan Tergugat.

Dalam putusan tersebut jawaban dari Tergugat mengenai objek sengketa itu adalah harta yang diperoleh semasa Tergugat menikah dengan Almarhum isteri pertama dengan tambahan biaya dari pinjaman kredit di Bank.

Selanjutnya, dari keterangan diatas Majelis Hakim telah menemukan fakta-fakta dipersidangan yang pada pokonya sebagai berikut:

Penggugat dengan Tergugat berdasarkan pengakuan dan alat bukti secara yuridis terbukti terkait perkawinan yang sah pada tahun 2009, akan tetapi bercerai pada tahun 2015. Dengan demikian Penggugat dan Tergugat menjadi subjek hukum (Legal Standing).1

Berdasarkan ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang dimaksud adalah harta bersama yaitu harta benda selama perkawinan, baik yang bersumber dari penghasilan suami atau penghasilan isteri dan baik atas nama suami atau isteri. Kecuali ditentukan dalam perjanjian perkawinan. Adapun ketentuan lain yang

1 Salinan Putusan 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr, hlm. 71.

berdasarkan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yaitu jika janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak setengah dari harta bersama tersebut.

Harta bersama yang dimaksud juga bisa benda bergerak atau tidak bergerak, benda berwujud atau tidak berwujud dan benda yang didapat oleh siapa asal didapatkannya selama perkawinan yang sah.

Dalam pertimbangan hakim pada putusan tersebut, memuat pendapat dari bukunya Prof. Dr. Abdul Manan, S.H., S.I.P., M.Hum. yang berjudul

“Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, penebit Kencana Prenada Media Group, Cetakan ke-3 tahun 2012, halaman 128 yang menyatakan bahwa: Harta benda yang didapat melalui pembayaran angsuran kredit yang belum lunas seperti tempat tinggal, kendaraan roda dua, kendaraan roda empat dan barang-barang lainnya dibeli secara kredit yang saat perkawinan putus tetapi masih dalam pembayaran angsuran, maka barang-barang tersebut termasuk dalam kategori harta bersama.

Dengan pendapat bahwa harta bersama merupakan aktivitas dan material dalam perkawinan.2

Objek sengketa berupa rumah menurut bukti-bukti dalam persidangan sudah jelas akan rumah itu didapatkan dan dengan pembiayaan pinjaman kredit pada Bank, akan tetapi Majelis Hakim melihat ada yang tidak dijelaskan secara rinci pembagian harta bersama Tergugat dengan Almarhum isteri pertama maka gugatan mengenai objek tersebut tidak dapat diterima. Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. Registrasi: 90K/Ag/2003 mengenai objek harta bersama yang tidak jelas (Obcuur Libel) harus dinyatakan tidak diterima.3

Jika pada objek sengketa berupa mobil Nissa Serana berdasarkan bukti-bukti dalam persidangan diakui oleh Tergugat dan Penggugat dan perkuat oleh para saksi dalam persidangan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa objek sengketa berupa mobil tersebut dinyatakan harta bersama Penggugat dan Tergugat dengan berkewajiban antara

2 Salinan Putusan 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr, hlm. 72.

3 Salinan Putusan 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr, hlm. 77-78.

54

Penggugat dan Tergugat harus membayar angsuran tersebut hingga lunas pada tahun 2018.4

Maka dalam amar putusan, Majelis Hakim menetapkan objek sengketa yang masih pinjaman kredit adalah mobil Nissan Serana, Nomor Polisi B 1392 KMM. Sedangkan untuk objek berupa rumah gugatannya tidak diterima.5

2. Nomor 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg

Pada tingkat banding yang tertera dalam Putusan Nomor 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg, Majelis Hakim banding menyatakan tidak sependapat dengan putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama karena telah keliru dalam mempertimbangkan hal penetapan objek sengketa harta bersama yang masih pinjaman kredit berupa rumah dan mobil.

Dalam hal penetapan objek sengketa yang mejadi pokok perkara berupa rumah yang terletak di daerah Kabupaten Bekasi tidak diterima oleh Majelis Hakim Tingkat pertama.

Sementara itu, Majelis Hakim Banding berpendapat objek sengketa rumah tersebut dibeli pada masa kedua pihak berperkara Penggugat dan Tergugat terikat dalam perkawinan yang sah, sehingga dengan demikian rumah tersebut adalah harta bersama antara Penggugat/Pembanding dan Tergugat/Ternbanding menurut ketentuan Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa “Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama” Dalam jo Pasal 1 huruf Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa “Harta kekayaan dalam perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siap pun.6

4 Salinan Putusan 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr, hlm. 80-81.

5 Salinan Putusan 0256/Pdt.G/2016/PA.ckr, hlm. 86-87.

6 Salinan Putusan 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg, hlm. 9.

Majelis Hakim pun berpendapat, mengenai objek sengketa rumah tersebuat diperoleh dari pinjaman kredit dari bank terhitung dari tahun 2013 sampai dengan 2028, sehingga Penggugat/Pembanding dan Tergugat/Terbanding berkewajiban mencicil kredit KPR tersebut sampai lunas setiap bulannya karena kedua pihak berperkara harus membayar sisa hutang pinjaman kredit KPR tersebut masing-masing seperduanya lalu dilaksanakan pembagian harta bersama berupa rumah, maka Majelis Hakim Banding membatalkan Putusan Pengadilan Agama Cikarang Nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Ckr.

Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, terlihat sangat jelas bahwa Majelis Hakim Banding menerapkan dan mengaplikasi ketentuan secara adil, karena menurutnya objek sengketa tersebut pihak berperkaranya hanya dua yaitu mantan istri dan mantan suami. Dan penulis sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Banding.7

Maka dalam amar putusan tingkat banding, Penggugat dan Tergugat berkewajiban untuk melunasi hutang kepada Bank sebelum pembagian harta bersama masing-masing Penggugat dan Tergugat. 8

3. Nomor 521 K/Ag/2017

Pihak Tergugat/Terbanding merasa keberatan dengan Putusan Nomor 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg sehingga ia mengajukan permohonan kasasi dalam tenggang waktu dan cara yang ditentukan dalam Undang-Undang, maka Tergugat/Terbanding sekarang menjadi Pemohon Kasasi.9

Pada tingkat kasasi yang tertera dalam Putusan Nomor 521 K/Ag/2017, Majelis Hakim Kasasi menolak permohonan Kasasi dari Pemohon, dan menyatakan memperbaiki amar Putusan Pengadilan Tinggi Agama Bandung Nomor 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg, dengan mengadili sendiri.

7 Salinan Putusan 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg, hlm. 9-10.

8 Salinan Putusan 0028/Pdt.G/2017/PTA.Bdg, hlm. 13.

9 Salinan Putusan 521 K/Ag/2017, hlm. 21.

56

Dalam pertimbanganya, Majelis Hakim Kasasi berpendapat bahwa perkara judex facti pada objek sengketa rumah yang terletak didaerah Kabupaten Bekasi, dalam hal ini Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang membatalkan Putusan Pengadilan Agama Cikarang tidak salah dalam menerapkan hukum karena objek tersebut hakekatnya belum merupakan milik penuh dari Penggugat dan Tergugat menjadi prematur jika dijadikan objek gugatan dalam a quo. Dengan demikian terhadap objek sengketa tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima sampai dengan terbebasnya objek tersebut dari agunan bank.10

Jika pertimbangan mengenai objek sengketa mobil sama dengan pendapat Majelis Hakim tingkat banding, objek tersebut merupakan hutang bersama antara Penggugat dan Tergugat dengan berkewajiban untuk melunasi hingga tahun 2018.

Demikian pada amar putusan tidak menerima gugatan objek sengketa berupa rumah tersebut.

4. Nomor 59 PK/Ag/2018

Permohonan peninjauan kembali dilakukan atas dasar, apabila terjadi keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa tuntutan penuntut atau tuntutan hukum tidak dapat diterima, putusan terdapat sesuatu yang bertentangan satu dengan yang lain dan putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.11

Selanjutnya, perkara ini berakhir pada tahap peninjauan kembali pada Putusan Nomor 59 PK/Ag/2018, Majelis Hakim menolak permohonan Peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan kembali yaitu Penggugat.12 Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim berpendapat pertimbangan judex facti dan judex juris, ternyata tidak ditemukan adanya kekhilafan atau kekeliruan dalam perkara a quo, dengan pertimbangan bahwa rumah

10 Salinan Putusan 521 K/Ag/2017, hlm. 31.

11 Andi, Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Cetakan ketiga, hlm. 305-306.

12 Salinan Putusan 59 K/Ag/2018, hlm. 4.

yang menjadi objek sengketa dalam perkara a quo masih menjadi agunan kredit di Bank sampai tahun 2033, maka rumah tersebut tidak dapat dibagi sebagai harta bersama, karena tindakan tersebut dapat merugikan pihak ketiga yaitu Bank selaku pemegang hak jaminan atas objek tersebut.13

Berdasarkan pertimbangan, maka pada amar putusan tersebut menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali.

5. Perbandingan pertimbangan hukum pada putusan tingkat pertama sampai dengan putusan tingkat peninjauan kembali

a. Objek Sengketa Rumah

Pada putusan tingkat pertama, pertimbangan Majelis Hakim berpendapat objek sengketa tersebut sangat berkaitan dengan harta bersama Tergugat dengan Almarhum isteri pertama, padahal dalam pertimbangan Majelis Hakim menyebutkan berdasarkan pasal 35 Undang-Undang No.1 tahun 1974, pasal 97 Kompilasi Hukum Islam dan berdasarkan buku dari Prof. Dr. Abdul Manan, S.H., S.I.P., M.Hum. yang berjudul Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Karena menurutnya harta benda selama masa perkawinan disebut harta bersama, itu bisa berbentuk benda berwujud berupa benda bergerak atau benda tidak berwujud berupa hutang piutang bersama yang menjadi kewajiban.

Jika pada putusan tingkat banding, Majelis Hakim berpendapat objek sengketa rumah tersebut didapatkan saat Penggugat dan Tergugat terikat perkawinan yang sah, sehingga saat putusnya perkawinan maka timbul hukum terkait harta bersama dalam perkawinan. Berdasarkan pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkwinan dan pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Maksudnya harta benda dalam perkawinan atau konsep Fiqih yaitu Syirkah merupakan harta yang diperoleh baik

13 Salinan Putusan 59 K/Ag/2018, hlm. 5.

58

sendiri atau bersama suami isteri selama ikatan perkawinan berlangung, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa pun.

Kemudian mengenai objek sengketa yang masih pinjaman kredit di Bank tersebut, merupakan kewajiban antara Penggugat dan Tergugat untuk melunasi karna objeknya didapatkan selama perkawinan dan pada saat itu pasti sudah ada perjanjian kesepakatan semua untuk melakukan pembiayaan secara kredit.

Selanjutnya tingkat kasasi, Majelis Hakim berpendapat bahwa objek tersebut bukan milik sepenuhnya antara Penggugat dan Tergugat, karena masih dalam pinjaman hutang pada Bank jadi tidak bisa untuk ditetapkan atau dibagi.

Pada tingkat peninjauan kembali permohonan ini ditolak, karena tidak adanya kekeliruan pada Majelis Hakim yang memeriksa, memutus, dan mengadili.

b. Objek Sengketa Mobil

Pada objek mobil tersebut, pada putusan tingkat pertama sampai tingkat peninjauan kembali sependapat karena objek tersebut merupakan benda bergerak yang mana mudah untuk dijual. Objek tersebut sama halnya dengan objek rumah yang sama-sama masih dalam pinjaman kredit, akan tetapi mobil tersebut untuk angsurannya tidak terlalu lama maka Majelis Hakim berpendapat objek tersebut dapat ditetapkan dan dibagi secara mudah.

B. Analisis Pertimbangan Hukum Pada Putusan Mengenai Harta