• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Teologis GKPA dalam membangun Jemaat dan Menatap Masa Depan 1 Arti dan Dasar Panggilan Gereja

Dalam dokumen Visi Misi GKPA 2016 2041 (Halaman 31-34)

5. Dasar Teologis

5.1. Dasar Teologis GKPA dalam membangun Jemaat dan Menatap Masa Depan 1 Arti dan Dasar Panggilan Gereja

Untuk memahami arti dan panggilan gereja, lebih dulu harus memahami gereja itu sendiri. Kata gereja berasal dari kata igereja (bahasa Portugis) untuk menerjemahkan kata ecclesia (Yunani) yang ada dalam Alkitab. Kata ecclesia diawali dengan preposisi ec yang berarti ”keluar dari” dan kata caleo yang menjelaskan mengenai “dipanggil keluar dari komunitas tertentu”. Dalam Perjanjian Baru (PB) istilah ecclesia menjelaskan beberapa pengertian yang saling berkaitan, yakni:

a. Gereja yang dipanggil keluar (called out) dari kebiasaan atau dari hidup lama, cara hidup dan berpikir lama kepada hidup baru dalam Kristus.

b. Gereja dipanggil untuk Allah (called for), dipanggil keluar untuk kepentingan Allah.

c. Dipanggil untuk bersama-sama bersekutu (called together), mengabdi, beribadah kepada Allah.

d. Dipanggil kepada (called to) tanggung jawab untuk taat dalam tugas marturia atau penginjilan dan diakonia atau pelayanan sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan ecclesia adalah kehidupan bersama orang-orang yang menanggapi karya penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, yang dinyatakan dalam pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan mereka secara bersama-sama mengakui pengakuan itu, terikat satu sama lain sebagai suatu kehidupan bersama. Karya dan penyelamatan Allah itu merupakan tindakan Allah dan atas prakarsa Allah sendiri yang diungkapkan melalui kata-kata: Allah memanggil, Allah menyelamatkan, Allah membawa keluar dari kegelapan (bd. 1Ptr. 2:9-10). Dengan adanya panggilan Allah inilah maka kehidupan bersama orang percaya yang disebut gereja itu

memiliki aspek ilahi. Artinya, keberadaan mereka merupakan akibat dan adanya karya Allah atau kehendak Allah.

Di samping aspek ilahi, gereja juga memiliki aspek manusiawi yang tampak dalam tanggapan atau jawaban manusia terhadap panggilan atau penyelamatan Allah. Orang-orang yang menanggapi karya Allah itu kemudian bersekutu, membentuk kehidupan bersama sebagai orang-orang yang sama-sama mengalami karya penyelamatan Allah.

GKPA sebagai gereja Allah di dunia dalam menjalani hidup dan karya-Nya tidak secara otomatis menjadi gereja yang benar-benar sesuai dengan kehendak Allah. Karena gereja sebagai komunitas hidup orang percaya tidak dapat melepaskan diri dari cacat manusiawi yang dimilikinya. Cacat manusiawi gereja itu dapat ditemukan dalam berbagai kekurangan dan keterbatasan gereja. Di samping itu, sebagai persekutuan orang beriman yang hidup di dunia ini, gereja tidak hanya berusaha untuk menggarami dan menerangi dunia, tetapi sebaliknya sering dipengaruhi oleh apa yang sedang terjadi di dunia. Pengaruh itu tidak seluruhnya positif bagi kehidupan orang beriman (Ef. 5:15-21). Itulah sebabnya Paulus mendorong gereja untuk terus-menerus membarui dirinya dengan berbagai upaya agar dalam situasi apapun, gereja berupaya menjadi gereja yang dikehendaki Allah (Ef. 4:1-16).

Gereja, termasuk GKPA membutuhkan transformasi Allah. Kita berpegang kepada motto ecclesia reformata semper reformanda (bahasa Latin: gereja reformasi harus terus menerus direformasi). Motto ini mendorong kita, dalam pembangunan jemaat untuk melepaskan diri dari kekacauan dan stagnasi, sekaligus mendorong kita untuk semakin berperan dalam aktualisasi missio Dei di dunia secara menyeluruh. Untuk mewujudkan pembaruan ini dapat diwujudkan melalui peningkatan penggembalaan, pembinaan warga jemaat, kaderisasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Melalui kegiatan ini diharapkan segenap warga gereja diperlengkapi dan dipersiapkan menjalani hidup kesehariannya sebagai orang beriman yang setia. Di samping itu, perbaikan-perbaikan juga dilakukan dengan merumuskan ulang identitas gereja dalam hubungannya dengan masyarakat di sekitarnya dan penataan organisasi gereja, dengan harapan agar menjadi gereja yang kehadirannya memberi pengaruh positif bagi dunia di mana gereja ditempatkan Allah. Tuntutan pembaruan gereja seperti itulah yang kemudian akan melahirkan apa yang disebut pembangunan jemaat. Harapannya jemaat semakin dimampukan membawa misi Allah di dunia ini.30

5.1.2. GKPA membawa misi Allah

Tujuan utama berdirinya Gereja Kristen Protestan Angkola adalah untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini khususnya di tengah-tengah umat Kristen Angkola- Mandailing yang ada di daerah Tapanuli Selatan dan perantauan (bnd. Patanakhon Hata ni Debata tu luat Angkola). GKPA membawa misi Allah bagi semua orang Kristen Angkola- Mandailing agar mereka dapat bertumbuh dalam iman untuk menyaksikan Yesus sebagai 30 Jan Hendriks, Jemaat Vital dan Menarik, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), hl. 20.

Tuhan dan Juruselamat yang hidup. Sebagai satu-satunya Sinode Gereja yang berpusat di daerah Angkola-Mandailing, GKPA memiliki tugas membawa misi Allah ke daerah Angkola-Mandailing sekitarnya. Dasar misi GKPA ini digali dari kebenaran Alkitab baik dalam Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). GKPA mengakui kebesaran perbuatan Allah untuk membebaskan umat-Nya dari Mesir ke tanah Kanaan (Kel. 20:2, Ul. 6:20-23). Dengan keyakinan itu GKPA memiliki keyakinan bahwa GKPA mampu bertindak sebagai gereja pembebas di tengah-tengah pergulatan hidup di daerah Angkola-Mandailing.

Allah memakai umat-Nya dalam rangka mewujud nyatakan misi-Nya di tengah- tengah dunia ini. Misalnya, melalui bangsa Israel, Allah mau menyatakan misi-Nya (misio Dei) untuk menyelamatkan umat manusia dan seluruh alam semesta yang telah rusak sebagai akibat dosa (bd. Kej. 3:15). Misi Allah tetap harus dilanjutkan dan dilakukan. Tugas ini akan berakhir sampai langit dan bumi yang baru telah diturunkan Allah di dunia ini. Pada zaman nabi-nabi Misio Dei dihubungkan dengan pekerjaan Mesias dari keturunan Daud sebagai seorang hamba (Yes. 52 dan 53). Demikian bangsa Israel diharapkan sebagai penerus misi Allah dipanggil menjadi hamba Tuhan.Untuk melanjutkan pelaksanaan misi Allah, bangsa Israel bertemu dengan bangsa-bangsa lain yang sudah hidup dalam pemahaman filsafat- filsafat mereka. Bangsa Israel sudah memulai misi keluar dan melibatkan bangsa asing dalam menjalankan rencana Allah untuk membebaskan umat manusia.

Dalam PB misi Allah dimulai dalam diri Yesus. Dengan demikian teologi kepercayaan Israel mengalami peralihan ke dalam dunia non-Yahudi. Dalam Markus 1:1 “Permulaan Injil Yesus Kristus Anak Allah” dipandang sebagai dokumen awal dalam tradisi sinoptik. Dalam Markus 1:10, visi awal dilihat oleh Yesus adalah “Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya”. Visi ini diikuti suara yang menyatakan tentang identitas diri Yesus sebagai Anak Allah (Luk. 4:18-19). Kunci dari misi Yesus adalah Roh Tuhan yang memimpin dan memenangkan Yesus untuk memberitakan Injil. Pemberitaan Injil inilah yang menjadi maksud kedatangan Yesus. “… Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang …” (Mrk. 1:38). Injil Allah berisi tentang penggenapan kedatangan Kerajaan Allah yang diikuti oleh respons pertobatan dan iman oleh manusia yang mendengar dan menerima Injil tersebut.

Berita pertobatan itu diteruskan oleh para murid dengan disertai kuasa pelayanan. Setelah Yesus bangkit dari kubur, kesebelas murid pergi ke Galilea, sesuai dengan yang dikatakan Yesus, yang sudah bangkit kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain yang datang ke kubur (Mat. 28:9-10, 16). Yesus menggenapi janji-Nya, Yesus muncul di hadapan kesebelas murid yang sedang berkumpul dalam satu rumah, sebagian dari mereka meragukan-Nya (Mat. 28:17). Ketakutan dan harapan pengikut Yesus di jalan menuju Emmaus, mengatakan kepada Yesus yang sudah bangkit yang menemui mereka, “bahwa Dialah yang akan datang untuk membebaskan bangsa Israel” (Luk. 24:21). Beberapa lama setelah peristiwa ini, para murid dan pengikut Yesus ketika mereka dipenuhi Roh Kudus pada

hari Pentakosta, mereka teringat akan perintah Kristus untuk pergi memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa murid-Nya (Kis. 2:4; Mat. 28:18-20).

Seluruh gereja di dunia memiliki tanggungjawab yang sama dan terus berupaya untuk memfungsikan kehidupan keberagamaannya sebagai “pembebas” masyarakat dalam konteks masing-masing, sehingga kehadiran gereja dapat menjadi berkat dan menjadi gereja yang hidup serta mampu memberi jawaban terhadap segala persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di tempat dia bertumbuh. Gereja tidak boleh tutup mata dan telinga terhadap segala persoalan kehidupan yang dihadapi oleh warga jemaatnya. Hal ini sesuai dengan Amanat Agung yang diperintahkan Tuhan Yesus seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20, Markus 16:15-20, Kisah Para Rasul 1:8.

Dengan kata lain, kehadiran gereja untuk menjalankan tugas dan panggilan sebagai umat Allah dan Tubuh Kristus adalah menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah bagi kehidupan segala makhluk di atas muka bumi. Menjalankan tugas dan panggilan kudus ini tidak pernah selesai dan berkesudahan sebelum waktunya tiba, sampai hari kedatangan Allah yang kali kedua. Penentuan atas waktu tersebut tidak diketahui oleh siapapun, bahkan Yesus sendiri tidak mengetahuinya selain Bapa di surga (Mt. 23:14,36, 42, Mrk. 13:32-33). Oleh karena itu, tetaplah berjaga-jaga dan tekun mengerjakan tugas. Orang Kristen yang terhimpun dalam sebuah komunitas iman yang khas, di setiap waktu dan tempat perlu menjelaskan siapa mereka dan akan jadi apa mereka, dalam hubungan dengan Allah dan rencana Allah atas hidup mereka serta orang-orang di luar iman mereka tersebut. Dengan demikian, mereka dapat menemukan makna kehidupan mereka. Inilah yang menjadi dasar teologis misi gereja sepanjang masa, termasuk GKPA.

Salah satu misi gereja adalah penebusan. Tugas ini merupakan tugas utama gereja. Tugas ini hanya diamanatkan oleh Kristus kepada gereja dan tidak bisa dikerjakan oleh pihak manapun yang bukan gereja. Untuk menjalankan misi penebusan ini dilakukan dengan cara memberitakan Injil kepada semua orang. GKPA dalam pengakuan imannya mengaku sebagai gereja yang apostolis. Itu berarti bahwa GKPA adalah utusan Kristus di dalam dunia. Dengan demikian, sebagai utusan Kristus, GKPA harus berperan sebagai instrument (alat) Kristus untuk menyaksikan Kristus, dan menyampaikan Kabar Baik kepada semua orang. GKPA terpanggil untuk berperan aktif sebagai utusan Kristus menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. GKPA menjadi mitra Allah mewujudkan damai sejahtera di dunia ini. Dengan demikian, GKPA menjadi gereja yang sejalan dengan cita-cita panjaeon (kemandirian) GKPA.

Untuk menjangkau para jiwa-jiwa khususnya orang-orang Angkola-Mandailing yang berada di perantauan dan orang-orang yang belum mengenal Yesus di daerah terpencil, maka GKPA seharusnya terus berupaya mendidik dan melatih tenaga-tenaga penginjil dan pendeta.

Dalam dokumen Visi Misi GKPA 2016 2041 (Halaman 31-34)