• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persekutuan orang Percaya

Dalam dokumen Visi Misi GKPA 2016 2041 (Halaman 40-51)

5. Dasar Teologis

5.4. GKPA Mewujudnyatakan Panggilannya

5.4.2. Persekutuan orang Percaya

Gereja sebagai Tubuh Kristus yang hadir dan berada di dunia ini perlu terus menerus meningkatkan persekutuannya.Yesus Kristuslah kepala gereja. Oleh karena itu, gereja hidup dan berpusat di dalam Kristus. Gereja adalah milik Kristus dan sebagai duta-Nya di dalam dunia. Sebagai milik-Nya, Gereja termasuk GKPA di dalamnya, dipanggil untuk mengabdikan dirinya kepada Sang Pemilik dengan cara beribadah (latrea), bersekutu dengan sesama orang percaya (koinonia), dibina menjadi jemaat yang berkualitas dan yang siap diutus, peduli dengan masalah dan kebutuhan sosial (diakonia) dan dipanggil ke luar untuk bersaksi sebagai duta Kristus di dunia.

GKPA adalah milik Kristus. Kristuslah kepala Gereja yang telah mempersekutukan kita menjadi satu tubuh. Seperti anggota tubuh yang berbeda-beda namun tetap satu kesatuan. Demikian juga kita dalam Kristus, oleh Roh Kudus, kita menjadi satu dalam iman, kasih, karunia-karunia dan anugerah-anugerah (Ef. 4:15-16; 1Kor. 12L7; Kol. 2:19). Sebagai satu persekutuan, kita sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya, baik secara pribadi maupun bersama, yang memimpin kepada kebaikan, baik dalam hati maupun tindakan (1Tes. 5:11, 14; Rm. 1:11-12; 1Yoh. 3:16-18). Untuk itu semua warga jemaat GKPA mempunyai tanggungjawab untuk memelihara persaudaraan dan persekutuan dalam beribadah kepada Allah, dan melakukan pelayanan-pelayanan rohani yang dapat saling membangun (Ibr. 10:24; Kis. 2:42, 46; 1 Kor. 11:20), saling membantu, saling menopang dan saling menolong dalam kehidupannya.

Gereja-gereja Lutheran memahami ibadah sebagai ekspresi iman atau respons dari ciptaan terhadap penciptanya, yakni Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus dan membuat diri-Nya dikenal melalui Roh Kudus. Dalam hal ini ibadah meliputi ekspresi segala pikiran, suara atau tubuh yang dimotivasi oleh Allah Tri Tunggal serta diarahkan menuju pemujian kepada-Nya.

Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa ibadah dalam pengertian gereja-gereja Lutheran bukan hanya berlangsung setiap hari Minggu di gereja atau di rumah ibadah, tetapi seantero tindakan kehidupan orang beriman merupakan ibadah yang benar dan merupakan puji-pujian bagi Allah. Dan juga harus diketahui bahwa dimensi ibadah orang Kristen tidak mengenal dimensi waktu dan tempat, karena ibadah ini meliputi seantero kehidupannya.

Ibadah dapat diartikan sebagai suatu karya manusia yang tujuannya memuliakan Allah dan menghargai sesama ciptaan. Hal itu berarti bahwa panggilan memuliakan Allah mesti dipantulkan dalam panggilan ke dimensi horizontal (Lk. 10:25; Mt. 5:23-24, Yak. 1:27). Tanpa dasar ini, ibadah-ibadah yang terjadi hanyalah sebuah peziarahan tanpa tujuan pasti.

Dalam bahasa Ibrani untuk menyebut ibadah dipakai kata hishtahawah yang berasal dari kata shaha (meniarapkan diri dan menundukkan kepala), sedangkan dalam PB dipakai kata Yunani froskuneo yang berarti meniarapkan diri sendiri, membungkukkan diri, berlutut, jatuh menyembah dan memuja.

Ibadah dalam bentuk persekutuan bersama dalam GKPA memakai liturgi yang diharapkan sebagai pedoman atau tuntunan sehingga ibadah berjalan dengan khusuk. Kekhusukan ibadah ditentukan oleh bagaimana ibadah itu dimulai dengan pembukaan: umat datang menghadap Allah yang Maha Kudus, sehingga manusia hadir dengan puji-pujian, diisi dengan pengakuan serta janji pengampunan dosa, pengakuan iman, penyampaian Firman Tuhan serta diakhiri pengutusan dan komitmen sesuai dengan prinsip-prinsip ibadah.

Bahasa pengantar dalam ibadah GKPA adalah bahasa Angkola, Mandailing, Toba, Nias dan Bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Angkola-Mandailing diharapkan dapat menjadi sarana pelestarian sekaligus tindakan antisipasi terhadap kemungkinan punahnya bahasa Angkola. Pemakaian bahasa Toba dan Nias karena di berbagai jemaat ada banyak pengguna bahasa Toba dan Nias. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai sikap bijaksana agar Injil dapat disampaikan dengan baik dalam bahasa yang dipahami jemaat. Di masa mendatang tata ibadah GKPA bukan hanya ada dalam bahasa lokal dan nasional, tetapi perlu juga dipertimbangkan agar mengacu kepada kebutuhan yang ada misalnya bahasa Inggris, dan atau Mandarin.

Dalam perkembangan pelayanan ibadah di GKPA telah disetujui dan disepakati untuk mengembangkan ibadah dengan memakai ibadah alternatif dan melibatkan warga jemaat dalam pelaksanaan ibadah, seperti: membaca Kitab Suci, mengumpulkan persembahan, dan berdoa permohonan dan syafaat. GKPA juga membarui unsur-unsur ibadah Minggu dengan memasukkan nyanyian sebelum dan sesudah pemberitaan Firman Tuhan, dan membacakan

ayat-ayat Kitab Suci untuk menghantar dan memotivasi jemaat memberikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan. GKPA juga memasukkan nyanyian gereja Mennonite dalam Buku nyanyian Gereja sebagai pembaruan nyanyian jemaat. Ibadah yang dilaksanakan di GKPA selalu didasarkan pada tahun kalender Gerejawi yang telah ditetapkan gereja-gereja secara ekumenikal. GKPA juga melaksanakan ibadah Pesta Gotilon dan Pesta Zending sebagai pesta syukuran jemaat atas seluruh berkat Tuhan yang telah diterimanya dan diberikan kembali kepada Tuhan sebagai ungkapan syukurnya.

Dalam menata beribadah, GKPA telah menetapkan empat model tata ibadah yang diberlakukan, yakni:

a. Tata Ibadah Mode “A”, yaitu tata ibadah yang konvensional, yang lazim dipakai setiap ibadah,

b. Tata Ibadah Mode “B” , yaitu tata ibadah yang lebih singkat dari model “A”, c. Tata Ibadah Mode “C”, yaitu tata ibadah yang melibatkan jemaat dengan

responsoria, dan

d. Tata Ibadah Mode “D”, yaitu tata ibadah yang lebih variatif.

5.4.2.2. Kategorial

a. Sekolah Minggu GKPA

Yesus Kristus mengasihi anak-anak. Ia menyambut dengan penuh suka cita. Orang percaya juga disuruh untuk melayani dan menyambut anak-anak (Mrk. 10:13-16l Mt. 18:1-5). Oleh karena itu, GKPA juga memerhatikan dan meningkatkan pelayanan kepada anak-anak. GKPA melayani anak-anak ini dalam ibadah anak-anak sekolah Minggu. GKPA tidak mengabaikan pelayanan anak-anak ini sebab mereka juga bagian dari anggota tubuh Kristus. Apalagi 20 tahun ke depan, anak-anak itu akan menjadi pemuda-pemudi dan generasi penerus.

Pada masa ini anak-anak mengalami pembentukan dan perkembangan karakter yang paling menentukan. Karena itu, pembentukan karakter anak-anak harus sungguh-sungguh dipersiapkan agar nantinya mereka menjadi pelaku Firman dalam waktu dan ruang kesibukan mereka. Ada enam pihak yang memainkan peran penting dan sangat berpengaruh dalam menumbuhkembangkan karakter serta spiritualitas anak-anak, yakni:

- Orangtua anak

- Gereja (pejabat dan jemaatnya)

- Pendeta

- Guru Sekolah Minggu - Komisi Anak

b. Remaja (12-16 tahun)

Persekutuan remaja gereja sering disebut sebagai kelas katekisasi yang bertujuan untuk menindaklanjuti pengajaran Firman Tuhan atau iman Kristiani setelah melewati masa anak-anak. Gereja harus lebih memberikan perhatian yang serius kepada kelompok remaja gereja karena pada masa ini mereka mengalami masa pubertas atau transisi yang turut memengaruhi perkembangan mereka secara psikologis. Mereka perlu dikuatkan dengan Firman Tuhan melalui metode yang relevan sesuai keberadaan usianya di dalam menghadapi masa perkembangan biologis dan psikologisnya.

c. Persekutuan Naposobulung (pemuda) (17-25 tahun – sebelum menikah)

Pemuda GKPA adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam pelasanaan Tri Tugas panggilan gereja. Oleh sebab itu mereka perlu dibekali dan dikuatkan dalam iman untuk menjalankan tugas panggilannya, seperti yang diingatkan Paulus kepada Timotius agar mau melatih diri (1Tim. 4:7b-8). Di setiap jemaat GKPA membuka pelayanan kepada pemuda dengan nama “Persekutuan Naposobulung GKPA (PN-GKPA). Melalui PN-GKPA ini GKPA membekali para pemuda Gereja untuk bertumbuh dan berkembang baik secara iman maupun ilmu pengetahuan. GKPA menyadari mereka nantinya adalah penerima alih “tongkat gembala” kepemimpinan di Gereja.

Pemuda hidup dalam berbagai dinamika kehidupan. Oleh sebab itu, dengan peningkatan pelayanan kepada pemuda, mereka semakin dibentengi dari segala dampak negatif perkembangan zaman, seperti pengaruh negatif globalisasi dan yang lainnya. Dengan pembekalan spiritualitas berbasis Alkitab, mereka akan semakin dewasa di dalam iman, pengharapan, dan kasih (1Kor. 13:13).

d. Persekutuan Perempuan GKPA (PP-GKPA)

GKPA memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kaum perempuan GKPA mengambil bagian dalam pelayanan di tengah-tengah Gereja. Pelayanan kepada kaum perempuan ini disebut dengan pelayanan Persekutuan Perempuan GKPA. Kegiatan ini biasanya diisi dengan pembekalan firman Tuhan lalu diikuti dengan latihan koor dan paduan suara. Selain itu kaum perempuan GKPA juga aktif dalam kegiatan sosial di tengah-tengah gereja dan masyarakat. Pelayanan ini dilakukan karena GKPA menyadari bahwa seorang ibu juga berperan sebagai imam (Ul. 6:7-10). Pendidik pertama dalam hidup seorang anak adalah ibu. Karena itu, peran seorang ibu sangat signifikan baik dalam perkembangan kognitif – afektif, maupun religiositas (pengenalan agama-agama di sekitarnya)

dan spiritualitas seorang anak. Peran seorang ibu sungguh penting dalam mempersiapkan anak-anak warga gereja kita – dalam pertumbuhan spiritualitas mereka 20 tahun ke depan.

Seorang ibu adalah seorang isteri. Sebagai seorang isteri, ia wajib menolong suaminya dan berhak mendapat kasih dari sang suami. Ibu sebagai pribadi yang mandiri memiliki harapan, keceriaan dan persoalan-persoalan tersendiri. Ia adalah seorang ibu, seorang isteri dan satu pribadi yang selalu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat di mana ia berada. Diharapkan ia mampu menjadi garam dan terang bagi lingkungannya.

e. Persekutuan Ama (Bapak) GKPA (PA-GKPA)

GKPA menyadari bahwa peran kaum Ama (bapa) di tengah keluarga dan gereja menduduki posisi yang sangat penting. Seorang bapa memiliki peran sebagai imam (Ul. 6:7-10). Dalam masyarakat paternalistic, seorang bapa memiliki otoritas tersendiri dalam rumah tangga. Dalam perkembangan masyarakat sekarang ini, seorang bapa tidak harus didengar semua yang diucapkannya. Sebagai seorang kepala keluarga, perannya dalam menciptakan suasana yang baik dan membahagiakan dalam keluarga begitu penting. Tidak berlebihan bila dikatakan seorang bapa dalam keluarga merupakan tokoh sentral. Karena ia adalah seorang imam dan teladan yang bertanggungjawab membawa anak dan isterinya lebih dekat lagi kepada Tuhan.

Karena itu, GKPA melayani kaum bapa ini dalam pelayanan Persekutuan Ama GKPA yang membekali mereka dengan sharing Firman Tuhan, latihan koor dan kegiatan sosial lainnya. Seorang bapa adalah juga seorang suami. Sebagai suami, ia wajib mengasihi istri dan ditolong oleh isterinya. Seorang bapa juga suatu pribadi – dengan segala harapan, kecerahan dan juga persoalan-persoalannya. Ia adalah seorang bapa dan suatu pribadi yang selalu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat di mana ia berada.

f. Persekutuan Lanjut Usia (Lansia > 60 tahun)

GKPA sebagai gereja yang dipanggil untuk menyatakan kasih Kristus kepada semua orang tidak dapat mengabaikan orang yang lanjut usia (Yak. 1:27). Terlebih lagi dalam rangka meningkatkan kepedulian dan kesejahteraan kehidupan mereka. Semua itu bertujuan untuk mewujud-nyatakan kasih dan kepedulian Kristus dalam kehidupan keseharian jemaat dan warga masyarakat. Mereka yang sudah purna bakti dari pelayanan masyarakat akan terus mendapat

perhatian dan pelayanan dari Gereja sebab karena jasa-jasa merekalah keberadaan gereja saat ini.

5.4.2.3. Ekumene

GKPA adalah bagian dari gereja yang Esa, kudus dan Am serta yang rasuli. Oleh sebab itu, GKPA tidak dapat terpisahkan keberadaan dan arti kehadirannya dengan gereja lainnya di dunia ini. Untuk itu, GKPA harus memberi waktu dan pikirannya serta partisipasinya dalam kegiatan ekumenis.

GKPA sebagai gereja terus membangun kerjasama dengan berbagai denominasi gereja baik dalam aras nasional, regional, dan internasional. GKPA turut aktif dalam semua kegiatan lembaga ekumenis untuk mendorong persekutuan yang Am di semua umat Kristen. Hubungan kerjasama dengan berbagai denominasi ini dalam rangka menyatakan kebersamaan dalam tugas panggilan dan misi Gereja di tengah-tengah dunia ini.

5.4.3. Bersaksi

Panggilan dan tanggung jawab untuk bersaksi dan mengabarkan Injil adalah penugasan dari Kristus yang diembankan kepada jemaat. Melalui kesaksian jemaat secara pribadi dan secara bersama-sama diharapkan menghadirkan kesukaan yang membebaskan, yaitu:

 Memberitakan Kristus yang disalib (1Kor. 1:17, 23),

 Berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaruan yang disediakan bagi

manusia (Mrk. 1:15),

 Pengampunan dosa dan keselamatan (Lk. 24:27),

 Kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan kepada segala bangsa (Lk.

4:18-21), kepada segala makhluk (Mrk. 16:15), di seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangsa (Mt. 24:14) sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8), di seluruh alam di bawah langit (Kol. 1:23), dan sampai akhir jaman (Mt. 28:20), sebagai bagian dari karya menyeluruh Yesus Kristus (Ef. 1:10, Yoh. 21:24, 2Tim. 4:2).

GKPA dalam kesaksiannya terpanggil untuk senantiasa berpartisipasi secara positif, kreatif, kritis dan realistis dalam mendukung pembangunan dan kesatuan bangsa. GKPA sebagai tubuh Kristus, telah banyak melakukan kesaksiannya di tengah-tengah orang Kristen Angkola-Mandailing dan masyarakat pada umumnya. Hal itu dilaksanakan sebagai pewujudnyataan Misio Dei.

5.4.3.1. Lembaga Pendidikan

GKPA telah mendirikan lembaga pendidikan di beberapa tempat untuk menolong warga masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. GKPA telah mendirikan

Sekolah Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (PGAK-P) di Sipirok pada 1980-an. GKPA juga mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Berkat di Aek Bingke sejak 1984. Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Hutaraja Tanotombangan sejak 1992. GKPA menyadari bahwa pembangunan jemaat Kristen, salah satu yang paling pokok adalah masalah pendidikan. Hal ini dikaitkan dengan suatu pemahaman bahwa, tujuan pendidikan adalah untuk memulihkan keadaan manusia pada kodratnya. Pendidikan adalah salah satu alat untuk mengembalikan citra manusia yang telah hilang karena dosa. Dengan artian pendidikan bertujuan memulihkan manusia sehingga kembali menjadi segambar dan serupa dengan Allah. Pemulihan melalui pendidikan meliputi akal budi, jasmani dan rohani. Berdasarkan pada prinsip untuk memulihkan citra manusia, maka pendidikan harus dilakukan oleh gereja. Gereja memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, karena gereja dan sekolah tidak dapat dipisahkan. Gereja dan sekolah memiliki hubungan yang erat, sehingga dapat diibaratkan seperti keping mata uang. Hal ini didasarkan pada pemahaman, bahwa pendidikan tidak hanya mencerdaskan manusia secara rasional, tetapi juga memiliki spiritualitas kristiani. Pendidikan dapat dijadikan sebagai sarana untuk melindungi anak-anak dari nafsu duniawi, sekaligus membimbing ke arah hidup yang dikehendaki Allah. Pendidikan yang didirikan oleh gereja akan menghasilkan manusia yang mempunyai kepribadian Kristiani.

5.4.3.2. Balai Pengobatan Kesehatan Masyarakat (BPKM), Panti Asuhan, dan Asrama- Asrama

Dalam tri tugas gereja salah satu tugas dan panggilan gereja di tengah-tengah dunia adalah diakonia. Model diakonia gereja bersifat karitatif dan transformatif. Pelayanan rumah sakit, panti asuhan dan asrama-asrama merupakan bentuk-bentuk diakonia yang dilakukan oleh GKPA dengan tujuan untuk menolong warga masyarakat. Selain sebagai bentuk diakonia sosial, keberadaan Balai Pengobatan Kesehatan Masyarakat, Panti Asuhan maupun asrama sebagai wujud kesaksian gereja di tengah masyarakat. GKPA mendirikan BPKM Muara Sipongi pada 1981 sebagai alat kesaksian GKPA kepada masyarakat yang mayoritas muslim.

GKPA mendirikan Panti Asuhan Debora di Silangge Sipirok atas dasar menolong mereka yang terabaikan dan para yatim piatu. Hal itu sesuai dengan teologi kitab Yakobus yang menyatakan ibadah yang sejati adalah mengunjungi para janda dan yatim piatu (Yak. 1:27). Sebagai bentuk kesaksian di tengah-tengah dunia, gereja tidak berpangku tangan dengan masalah-masalah sosial di sekitarnya.

5.4.3.3. Mengembangkan Penginjilan berbasis Jemaat

Penginjilan adalah memberitakan kabar sukacita kepada orang lain. Gereja sebagai pengikuti Kristus mendapat mandat untuk menyampaikan berita sukacita ini (Mrk. 16:15-20).

Oleh karena itu GKPA tidak boleh mengabaikan tugas pokok ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Penginjilan adalah keharusan bagi Gereja (bd. 2Tim. 4:2, 1Kor. 9:16). Penginjilan ini disampaikan sesuai dengan konteks di mana Injil itu diberitakan.

GKPA dalam pemberitaan Injil tidak boleh puas dengan pendekatan yang dilakukan selama ini. Tanda kesetiaan kepada Raja Gereja, yaitu Kristus Yesus, tugas ini kita jalankan bukan hanya melalui kegiatan yang sifatnya rutinitas saja, tapi perlu program yang jelas dan terukur untuk menjalankan penginjilan ke dalam dan ke luar. Dengan demikian kehadiran GKPA di tengah-tengah dunia ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungannya, baik melalui perkataan maupun perbuatan.

Tanggung jawab menjalankan misi ini adalah tanggung jawab seluruh anggota jemaat GKPA, bukan hanya tanggung jawab pendeta, guru jemaat, bibelvrow, diakones dan sintua. Penginjilan berbasiskan jemaat yang artinya jemaatlah sebagai ujung tombak pelaksanaan program penginjilan itu, bukan hanya tanggung jawab Pucuk Pimpinan GKPA. Pucuk Pimpinan GKPA berperan sebagai penggerak, motor, perumus kebijakan, pemikir dan Pembina. Dengan dukungan penuh jemaat GKPA akan sangat menentukan keberhasilan tugas penginjilan. Untuk itu dibutuhkan kesadaran setiap warga GKPA baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam tugas panggilan ini. Mereka diharapkan mampu menjadi insan- insan missioner untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah.

GKPA bertanggung jawab dalam melaksanakan penginjilan ke luar, tidak hanya berpusat ke dalam (Mt. 28:19-20).GKPA dipanggil untuk membuka diri terhadap tanggung jawabnya pergi ke luar, ke tempat di mana Injil itu belum pernah diperdengarkan. Oleh karena itu, GKPA sudah saatnya menjadi gereja dewasa, bukan hanya memikirkan tetapi juga berbuat dalam penginjilan ke luar.

Untuk merealisasikan hal ini GKPA perlu memikirkan sarana yaitu membentuk Tim, komisi, atau Seksi Pekabaran Injil di lingkungan GKPA. Mereka bertugas memikirkan dan merencanakan langkah-langkah kongkrit kegiatan Pekabaran Injil di lingkup GKPA maupun di luar GKPA.

5.4.3.4. Pelayanan Pastoral/Penggembalaan

Gembala dalam arti hurfiah adalah seorang yang ditugasi menggembalakan ternak (kambing, domba). Pekerjaan ini mengemban panggilan yang banyak tuntutannya, misalnya mencari rumput dan air di daerah yang kering dan bebatuan (Mzm. 23:2), melindungi kawanan domba gembalaannya terhadap cuaca buruk dan binatang buas (Am. 3:12), mencari dan membawa kembali setiap domba yang sesat (Yehz. 34:8; Mt. 18:12).

Gembala upahan bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas domba yang hilang (Kej. 31:39), kecuali ia berhasil mengajukan pembelaan yang membuktikan, bahwa suatu peristiwa benar-benar telah terjadi di luar pengetahuannya atau kemampuannya (Kej. 22:10- 13).

Dalam PL Allah sering digambarkan sebagai gembala Israel (Kej. 49:24). Dalam PB tugas Mesias disebut sebagai Gembala, bahkan Gembala Agung (Ibr. 13:20; 1Ptr. 5:4; 2:5). Mengacu kepada Yohanes 10 yang rinciannya sepadan dengan Yehezkiel 34, disebutkan bagaimana gembala yang sesungguhnya, gembala yang baik, dan tugas inilah yang diamanatkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya termasuk kepada rasul Petrus (Yoh. 21:15-18), yang diterjemahkan sebagai bentuk pelayanan pastoral atau penggembalaan, pelayanan pribadi, pendampingan, dan topangan lewat doa bagi setiap warga jemaat ketika mereka mengalami suka cita maupun dalam menghadapi berbagai persoalan.

5.4.4. Pelayanan

Gereja sebagai perwujudan tubuh Kristus dipanggil untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk. 10:45). Pelayanan gereja bukan hanya dialamatkan kepada manusia, tapi juga terhadap ciptaan yang lain (Kej. 1:26-28; 2:15; Mzm. 8), sehingga keadilan dan kesejahteraan sebagai wujud kasih Allah bagi dunia menjadi milik bersama seluruh ciptaan, tanpa membedakan suku, ras, agama, dan budaya (Yer. 22:3; Ams. 5:15-24). Pelayanan gereja menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang sedang berada dan berkarya, sekaligus menantikan kesempurnaan kehadiran-Nya kedua kali yang penuh dengan kebenaran dan kemuliaan (Luk. 4:18-21; 2Ptr.3:13).

5.4.4.1. Jemaat yang diakonal

Salah satu tugas pokok panggilan gereja adalah diakonia. Tugas ini berhubungan erat dengan gereja sebagai persekutuan dan kesaksian. Diakonia merupakan kesaksian nyata tentang kasih Allah terhadap dunia ini, kesaksian gereja yang bersekutu sebagai tubuh Kristus. Tentang diakonia ini tentu ada dasar teologisnya. Dengan dasar itulah kita dapat membedakan bentuk-bentuk pelayanan dengan yang dilakukan lembaga-lembaga lainnya di dunia ini.

Diakonia dalam jemaat adalah melayani sesama manusia berdasarkan kehidupan Yesus Kristus. Kehidupan Yesus Kristus menjadi model dalam pelayanan kita, dengan jemaat sebagai perpanjangan tangan Yesus Kristus. Singkatnya, diakonia adalah Injil yang dioperasionalkan. Diakonia tidak hanya ditujukan ke dalam dan ke luar, tapi ke dunia, kepada sesama manusia yang menderita dan membutuhkan. Tujuan pekerjaan diakonal adalah membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di hadapan Allah dan sesama manusia serta memedulikan keberadaan umat manusia secara utuh, yaitu memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan kebutuhan sosial serta ekonomi. Pelayanan ini menjadi bagian yang integral dalam kehidupan GKPA.

Hidup diakonia inilah salah satu bukti bahwa jemaat GKPA adalah gereja yang peduli dan menjadi pembawa keteduhan dan kenyamanan di tengah-tengah dunia ini. Untuk merealisasikan bidang ini hendaknya jemaat-jemaat GKPA membentuk komisi diakonia atau seksi dengan progam-program yang tidak hanya sekedar Serikat Tolong Menolong (STM),

tetapi lebih jauh dari itu, yaitu menjawab pergumulan warga jemaat dan masyarakat sebagaimana Yesus Kristus kehendaki.

5.4.4.2. Pelestarian Lingkungan Hidup

Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Kristus dan Roh Kudus hadir di dalam ciptaan, mengikat semua manusia dan seluruh ciptaan sehingga menjadi baik dan satu (Kej. 1). Gereja memahami dirinya sebagai hamba, pelayan dan penatalayan ciptaan. Gereja terpanggil untuk menghormati, menghargai, mengasihi dan berkarya untuk memperbaiki serta menyembuhkan cipataan sebagai pendahuluan dan petunjuk arah kepada persekutuan di dalam Kristus (Ef. 1:10).

Dengan aturan sabat, tahun sabat dan tahun Yobel, Kitab Suci menunjukkan bagaimana mendamaikan ekonomi dan ekosistem, bagaimana menciptakan tatanan baru manusia dan masyarakat (Kel. 23; Im. 25). Secara efektif, ekonomi dan penatalayanan sumber-sumber alam digabungkan, hukum dan kemurahan, disiplin dan keadilan sosial saling melengkapi. Jelaslah bahwa visi Kitab Suci tentang hubungan ekonomi dan ekosistem adalah hubungan yang tidak terputuskan.

Tugas gereja terhadap kehidupan semua ciptaan, selaku persekutuan orang-orang yang telah ditebus adalah tanda ciptaan baru dalam Kristus. Dipanggil oleh Allah untuk berperan dalam pembaruan ciptaan. Dengan dikuatkan oleh Roh Kudus, orang-orang Kristen dipanggil untuk bertobat dari penyalahgunaan dan perlakuan kejam terhadap alam. Perlu juga

Dalam dokumen Visi Misi GKPA 2016 2041 (Halaman 40-51)