• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

5.2 Analisis Daya Dukung Lingkungan

5.2.1 Daya Dukung Fisik

Daya dukung fisik yang dianalisis dalam kajian ini dibatasi pada kemampuan lahan (ruang) dalam menampung berbagai kegiatan pembangunan ditinjau aspek kesesuaian lahan. Hasil dari analisis ini akan memberikan informasi mengenai seberapa besar luas lahan dan jumlah unit usaha serta jumlah maksimum orang yang dapat ditampung oleh kawasan tersebut. Konsep yang digunakan adalah daya dukung lahan dan daya dukung kawasan.

Daya dukung lahan (DDL) adalah kemampuan maksimum lahan untuk mendukung suatu aktivitas tertentu secara terus menerus tanpa menimbulkan penurunan kualitas lingkungan baik biofisik maupun sosial, sedangkan daya dukung kawasan (DDK) menunjukan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Mengingat model pengelolaan minawisata bahari yang akan dikembangkan di Teluk Un ini adalah pengelolaan yang berbasis konservasi dan dikembangkan di pulau sangat kecil, maka daya dukung lahan perlu dibatasi dengan kapasitas lahan (KL) dimana areal yang diizinkan untuk dikembangkan adalah 30% dari luas lahan yang sesuai.

a. Minawisata bahari pancing

Analisis daya dukung untuk minawisata bahari pancing dilakukan dengan pendekatan luas lahan yang sesuai, kapasitas lahan perairan, dan luasan optimal sarana pemancingan ikan. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan didapatkan luas lahan yang sesuai untuk aktivitas ini adalah seluas 113,12 ha atau 1.131.200 m2, apabila kapasitas lahan perairan adalah 30% dari luas lahan yang sesuai maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung lahan diperoleh DDL untuk minawisata bahari pancing adalah seluas 339.360 m2.

Luasan optimal sarana pemancingan ikan adalah besaran yang menunjukkan luas dari 1 unit perahu bercadik dengan ukuran panjang perahu 4 meter dan lebar perahu termasuk cadiknya adalah 3 meter sehingga luasan optimalnya adalah 12 m2, sementara luas olah gerak untuk 1 unit sarana pemancingan ikan agar dapat bergerak dengan leluasa tanpa menggangu atau terganggu oleh sarana pemancingan lainnya adalah 900 m2

b. Minawisata bahari pengumpulan kerang

(30 m X 30 m). Dengan dasar perhitungan tersebut maka jumlah unit sarana pemancingan ikan yang diperbolehkan untuk beroperasi di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir adalah sebanyak 377 unit perhari. Selanjutnya, jika 1 unit sarana pemancingan ikan dapat menampung 3 orang (2 orang wisatawan dan 1 orang pendayung perahu) maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung kawasan diperoleh DDK untuk minawisata bahari pancing adalah 1.131 orang perhari.

Analisis daya dukung untuk minawisata bahari pengumpulan kerang dilakukan dengan pendekatan potensi ekologis pengunjung per satuan unit area, luas area yang dapat dimanfaatkan, unit area, waktu yang disediakan oleh kawasan dalam 1 hari, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan pengumpulan kerang. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan didapatkan luas lahan yang sesuai untuk aktivitas ini adalah seluas 81 ha atau 810.000 m2, apabila kapasitas lahan perairan adalah 30% dari luas lahan yang sesuai maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung lahan diperoleh DDL atau luas area yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengumpulan kerang menjadi 243.000 m2.

Unit area adalah besaran yang menunjukkan luasan optimal dari lahan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas pengumpulan kerang. Jika diasumsikan bahwa unit area untuk 1 orang pengunjung agar dapat leluasa melakukan aktivitas pengumpulan kerang tanpa menggangu pengunjung lainnya adalah 2500 m2

c. Minawisata bahari karamba pembesaran ikan

(50 m X 50 m), potensi ekologis pengunjung per satuan unit area adalah 1 orang, waktu yang disediakan oleh kawasan dalam 1 hari adalah 8 jam, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan aktivitas ini adalah 4 jam (Yulianda 2007), maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung kawasan diperoleh DDK untuk minawisata bahari pengumpulan kerang adalah sebanyak 194 orang per event. Satuannya ditentukan per event karena sesuai adat dan kebiasaan masyarakat setempat untuk menjaga ketersediaan dan kelestarian sumberdaya yang ada, aktivitas pengumpulan kerang tidak dapat dilakukan setiap hari oleh masyarakat setempat karena terikat dengan atusan Sasi (Yutut), aktivitas ini hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu yaitu pada saat kondisi laut surut terbesar (Meti Kei).

Analisis daya dukung untuk minawisata bahari karamba pembesaran ikan dilakukan dengan pendekatan luas lahan yang sesuai, kapasitas lahan perairan, dan luasan optimal karamba pembesaran ikan. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, didapatkan luas lahan yang sesuai untuk aktivitas ini adalah seluas 44,97 ha atau 449.700 m2, apabila kapasitas lahan perairan adalah 30% dari luas lahan yang sesuai maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung lahan diperoleh DDL untuk minawisata bahari karamba pembesaran ikan adalah seluas 134.910 m2

Luasan optimal karamba pembesaran ikan adalah besaran yang menunjukkan luas dari 1 unit rakit dengan empat buah karamba berukuran 3m X 3m X 3m, luasan optimal untuk 1 unit rakit agar ikan-ikan yang dipelihara dapat bertumbuh dengan baik adalah 144 m

.

2

(12 m X 12 m), luasan ini merupakan ukuran optimal yang digunakan secara umum di perairan Indonesia (Sunyoto 1993). Sementara luas olah gerak untuk 1 unit rakit karamba agar perahu yang menuju dan kembali dari rakit karamba dapat bergerak dengan leluasa tanpa

menggangu atau terganggu oleh perahu lainnya adalah 3.600 m2

d. Minawisata bahari selam

(60 m X 60 m). Dengan dasar perhitungan tersebut maka jumlah rakit karamba pembesaran ikan yang diperbolehkan untuk ditempatkan di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir adalah sebanyak 37 unit. Selanjutnya, jika 1 unit rakit dapat menampung 5 orang (4 orang wisatawan dan 1 orang penjaga karamba) maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung kawasan diperoleh DDK untuk minawisata bahari karamba pembesaran ikan adalah 185 orang perhari.

Analisis daya dukung untuk minawisata bahari selam dilakukan dengan pendekatan potensi ekologis pengunjung per satuan unit area, luas area yang dapat dimanfaatkan, unit area, waktu yang disediakan oleh kawasan dalam 1 hari, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan penyelaman. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan didapatkan luas lahan yang sesuai untuk aktivitas ini adalah seluas 12,22 ha atau 122.200 m2, apabila kapasitas lahan perairan adalah 30% dari luas lahan yang sesuai maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung lahan diperoleh DDL atau luas area yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas penyelaman menjadi 36.660 m2.

Unit area adalah besaran yang menunjukkan luasan optimal dari lahan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas penyelaman. Menurut Yulianda (2007), unit area untuk 1 orang pengunjung agar dapat leluasa melakukan aktivitas penyelaman tanpa menggangu penyelam lainnya adalah 2000 m2

e. Minawisata bahari mangrove

(200 m X 10 m), potensi ekologis pengunjung per satuan unit area adalah 2 orang (1 orang penyelam dan 1 orang pemandu selam), waktu yang disediakan oleh kawasan dalam 1 hari adalah 8 jam, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan aktivitas ini adalah 2 jam, maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung kawasan diperoleh DDK untuk minawisata bahari selam adalah sebanyak 146 orang per hari.

Menurut Yulianda (2007) dalam matriks kesesuaian lahan ekowisata mangrove, ketebalan ekosistem mangrove yang dipersyaratkan untuk kelas kesesuaian S (sesuai) adalah lebih dari 300 meter, parameter ini juga digunakan

dalam melakukan analisis kesesuaian lahan untuk minawisata bahari mangrove. Hasil interpretasi citra satelit menunjukan bahwa ketebalan ekosistem mangrove di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir tidak ada yang mencapai 300 meter, ketebalan terbesar hanya mencapai 180 meter, dengan demikian ekosistem mangrove yang ada di kawasan ini tidak memenuhi kriteria yang dipersyaratkan untuk kelas kesesuaian S (sesuai). Namun untuk kepentingan konservasi dan pendidikan bahari, ekosistem mangrove yang ada di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir ini dapat digunakan untuk minawisata bahari mangrove walaupun hanya dengan memanfaatkan luasan ekosistem mangrove yang masuk dalam kelas kesesuaian SB (sesuai bersyarat).

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan didapatkan luas ekosistem mangrove yang masuk dalam kelas kesesuaian SB (sesuai bersyarat) adalah 29,29 ha atau 292.900 m2 dan letaknya tersebar mengitari Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Apabila kapasitas lahan adalah 30% dari luas ekosistem mangrove yang sesuai bersyarat tersebut, maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung lahan diperoleh DDL atau luas area yang dapat dimanfaatkan untuk minawisata bahari mangrove menjadi 87.870 m2

Analisis daya dukung untuk minawisata bahari mangrove dilakukan dengan pendekatan potensi ekologis pengunjung per satuan unit area, luas area yang dapat dimanfaatkan, unit area, waktu yang disediakan oleh kawasan dalam 1 hari, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan tracking. Jika diasumsikan bahwa areal untuk membuat rute tracking adalah 10% dari luas area yang dapat dimanfaatkan untuk minawisata bahari mangrove, maka luas area yang dapat digunakan untuk melakukan tracking adalah 8.787 m

.

2

. Unit area adalah besaran yang menunjukkan jarak optimal dari panjang track yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk melakukan tracking. Menurut Yulianda (2007), unit area untuk 1 orang pengunjung agar dapat leluasa melakukan tracking tanpa menggangu pengunjung lainnya adalah 50 meter, potensi ekologis pengunjung per satuan unit area adalah 1 orang, waktu yang disediakan oleh kawasan dalam 1 hari adalah 8 jam, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan tracking adalah 2 jam, maka berdasarkan hasil perhitungan daya dukung kawasan diperoleh DDK untuk minawisata bahari mangrove adalah

sebanyak 702 orang per hari. Apabila lebar area tracking yang dibuat adalah 2 meter, maka minawisata bahari mangrove ini dapat dinikmati dengan cara mengekplorasi sekaligus menikmati ekosistem mangrove dengan semua proses alami yang terjadi di dalamnya mengikuti rute tracking sepanjang 4.394 meter. 5.2.2 Daya Dukung Ekologis

Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung ekologis adalah dengan pendekatan kapasitas asimilasi lingkungan perairan. Perairan teluk memiliki kemampuan menampung beban pencemaran sampai pada batas-batas tertentu, kemampuan ini dipengaruhi oleh proses pengenceran dan perombakan yang terjadi di dalamnya. Kapasitas asimilasi didefenisikan sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima beban pencemar limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya. Apabila beban limbah yang masuk ke perairan melebihi kemampuan asimilasinya maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran.

Perhitungan kapasitas asimilasi lingkungan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dalam menampung beban pencemar dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan metoda regresi sederhana antara konsentrasi masing-masing parameter kualitas air di lingkungan perairan dengan beban pencemarnya, hasil regresi sederhana tersebut selanjutnya dianalisis dengan cara memotongkannya dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut dan wisata bahari sesuai standar baku mutu yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jika nilai kapasitas asimilasinya belum terlampaui, maka beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah, dimana beban pencemar yang masuk akan mengalami proses difusi atau dispersi atau penguraian di dalam lingkungan perairan, hal ini ditandai oleh nilai konsentrasi parameter beban pencemar yang masih berada dibawah nilai ambang batas baku mutu air laut. Begitu pula sebaliknya, jika nilai kapasitas asimilasinya telah melampaui kemampuan asimilasinya maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Data hasil pengukuran parameter kualitas air di lingkungan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir serta standar baku mutu air laut yang dipersyaratkan seperti yang ditunjukan pada Tabel 29.

Tabel 29 Status kualitas perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir

Parameter

Baku Mutu Hasil Pengukuran

Biota Laut Wisata Bahari St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 Nitrat (mg/l) 0,008 0,008 0,008 0,003 0,002 0,003 0,004 0,003 0,003 Phosphat (mg/l) 0,015 0,015 0,009 0,002 0,004 0,005 0,002 0,002 0,004 Tembaga (mg/l) 0,008 0,050 0,017 0,007 0,008 0,008 0,007 0,007 0,009 Ammonia (mg/l) 0,3 nihil 0,006 0,007 0,009 0,008 0,007 0,007 0,011 Sulfida (mg/l) 0,01 nihil 0,011 0,006 0,007 0,007 0,006 0,006 0,007

Selanjutnya data hasil regresi sederhana (fungsi y), beban pencemar dan kapasitas asimilasinya seperti ditunjukan pada Tabel 30. Persamaan regresi yang terbentuk merupakan hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter kualitas air di lingkungan perairan dengan beban pencemarnya. Apabila garis regresi yang terbentuk ditarik lurus sehingga berpotongan dengan garis baku mutu air laut sesuai peruntukannya maka akan didapatkan nilai kapasitas asimilasinya seperti yang ditunjukan pada Gambar 21.

Tabel 30 Beban pencemar dan kapasitas asimilasi lingkungan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir

No Paramater Fungsi y R Beban Pencemar (mg/det) 2 Kapasitas Asimilasi (mg/det) 1 Nitrat (NO3–N) y = 3,025 + 0,002x R2 = 0,999 1,286 2,772 2 Phosphat (PO4) y = 4,990 + 0,002x R2 = 0,999 1,386 5,198 3 Tembaga (Cu) y = 6,370 + 0,002x R2 = 0,999 3,119 2,772 4 Ammonia (NH3–N) y = - 9,610 + 0,002x R2 = 0,999 2,703 103,967 5 Sulfida (H2S) y = 1,050 + 0,002x R2 = 0,999 2,475 3,465

a. Kapasitas Asimilasi Nitrat (NO3-N) b. Kapasitas Asimilasi Phosphat (PO4)

c. Kapasitas Asimilasi Tembaga (Cu)

d. Kapasitas Asimilasi Ammonia (NH3-N) e. Kapasitas Asimilasi Sulfida (H2

Gambar 21 Kapasitas asimilasi dari 5 paramater kualitas air di lingkungan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir.

-S)

a. Kapasitas Asimilasi Nitrat (NO3

Penentuan nilai kapasitas asimilasi untuk NO -N)

3-N dilakukan dengan persamaan regresi y = 3,025 + 0,002x dan R2 = 0,999. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar

2,772 mg/det (0,007 ton/bulan). Jika beban pencemar yang ada sebesar 1,286 mg/det (0,003 ton/bulan) dibandingkan dengan nilai kapasitas asimilasi tersebut maka terlihat bahwa beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah karena berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di 7 stasiun pengamatan ternyata konsentrasi NO3-N pada 6 stasiun pengamatan masih berada dibawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu di Stasiun 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, kecuali pada stasiun pengamatan 1 di bagian utara Teluk Un terlihat bahwa nilai konsentrasi NO3

b. Kapasitas Asimilasi Phosphat (PO

-N telah mencapai batas kapasitas asimilasinya.

4

Berdasarkan persamaan regresi y = 4,990 + 0,002x dan R )

2

= 0,999 maka dapat ditentukan kapasitas asimilasi PO4 di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 5,198 mg/det (0,013 ton/bulan). Jika beban pencemar yang ada sebesar 1,386 mg/det (0,003 ton/bulan) dibandingkan dengan nilai kapasitas asimilasi tersebut maka beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah karena hasil pengukuran kualitas air di 7 stasiun pengamatan semuanya menunjukan bahwa konsentrasi PO4

c. Kapasitas Asimilasi Tembaga (Cu)

masih berada dibawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan.

Nilai kapasitas asimilasi untuk Cu ditentukan berdasarkan persamaan regresi y = 6,370 + 0,002x dan R2 = 0,999. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 2,772 mg/det (0,007 ton/bulan). Jika beban pencemar yang ada sebesar 3,119 mg/det (0,008 ton/bulan) dibandingkan dengan nilai kapasitas asimilasi tersebut maka terlihat bahwa kondisi perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir telah tercemar oleh Cu karena ada 2 stasiun pengamatan yang konsentasi Cu telah melampaui nilai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu pada Stasiun 1 dan 7. Selain itu juga ada 2 stasiun pengamatan yang konsentrasi Cu sama dengan baku mutu yang dipersyaratkan yaitu pada Stasiun 3 dan 4, sedangkan konsentrasi Cu pada 3 stasiun pengamatan lainnya masih berada di bawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu pada Stasiun 2, 5, dan 6.

d. Kapasitas Asimilasi Ammonia (NH3

Penentuan nilai kapasitas asimilasi untuk NH -N)

3-N dilakukan dengan persamaan regresi y = - 9,610 + 0,002x dan R2 = 0,999. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 103,967 mg/det (0,269 ton/bulan). Nilai kapasitas asimilasi ini cukup besar karena konsentrasi NH3-N yang ada di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir sangat kecil bila dibandingkan dengan nilai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,3 mg/l. Jika beban pencemar yang ada sebesar 2,703 mg/det (0,007 ton/bulan) dibandingkan dengan nilai kapasitas asimilasi tersebut maka jelas terlihat bahwa beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah karena hasil pengukuran kualitas air pada 7 stasiun pengamatan, semuanya menunjukan konsentrasi NH 3-N

e. Kapasitas Asimilasi Sulfida (H

masih berada jauh dibawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan. 2

Berdasarkan persamaan regresi y = 1,050 + 0,002x dan R -S)

2 = 0,999 maka dapat ditentukan kapasitas asimilasi H2S di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 3,465 mg/det (0,008 ton/bulan). Jika beban pencemar yang ada sebesar 2,475 mg/det (0,006 ton/bulan) dibandingkan dengan nilai kapasitas asimilasi tersebut maka terlihat bahwa beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah karena berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di 7 stasiun pengamatan ternyata konsentrasi H2S pada 6 stasiun pengamatan masih berada dibawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu di Stasiun 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Sama halnya dengan nitrat, pada stasiun pengamatan 1 di bagian utara Teluk Un terlihat bahwa konsentrasi H2

Dari kelima parameter kualitas air tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa unsur pencemar seperti nitrat, tembaga, dan sulfida yang konsentrasinya telah mencapai atau bahkan melampaui batas kapasitas asimilasinya diduga keberadaannya karena adanya limbah pemukiman penduduk yang masuk ke lingkungan perairan, namun kondisi ini belum terlalu membahayakan karena beban pencemar tersebut akan terbilas pada saat air bergerak pasang dan kemudian terbawa oleh arus ke luar teluk pada saat air bergerak surut.

S telah melampaui batas kapasitas asimilasinya.

Menurut MERDI in DPK 2006a, tipe pasang surut di perairan Kei Kecil adalah pasang campuran mirip harian ganda. Dengan tipe pasut seperti ini maka arus pasang surut pada suatu titik di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir akan berubah arah dan kecepatannya sebanyak 4 kali. Kecepatan arus pada kanal teluk ini sangat mempengaruhi cepat lambatnya pergantian massa air di dalam teluk tersebut, hal ini berkaitan dengan kepekaan teluk tersebut terhadap polusi maupun dalam menentukan input dan output bibit (propagule), misalnya larva biota laut yang terbawa arus ke teluk tersebut. Renjaan dan Pattisamalo (1999) mengemukakan bahwa lama waktu menetap (residence time) atau lama waktu singgah (transit time) massa air di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir diperkirakan kurang dari 9 jam, dalam kurun waktu yang singkat ini Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dapat memperbaharui massa airnya maupun kondisi bio-ekologisnya.