• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: STRATEGI PEMBELAJARAN

B. Macam-macam Metode Pembelajaran Pendidikan

5. Debat Aktif

Metode debat aktif merupakan salah satu di antara metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bisa digunakan untuk merangsang anak didik dalam mendiskusikan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, supaya terlibat secara aktif dalam mengemukakan pendapat dan berpikir kritis, dengan membagi anak didik menjadi dua kelompok, yaitu kelompok “pro” dan “kontra”.

Konsep pengembangan metode debat aktif dilandasi oleh pokok-pokok pikiran tentang demo kratisasi pengajaran di dalam kelas dan teori belajar Gestalt. Demokratisasi pengajaran di dalam kelas memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bertanya, berpikir, dan bertindak atas dasar kebebasan yang bertanggung jawab. Kesempatan untuk mempertanyakan suatu hal atau suatu masalah berarti mengajak anak didik lain untuk memberikan pendapat, komentar, kritik tertentu sehingga dapat ditemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi (Omar Hamalik, 2003: 37).

Teori belajar Gestalt memandang bahwa belajar adalah proses untuk mendapatkan suatu pemahaman, dengan harapan pemahaman tersebut bisa digunakan untuk memecahkan problem- problem yang dihadapinya (Baharuddin, 2007: 88-89). Pemahaman tersebut diperoleh melalui proses berpikir yang sistematik dan konstruktif. Berdasarkan pokok pikiran teori belajar Gestalt, maka metode debat aktif diharapkan dapat menciptakan

suasana pembelajaran yang demokratis dan anak didik memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang telah disajikan.

Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan metode debat aktif, yaitu: (a) Terciptanya keaktifan belajar. Melalui metode debat aktif diharapkan anak didik dapat aktif terlibat secara langsung dalam proses kegiatan debat, sehingga suasana pembelajaran menjadi hidup dengan tumbuhnya rasa ego pada tiap-tiap anak didik untuk mempertahankan ide mereka. (b) Meningkatkan minat dan motivasi belajar. Dalam proses debat, minat dan motivasi belajar anak didik akan meningkat karena perhatian dan pemikiran mereka terfokus pada masalah-masalah yang sedang mereka hadapi; (c) Mendapatkan pengalaman melakukan debat. Pada umumnya anak didik akan belajar lebih banyak tentang topik mereka dan topik lain yang disajikan dalam kelas jika mereka telah terlibat secara langsung, sehingga mereka mendapat pengalaman yang berharga; (d) Proses debat memperkuat daya serap anak didik. Dengan terlibatnya anak didik untuk memecahkan sebuah masalah dalam sebuah topik melalui argumentasi- argumentasi yang efektif, akan dapat memperkuat daya serap anak didik; (e) Penerapan. Penerapan metode debat aktif disesuaikan dengan kemampuan anak didik; dan (f) Hasil belajar. Pendekatan instruksional dari metode ini berorientasi kepada pengembangan keterampilan-keterampilan dalam

logika, memecahkan masalah, berpikir kritis, komunikasi lisan dan tertulis, pengembangan aspek afektif, pengembangan komunikasi interpersonal, rasa percaya diri atas kemampuan mengajukan pendapat dan analisis kritis (Omar Hamalik, 2003: 39-40).

Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan metode debat aktif:

a. Guru Pendidikan Agama Islam memilih topik kontroversial dalam materi Pendidikan Agama Islam yang berguna untuk diperdebatkan dengan mempertimbangkan jenjang anak didik dan relevansinya dengan materi pelajaran serta minat anak didik.

b. Guru Pendidikan Agama Islam menyampaikan informasi tentang materi Pendidikan Agama Islam yang akan diajarkan.

c. Guru Pendidikan Agama Islam membagi anak didik menjadi dua tim debat. Berikan secara acak, posisi “pro” kepada satu kelompok dan posisi “kontra kepada kelompok yang lain. d. Guru Pendidikan Agama Islam membagi

anak didik menjadi dua hingga sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 anak didik dapat dibuat tiga sub kelompok pro dan tiga sub kelompok kontra, masing-masing terdiri dari empat anggota. Tiap sub kelompok diperintahkan untuk menyusun argumen-

argumen untuk posisi yang ditentukannya. Atau tiap-tiap sub kelompok memilih daftar argumen yang lengkap yang memungkinkan untuk didiskusikan. Pada akhir diskusi mereka, setiap sub kelompok memilih seorang juru bicara.

e. Guru Pendidikan Agama Islam mengatur posisi menjadi dua atau empat kursi (tergantung pada jumlah sub kelompok yang dibuat untuk tiap sisi/bagian) untuk para juru bicara kelompok pro dalam posisi berhadapan dengan kursi juru bicara dari pihak yang kontra dengan jumlah yang sama. Posisi anak didik yang lain dibelakang tim debat mereka. Untuk contoh awal, susunan seperti berikut:

x x x pro kontra x x x x x

f. Setelah semua anak didik mendengarkan argumen pembuka, perdebatan dihentikan dan mereka kembali ke sub kelompok semula. Sub-sub kelompok diminta untuk menyusun strategi dalam rangka mengcounter argumen pembuka dari sisi yang berlawanan. Masing- masing sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru. g. Debat dimulai kembali, juru bicara-juru bicara

yang duduk berhadapan memberikan “counter argumen”. Ketika perdebatan berlangsung anak didik yang lain didorong untuk mencatat argumen-argumen dan saran dari juru bicara- juru bicara mereka.

h. Ketika perdebatan dianggap telah cukup, perdebatan tersebut dapat diakhiri. Selanjutnya, guru Pendidikan Agama Islam memberikan ulasan tentang materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah diperdebatkan.

i. Pada akhir kegiatan guru Pendidikan Agama Islam melakukan evaluasi guna mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman materi yang telah diserap oleh anak didik melalui metode debat aktif.

Ada beberapa kelebihan dalam penggunaan metode debat aktif, yaitu: (a) Anak didik dirangsang untuk menganalisa masalah di dalam kelompok, asalkan debat tersebut diarahkan pada pokok permasalahan yang dikehendaki; (b) dalam pertemuan debat, anak didik dapat menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan; (c) Terjadinya pembicaraan aktif antara pemateri dan penyanggah diharapkan akan membangkitkan daya tarik untuk turut berpartisipasi dalam mengeluarkan pendapat; (d) Bila masalah yang diperdebatkan menarik, maka pembicaraan itu mampu mempertahankan minat anak didik untuk terus mengikuti perdebatan itu.

Sedangkan kelemahan-kelamahan metode debat aktif: (a) Dalam pertemuan ini kadang-kadang keinginan untuk menang mungkin terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang lain; (b) karena perdebatan yang sengit bisa terjadi terlalu banyak emosi yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai; dan (c) Memerlukan waktu yang relatif lama sehingga perlu perencanaan alokasi waktu yang matang (Roestiyah, 2004: 148- 149).

Dalam dokumen STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDI (1) (Halaman 97-102)

Dokumen terkait