• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ATURAN HUKUM PRINSIP EXCEPTIO NON ADIMPLET

B. Kaitan Antara Prinsip Exceptio Non Adimpleti Contractus

1. Debitor Tidak Membayar Lunas Sedikitnya Satu Utang

Dalam proses acara kepailitan konsep utang sangat menentukan, oleh karena tanpa adanya utang tidaklah mungkin perkara kepailitan akan diperiksa. Tanpa adanya utang tersebut maka esensi kepailitan menjadi tidak ada karena kepailitan merupakan pranata hukum untuk melakukan likuidasi aset debitor untuk membayar utang-utangnya terhadap para kreditornya.98 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6

96

Edward Manik,Op.cit, hal. 230. 97Ibid.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menyebutkan bahwa:

“utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontigen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor”.99

Pengertian utang tersebut sangat luas yang ditunjukkan dengan adanya kata “dapat dinyatakan dalam jumlah uang”, sehingga meliputi segala bentuk prestasi, baik yang berupa kewajiban menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu, maupun tidak berbuat sesuatu.100 Ketidakmampuan debitor untuk berprestasi menjalankan perikatannya dengan baik, asal dapat dinyatakan dalam jumlah uang, maka semua itu dapat disebut sebagai utang. Dengan demikian, wanprestasi yang dapat dinyatakan dalam jumlah uang dapat dipertimbangkan sebagai utang dalam persyaratan pengajuan permohonan pernyataan pailit.

Terkait dengan adanya utang dalam perkara kepailitan, hal yang harus dibuktikan adalah utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Adapun yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih adalah “kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan

99

Ibid, hal. 295-296. Menurut M. Hadi Subhan, Konsep utang yang dikonstatir dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tersebut masih mentah dan belum tuntas, terutama berkaitan dengan jumlah batasan utang.

sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter maupun majelis arbitrase.101

Kehati-hatian, kecermatan dan ketepatan dalam memeriksa persoalan jatuh waktu harus benar-benar dilakukan, mengingat pengertian pembayaran dalam suatu perjanjian tidak selalu berarti membayar sejumlah uang, tetapi juga mencakup pengertian yang luas, yaitu pemenuhan kewajiban (utang) debitor, baik dalam sejumlah uang, menyerahkan barang atau hak, berbuat atau tidak berbuat sesuatu.102

Dalam perkara kepailitan antara PT. Telkomsel melawan PT. Prima Jaya Informatika, yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih oleh PT. Prima Jaya Informatika dalam permohonan pailitnya adalah penolakan PT. Telkomsel atas keduapurchase order merupakan sebuah tindakan wanprestasi yang menimbulkan utang bagi PT. Telkomsel.

Adapun kedua purchase order tersebut adalah purchase order No. PO/PJI- AK/VI/2012/00000027 pada tanggal 20 Juni 2012 berjumlah Rp. 2.595.000.000,- (dua milyar lima ratus sembilan puluh lima juta Rupiah) yang telah jatuh tempo pada tanggal 25 Juni 2012 dan purchase order No. PO/PJI-AK/VI/2012/00000028, tertanggal 21 Juni 2012, berjumlah Rp. 3.025.000.000,00 (tiga milyar dua puluh lima juta Rupiah) yang telah jatuh tempo pada tanggal 25 Juni 2012 dengan total keselurahannya sebesar Rp 5.260.000.000,00 (lima milyar dua ratus enam puluh juta Rupiah).

101

Lihat penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Pengertian purchase orderbila diterjemahkan secara harfiah bahwapurchase berarti pembelian sedangkan order berarti pesanan, purchase order berarti mempunyai definisi pesanan pembelian. Purchase order merupakan bukti tertulis yang menyatakan bahwa pembeli benar-benar berminat melakukan jual-beli. Dalam purchase order tertulis secara lengkap informasi yang diinginkan pembeli tentang barang yang dipesan, jumlahnya, harganya baik harga satuan maupun harga total, kapan barang dikirim, tujuan barang, cara pembayaran, syarat penyerahan barang dan catatan lain jika ada.103

Dengan diterimanya purchase ordermaka penjual akan memproduksi barang seperti yang dipesan oleh pembeli. apabila di dalam purchase order terdapat hal-hal yang tidak disetujui oleh penjual, maka penjual akan menolak purchase order tersebut dengan cara mengirimkan kembali purchase order disertai dengan konfirmasi penolakan.104

Berdasarkan ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata menyebutkan bahwa: “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun benda tersebut belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar”. Pasal tersebut lahir dari pengertian jual beli yang diatur di dalam Pasal 1457 KUHPerdata yang menyatakan sebagai berikut: “Jual Beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak

103

Ineke Febriana, Analisis Proses PO (Purchase Order) Pada PT. Kusumahadi Santosa,http://eprints.uns.ac.id/2207/1/79832107200904361.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret 2014.

yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.

Perjanjian jual beli sudah dilahirkan pada detik tercapainya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua belah pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.105Kesepakatan yang dimaksud bahwa antara PT. Telkomsel dengan PT. Prima Jaya Informatika tercapai suatu persesuaian kehendak, apa yang dikehendaki oleh PT. Prima Jaya Informatika adalah yang dikehendaki oleh PT. Telkomsel.

Di dalam perjanjian kerjasama antara PT. Telkomsel dengan PT. Prima Jaya Informatika telah diatur dan disepakati jual beli suatu produk di mana perjanjian tersebut berlaku selama 2 (dua) tahun dan pemesanan produk dilakukan secara bertahap dengan terlebih dahulu PT. Prima Jaya Informatika mengirimkanpurchase order.

Menurut Hikmahanto Juwana, purchase order dianggap sebagai perjanjian, karena pada umumnya akan ada “perjanjian payungan” di manaterms and condition (syarat dan ketentuan) dari setiappurchase order dapat merujuk pada general terms (ketentuan umum) dalam perjanjian payungan. Setiap ketentuan dalam purchase order akan tunduk dan merujuk pada ketentuan umum dalam perjanjian awalnya. Sehingga tidak perlu dibuat banyak sekali perjanjian setiap kali terjadi transaksi jual beli yang menggunakanpurchase order.106

105

R. Subekti, Aneka Perjanjian Cetakan Kesepuluh, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 1995), hal. 2.

106

Diana Kusumasari, Purchase Order (PO) Bisa Dianggap Sebagai Perjanjian, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ed4544e20d4b/apakah-purchase-order-%28po%29-bisa- dianggap-sebagai-perjanjian, diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Dalam hal ini, jual beli terjadi pada saat pembeli mengajukan purchase order dan penjual menyetujui purchase order tersebut. Misalnya PT. A akan membeli sesuatu dengan jumlah tertentu yang mana harga telah disepakati di dalam perjanjian payungan ataupun perjanjian awal. PT. A mengajukan pesanan pembelian pada PT. B yang mana PT. B tersebut akan menyanggupi atau tidak menyediakan barang yang diminta di dalam purchase order. Apabila PT. B tersebut menyanggupi ataupun menyetujui purchase ordertersebut, maka pada saat itu timbullah kewajiban antara pembeli dengan penjual.

Apabila dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata dan Pasal 1457 KUHPerdata, yang mana PT. Telkomsel tidak menyetujui keduapurchase order yang diajukan oleh PT. Prima Jaya Informatika, maka PT. Telkomsel tidak mengikatkan diri untuk menyerahkan kartu-kartu pesanan dari keduapurchase order yang diajukan oleh PT. Prima Jaya Informatika.

Penolakan PT. Telkomsel terhadap kedua purchase order yang diajukan oleh PT. Prima Jaya Informatika adalah didasarkan adanya tindakan wanprestasi terlebih dahulu yang dilakukan PT. Prima Jaya Informatika dalam perjanjian kerjasama yang berlaku sebagai undang-undang yang mengikat bagi para pihak. Tindakan PT. Telkomsel menolak purchase order tersebut merupakan konsekuensi dari pelanggaran perjanjian kerjasama.

Berdasarkan Surat PT. Telkomsel tanggal 27 Maret 2012 No.0032/ MK. 01/SL.06/III/2012, Perihal: mekanisme pengajuan dan pengambilan alokasi dinyatakan bahwa setiappurchase order (PO) yang diajukan secara mingguan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan (approval) dari pihak PT. Telkomsel. Di mana setelah mendapatkan persetujuan baru kemudian PT. Prima Jaya Informatika

melakukan pembayaran. Bahwa dengan tidak disetujuipurchase ordertersebut, maka kewajiban PT. Prima Jaya Informatika untuk melakukan pembayaran atas purchase ordertersebut tidak jatuh tempo pada hari Senin tanggal 25 Juni 2012.

Adapun mekanisme pengajuan dan pengambilan alokasi berdasarkan Surat PT. Telkomsel tanggal 27 Maret 2012 No.0032/MK.01/SL.06/III/2012, antara Pemohon Pailit dengan Termohon Pailit berlaku hal-hal sebagai berikut :

a) Termohon mengajukan purchase order dilakukan selambat-lambatnya pada hari Rabu Maksimal pukul 10.00 WIB.

b)Purchase order yang dikirim selanjutnya akan dilakukan proses persetujuan, PT.Prima Jaya Informatika dapat melakukan pembayaran setelah mendapat informasi bahwapurchase orderyang diajukan sudah disetujui.

c) Pembayaran atas purchase order tersebut dilakukan pada hari Senin paling lambat pukul 12.00 WIB.

d) Pengambilan barang dilakukan maksimal 2 (dua) hari setelah pembayaran purchase order.

Apabila dicermati pada tanggal 21 Juni 2012 tersebut adalah hari Kamis sehingga berdasarkan surat PT. Telkomsel tanggal 27 Maret 2012 No.0032/MK.01/SL.06/III/2012, Perihal: mekanisme pengajuan dan pengambilan alokasi dinyatakan bahwa pengajuanpurchase orderselambat-lambatnya adalah pada hari Rabu pukul 10.00 WIB dan sama halnya untuk purchase order No. PO/PJI- AK/VI/2012/ 00000027 tanggal 20 Juni 2012 sebesar Rp.2.595.000.000,- (dua miliar lima ratus sembilan puluh lima juta rupiah).

Purchase order tersebut diajukan pada hari “Rabu” ketika itu, akan tetapi telah melewati jam maksimum, yaitu pukul 10.00 WIB seperti tertera dalam ketentuan Surat PT. Telkomsel tanggal 27 Maret 2012 No.0032/ MK. 01/SL.06/III/2012 Perihal mekanisme pengajuan dan pengambilan alokasi, karena faktanyapurchase ordertersebut diajukan pukul 12.00 WIB.

Mengenai adanya utang dalam perkara kepailitan antara PT. Telkomsel melawan PT. Prima Jaya Informatika, utang yang didalilkan oleh PT. Prima Jaya Informatika tidak dapat dibuktikan secara sederhana. PT. Telkomsel membantah adanya utang dengan mengajukan exceptio non adimpleti contractrus yang berlaku dalam perjanjian timbal balik. PT. Telkomsel tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya karena PT. Prima Jaya Informatika tidak melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu sebagaimana yang diperjanjikan.

Tangkisan yang diajukan oleh PT. Telkomsel tidak berkaitan dengan besar atau kecilnya jumlah utang, melainkan ada atau tidaknya utang yang didalilkan oleh PT. Prima Jaya Informatika. Sehingga eksistensi adanya utang harus dibuktikan terlebih dahulu melalui gugatan perdata biasa yaitu pada pengadilan negeri dan dengan demikian syarat jatuh tempo dan dapat ditagih juga harus dibuktikan terlebih dahulu pada pengadilan negeri.