• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ATURAN HUKUM PRINSIP EXCEPTIO NON ADIMPLET

A. Pembuktian Sederhana

2. Pembuktian Sederhana dalam Hukum Kepailitan

Pembuktian Sederhana dalam memutuskan permohonan pernyataan pailit terdapat dalam Faillissement Verordening, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.88

a. Pembuktian sederhana pada masa berlakuFaillissement Verordening

Pasal 1 ayat (1) Faillissements verordening menentukan bahwa: “setiap orang berutang yang berada dalam keadaan berhenti membayar utang- utangnya, dengan putusan hakim baik atas pelaporan sendiri ataupun atas permintaan seorang atau lebih para berpiutangnya, dinyatakan dalam keadaan pailit”.

Pembuktian sederhana menurut Pasal 1 Faillissements verordening adalah pembuktian secara sederhana bahwa:89

1. debitor dalam keadaan berhenti membayar 2. debitor menolak melakukan pembayaran 3. memiliki lebih dari satu kreditor

4. debitor tidak berprestasi kepada kreditor, baik prestasi yang berupa barang maupun uang.

87

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 141.

88

Siti Anisa, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia (studi putusan-Putusan Pengadilan), (Yogyakarta: Total Media, 2008), hal. 127-128.

89

Victor Situmorang, et al., Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta, 1994), hal. 40.

Faillissement Verordening menentukan pembuktian sederhana dilakukan terhadap adanya peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan yang menunjukkan debitor berada dalam keadaan telah berhenti membayar utang-utangnya.90 Berkaitan dengan pembuktian sederhana pada masa Faillissement Verordening, pembuktian tentang debitor dalam keadaan berhenti membayar harus dilakukan secara sederhana (summier). Artinya, pengadilan di dalam memeriksa permohonan pernyataan pailit tidak perlu terikat dengan sistem pembuktian dan alat-alat bukti yang ditentukan dalam hukum acara perdata.91

Contoh Pembuktian sederhana pada masa berlaku Faillissement Verordening dapat dilihat pada perkaraAutomobile Accessones Pte. Ltd. dkk melawan Lo Bef Sudjatmiko. Pembuktian terhadap adanya suatu keadaan berhenti membayar dinilai dari keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa yang secarasummierterbukti dalam keadaan berhenti membayar itu ada.92

“Debitor merupakan pemilik CV. Multi Motor yang berusaha dalam penyediaan suku cadang kendaraan mobil buatan Eropa dan jasa perbengkelan. Debitor telah mengalami kerugian dan berhenti membayar, sejak tanggal 22 Maret 1989 terjadi pengosongan secara paksa atas rumah tinggal yang sekaligus merupakan tempat usaha perbengkelan dan toko milik debitor melalui eksekusi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Akibat berhentinya usaha debitor, maka debitor tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajiban melakukan pembayaran utang- utang kepada kreditor. Total utang debitor terhadap 45 kreditornya adalah sebesar Rp. 2.842.634.068,75. Sedangkan harta kekayaan debitor di luar 90

Siti Anisa,Op.cit, hal. 128. 91

Zainal Askin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hal. 28. Lihat juga ketentuan Pasal 1866 KUHPerdata yang menyebutkan: “alat-alat bukti terdiri atas: bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan, sumpah”.

yang telah disita sebesar Rp. 629.278.860,00. Dengan demikian, aktiva usaha dagang dan perbengkelan debitor yang telah tutup, jauh untuk mencakupi membayar utang-utangnya. Pertimbangan hakim adalah jumlah utang debitor kepada kreditor tidak dibantah oleh debitor. Untuk menjamin agar para kreditor dilindungi dalam tagihannya terhadap utang- utang debitor, maka perlu diadakan sita jaminan atas barang-barang debitor yang bersifat bergerak maupun tidak bergerak. Hasil penjualan benda sitaan akan dibagi di antara para kreditor secara seimbang, kecuali antara para kreditor terdapat alasan untuk didahulukan secara sah. Majelis berpendapat pembuktian adanya suatu keadaan berhenti membayar adalah dinilai dari keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa yang secara sumir terbukti keadaan berhenti membayar itu ada. Majelis hakim mengabulkan permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor”.93

b. Pembuktian sederhana pada masa berlaku Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan Menjadi Undang-Undang.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998, menyatakan bahwa: “permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi”.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998, menyebutkan bahwa: “debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya”.

93

Contoh pembuktian sederhana pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998 antara lain:

1) Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 42/Pailit/1999/PN.Niaga.Jkt.Pst antara PT. Astria Raya Bank (dalam likuidasi) melawan Leo Andyanto.

Permohonan pailit ini bermula dari perjanjian kredit antara PT. Astria Raya Bank (dalam likuidasi) sebagai Pemohon Pailit dengan Leo Andyanto (selanjutnya disebut Termohon Pailit). Termohon telah menerima dari permohonan fasilitas kredit dalam bentuk pinjaman tetap sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) dengan jangka waktu pengembalian selama 6 bulan terhitung sejak tanggal 26 Desember 1992 sampai dengan 26 Juni 1993. Di mana kemudian diperpanjang sampai dengan tanggal 16 Desember 1993.

Termohon menerima lagi dari Pemohon tambahan pinjaman tetap sebesar Rp. 840.000.000,- (delapan ratus empat puluh juta Rupiah) sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit. Bahwa sesuai dengan perjanjian kredit tersebut di atas Termohon wajib membayar kembali seluruh utang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lain dengan konsekuensi apabila tidak maka menurut hukum Termohon telah mengingkari janji (wanprestasi). selain pada Pemohon ternyata Termohon juga mempunyai kewajiban kepada Bank Deka.

Pertimbangan majelis hakim dilakukan berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan. Jumlah utang Termohon Pailit sebesar Rp. 2.652.907.234,- (dua milyar enam ratus lima puluh dua juta sembilan ratus tujuh ribu dua ratus tiga puluh empat Rupiah). Pemohon Pailit telah berulang kali memberikan somasi kepada Termohon Pailit untuk melunasi utang-utangnya.

Termohon Pailit memiliki kreditor lain,yaitu Bank Deka. sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No. 4 tahun 1998 karena telah terdapat fakta-fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana dan persyaratan dari pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 tahun 1998 telah terpenuhi. Putusan judex factie yaitu: mengabulkan Permohonan Pemohon Pailit untuk seluruhnya dan menyatakan Leo Andyanto dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya.

2) Putusan Pengadilan Niaga No. 14/Pailit/2002/PN.Niaga.Jkt.Pst antara Macmillan ELTdkk melawan PT. Sulcor Investindo.

Termohon Pailit adalah Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang impor dan distributor buku-buku asing untuk suplai kepada retailer yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan sistem konsinyasi. Apabila buku tersebut tidak laku terjual, maka toko buku yang membeli buku tersebut mempunyai hak untuk mengembalikan buku yang tidak laku terjual.

Sejak krisis moneter mengakibatkan meningkatnya harga buku impor yang berimbas dari banyaknya buku impor yang tidak laku di pasaran dan dikembalikan kepada Termohon Pailit. Akibat banyak pengembalian, Termohon Pailit memiliki utang kepada kreditor penerbit dari luar negeri yang berasal dari tagihan harga buku.

Majelis hakim mempertimbangkan berdasarkan tagihan dari Macmillan ELT, sebesar GBP 23.025,78 dan tagihan dari Bristol Book Centre Australia, sebesar AU $ 26.343,90 maka debitor memiliki utang dan mempunyai lebih dari satu kreditor. Maka sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No. 4 tahun 1998 karena telah terdapat fakta-fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana dan persyaratan dari pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 tahun 1998 telah terpenuhi. Putusan judex factie yaitu: mengabulkan Permohonan Pemohon Pailit untuk seluruhnya dan menyatakan PT. Sulcor Investindo dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya.94

c. Pembuktian sederhana pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Contoh pembuktian sederhana berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dapat dilihat pada putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor

94

Lihat Putusan Pengadilan Niaga Nomor 14/Pailit/2002/PN.Niaga.Jkt.Pst antaraMacmillan ELTdkk melawan PT. Sulcor Investindo.

01/Pailit/2005/PN. Niaga.Mdn tanggal 16 November 2005 antara PT. Bahtera Lestari Sejahtera melawan PT. Duta Sahabat Abadi. Pembuktian dilakukan terhadap utang yang dimiliki oleh debitor. Utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih, serta adanya dua atau lebih kreditor.

Perkara ini bermula ketika PT. Duta Sahabat Abadi (Termohon Pailit) pada tahun 2000 mengalami kesulitan finansial dalam menjalankan bisnisnya. Kemudian PT. Duta Sahabat Abadi (Termohon Pailit) meminjam sejumlah dana dari PT. Bahtera Lestari Sejahtera (Pemohon Pailit). Pemohon Pailit memberikan pinjaman uang dengan sistem anjak piutang (facturing). Selain utang berdasarkan anjak piutang, Termohon Pailit juga memiliki utang lain terhadap Pemohon Pailit.

Semenjak jatuh tempo, utang-utang tersebut tidak pernah dibayar oleh Termohon Pailit. maka dari itu Pemohon Pailit telah mengirimkan surat teguran. Selain itu Termohon Pailit juga mempunyai utang kepada kreditor lain, yaitu: PT. Suryanda Nusa Bakti dan PT. Chandrabhakti Jasatama. Dalam pertimbangan hukum judex factie: utang Termohon Pailit sudah jatuh tempo dan dapat ditagih masing-masing tanggal 27 Desember 2000, 4 Januari 2001 dan 15 Januari 2001. Namun sampai saat ini, Termohon Pailit tidak melunasi utangnya meskipun sudah disomasi. Selain itu Termohon Pailit juga mempunyai utang kepada kreditor lain, yaitu: PT. Suryanda Nusa Bakti dan PT. Chandrabhakti Jasatama.

Termohon Pailit mengakui sepenuhnya kebenaran ini. Dengan demikian, pengakuan tersebut telah memenuhi syarat dan sesuai dengan ketentuan hukum pembuktian mengenai adanya suatu pengakuan yang berlaku. Oleh karenanya dalam pengakuan ini melekat nilai pembuktian yang sempurna, mengikat dan menetukan (volleding, bidende en besslissende).

Selain itu dalam ketentuan Pasal 8 ayat (4) UU No. 37 Tahun 2004 telah diatur agar debitor dapat dinyatakan pailit, apabila dapat dibuktikan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinayatakan pailit sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi. Putusan judex factie yaitu: mengabulkan Permohonan Pemohon Pailit untuk seluruhnya dan menyatakan PT. Duta Sahabat Abadi dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya.95

B. Kaitan Antara Prinsip Exceptio Non Adimpleti Contractus dengan