• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33). Untuk memberikan batasan yang jelas mengenai penelitian ini, penulis mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu- individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

2. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu juga merupakan usaha sadar dan sistemik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

3. Limbah B3 menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun mendefinisikan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

4. Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar, sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Prinsip pengelolaan limbah B3 yaitu from cradle to grave artinya pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan ditimbun/dikubur.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan tepat.

Metode penelitian merupakan suatu usaha pembuktian terhadap suatu objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari permasalahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk menghasilkan hasil yang objektif dan tepat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.

Pada penelitian ini juga akan memberikan gambaran yang nyata mengenai bagaimana keadaan dilapangan. Dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti berusaha mengumpulkan informasi mengenai implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar menggunakan teori yang dikemukakan Joko Widodo (2018:94). Adapun Variabel-variabel teori ini meliputi pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan, standar operasional pemantauan, sumber daya keuangan dan peralatan, jadwal pelaksanaan kontrol.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian observasi mengenai implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar. Oleh karena itu, penulis menetapkan lokasi penelitian di Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Jl. Jenderal Besar A.H. Nasution No. 32, Pangkalan Masyhur, Kec. Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara 2023.

Dalam menjawab beberapa pertanyaan penelitian mengenai implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar, peneliti juga melakukan observasi langsung ke PT. Kawasan Industri Medan di Jl. Pulau Batam No.1, Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera

Utara sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) Di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar dan masyarakat di Kelurahan Mabar, Medan Deli.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Bagong, 2005:171). Subjek penelitian menjadi informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Maka untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai masalah yang sedang dibahas, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan penelitiannya sehingga kemudian dapat diperoleh informasi yang jelas dan dapat dipercaya berupa pernyataan-pernyataan, keterangan, ataupun data-data yang dapat membantu dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Informan peneliti peroleh secara langsung dan berhubungan dengan objek yang akan diteliti dan tentunya dapat memberi informasi terkait implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar.

Adapun informasi penelitian yang menjadi objek penelitian yakni:

1. Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan 2. Bidang Penegakan Hukum

3. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)

4. Kepala Bidang Infrastruktur Bidang Pengelolaan Lmbah B3 PT. KIM 5. Kepala Laboratorium Pengelolaan Limbah B3 PT. KIM

6. Kelurahan Mabar

7. Kepala Lingkungan IV Kelurahan Mabar

8. Masyarakat bermukim sekitar Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar

Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian

No. Nama Keterangan Jenis Informasi Yang

Dibutuhkan

Jumlah 1 Pahmi Harahap, S.Sos, M.Si Kepala Bidang

Informasi mengenai

3 1. Diyan Andhostora Nst, S.ST Pejabat Pengawas 2

2. Tekad Pramoko, ST Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)

6 Farandhy siregar Kelurahan Mabar 1

7 H. Syafi’I Kepala Lingkungan 1

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan dalam penelitian, karena hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-data penelitian. Pada teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber bukti yang mana artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama tanpa mengetahui taknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sebagaimana diharapkan (Sugiyono, 2016:101). Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung oleh peneliti di lokasi penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui:

a. Teknik Wawancara

Sugiyono (2016:157) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara.

b. Teknik Observasi

Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala-gejala pada objek penelitian. Jadi, observasi merupakan suatu kegiatan pencatatan dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk

menyempurnakan hasil penelitian agar menjadi lebih maksimal. Metode yang digunakan dalam observasi adalah dengan menggunakan alat pedoman observasi.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dimaksud adalah data yang tidak secara langsung diperoleh peneliti dari objek penelitian. Data sekuder dalam penelitian ini diperoleh melalui:

a. Dokumentasi

Menurut Sukardi (2009:329), dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Jadi Pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan kegiatan mendapatkan informasi yang berasal dari catatan-catatan penting baik dari lembaga/instansi terkait maupun perorangan.

b. Studi Kepustakaan

Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan dan membuat suatu urutan, manipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari semua yang diteliti. Menurut Miles dan Huberman (Moleong, 2006, p. 247) terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Penyajian Data

Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan dapat berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan nalar penulis untuk membuat kesimpulan penelitian.

3.6 Teknik Keabsahan Data 3.6.1 Triangulasi

(Wirawan, 2012:156) menjabarkan bahwa, untuk memastikan data/informasi lengkap dan validitasnya dan reliabilitasnya tinggi, penelitian kualitatif mempergunakan teknik triangulasi (triangulation). Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk menjaring data/informasi. Triangulasi membantu untuk meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan reabilitas data, triangulasi tidak hanya membandingkan data dari berbagai sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang sama.

Dalam penelitan ini penulis menggunakan jenis triangulasi data dan metode. Teknik triangulasi data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara subjek penelitian yang satu dengan yang lain.

Kemudian, teknik triangulasi metode digunakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan dengan hasil pengamatan penulis yang berkaitan dengan, Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Gambar 4.1 Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan

Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020

Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang Lingkungan Hidup yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Dinas Lingkungan Hidup berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melaui Sekretaris Daerah. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan terbentuk dari peningkatan status Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber daya Mineral Kota Medan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 dan Perda Kota Medan Nomor 3 tahun 2009.

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, 2020

Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris, membawahkan:

1. Kepala subbagian perlengkapan dan umum;

2. Kepala subbagian keuangan; dan

3. Kepala subbagian penyusunan program.

c. Kepala bidang Tata Kelola Lingkungan membawahkan:

1. Kepala seksi perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

2. Kepala seksi Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; dan

3. Kepala seksi upaya pengelolaan lingkungan Hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan surat Pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

d. Kepala bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, membawahkan:

1. Kepala seksi pengendalian pencemaran air dan tanah;

2. Kepala seksi pengendalian pencemaran udara; dan

3. Kepala seksi pengendalian Bahan Bahaya Beracun dan Limbah Bahan Bahaya Beracun.

e. Kepala bidang penegakan hukum lingkungan, membawahkan:

1. Kepala seksi pengawasan lingkungan hidup;

2. Kepala seksi pengaduan dan penyelesaian sengketa; dan 3. Kepala seksi penerapan sanksi administratif.

f. Kepala bidang sumber daya alam dan kemitraan lingkungan, membawahkan:

1. Kepala seksi sumber daya alam dan keenergian sumber daya mineral;

2. Kepala seksi bina komunitas dan jejaring informasi; dan 3. Kepala seksi konservasi dan kehutanan.

g. UPT; dan kelompok jabatan fungsional dan pelaksana.

4.1.2 Gambaran Umum PT. Kawasan Industri Medan Gambar 4.2 PT. Kawasan Industri Medan

Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020

PT. Kawasan Industri Medan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bidang usaha jasa pengelolaan kawasan industri. Kawasan ini didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988, dengan komposisi saham Pemerintahan RI (pusat) 60%, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 30%, dan pemerintah Kota Medan 10%. PT. KIM didirikan dengan status BUMN melalui Akta Notaris Soeleman Ardjasasmiota, SH. No 9 Tanggal 7 Oktober 1988 di Jakarta, sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Akta Notaris Ny. Asmara Noer SH, No. 8 dan 9 tanggal 10 Maret 1988 sebagai akibat dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 14 Februari 1998 dan telah diubah lagi dengan Akta Notaris Erita Wagewali Sitohang, SH. Nomor 12 tanggal 7 April 2005, dan telah diubah dengan Akta Notaris Titiek Irawati S. S.H, Nomor 42 tanggal 12 September 2008. Perubahan tersebut sesuai hasil keputusan para pemegang saham perusahaan perseroan, Kep-114S.MBU2008, No. Kep-23D2.MBU2008, No. 5752836K2008 dan No. 570106522008 tanggal 13 Agustus 2008. Untuk terakhir kalinya diubah berdasarkan Akta Nomor 42 tanggal 22 Maret 2018 yang

dibuat di hadapan Notaris Aida Selli Siburian, SH, M.Kn yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-AH.01.03- 0128563 tanggal 29 Maret 2018.

Sejak didirikannya kawasan ini, seiring dengan tingginnya minat investor untuk menanamkan investasinya di Sumatera Utara, PT. KIM terus melakukan pengembangan lahan. Hingga saat ini telah memiliki luas areal 780 ha dan akan terus dikembangkan dengan usaha sendiri maupun kerjasama dengan pihak-pihak swasta yang berpengalaman dan professional dalam pembangunan kawasan industri. Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I), dengan luas +200 Ha, terletak disebelah barat jalan tol, dan areal di sebelah timur jalan tol disebut dengan Kawasan Industri Medan (Tahap II) dengan luas +325 Ha. Tata ruang tahap II sangat terecana dengan asri, dengan jalan utama keluar dan masuk terbuat dari beton seluas 2 x 17,5 meter dan jalan sekunder sebesar 12 meter. Pada kiri dan kanan jalan terdapat pipa air bersih, air limbah, hydran, pipa gas, kabel listrik dan telepon, semua dengan konstruksi dibawah tanah. PT. KIM akan terus meningkatkan berbagai sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dunia usaha maupun investor.

4.2 Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar

Kegiatan pemantauan (monitoring) dan pengawasan merupakan bentuk aktivitas dari kontrol yang tujuannya untuk mengendalikan pelaksanaan suatu kegiatan, agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Kontrol diartikan sebagai proses usaha untuk melihat, dan menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian, kegiatan kontrol bukan merupakan kegiatan yang berusaha untuk mencari kesalahan yang telah diperbuat oleh seseorang, namun ditujukan untuk menemukan secara dini kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dan pelurusan kembali agar akibat buruk yang ditimbulkan dari kesalahan atau penyimpangan tadi tidak berkelanjutan.

Pengawasan juga memiliki arti yang sangat penting untuk pemerintah daerah, dikarenakan dengan adanya kegiatan pengawasan dapat mengetahui pelaksanaan kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan dibidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup khususnya terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha/dan atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang–undangan lingkungan hidup serta untuk mencegah terjadinya pencemaran/kerusakan lingkungan hidup.

Perkembangan industri pada saat ini tidak hanya dilihat dari faktor ekonomis saja, tetapi harus dilihat juga dari aspek sosial dan lingkungan. Proses produksi akan menimbulkan sisa dari penggunaan bahan baku, sisa fasilitas dan sisa-sisa produksi lainnya. Sisa dari hasil produksi ini yang biasa disebut dengan limbah. Salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh pelaku usaha/industri yaitu limbah B3. Limbah B3 dalam jumlah cukup besar dapat berpotensi terhadap kasus pencemaran lingkungan di kota Medan. Pengelolaan Limbah B3 harus dikelola dengan baik untuk menghindari kegagalan yang terjadi pada faktor sosial dan lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar setiap perusahaan atau pabrik yang beropersi di kawasan tersebut tidak berpotensi melakukan pencemaran/kerusakan lingkungan terhadap lingkungan dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya.

Kelurahan Mabar merupakan salah satu Kelurahan yang berpotensi terjadinya pencemaran/kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya kegiatan industri di Kawasan Industri Medan, dikarenakan berdekatan langsung dengan lokasi pabrik-pabrik tersebut. Adapun tujuan dari pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan yaitu agar proses pelaksanaan pengelolaan limbah dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan oleh pelaku usaha, melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan, dan supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.

Peraturan Daerah Kota Medan (PERDA) Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) menjelaskan bahwa, Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan adalah instansi pemerintah yang mempunyai wewenang memberikan pelayanan, pengendalian, pengawasan, dan penindakan atas pelanggaran yang ditemukan. Salah satu tugas dari Dinas

Lingkungan hidup adalah melakukan pengawasan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Dinas Lingkungan Hidup dalam melakukan pengawasan sudah mempunyai standar yang jelas, meliputi siapa saja yang berwenang dalam melakukan pengawasan, teknik pengawasan, seluruh pelaksanaan pengawasan serta apa saja yang harus dilakukan oleh petugas pengawas dalam kegiatan langsung dilapangan terkait limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berada dalam ruang lingkup pengawasan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan.

Untuk mengetahui bagaimana implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Joko Widodo. Peneliti menggunakan teori ini karena, Variabel-variabel teori ini dapat menjelaskan secara kompherensif tentang bagaimana implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar. Adapun variabel-variabel dalam teori ini meliputi, Pelaku kontrol Pelaksanaan kebijakan, Standar Operasional Pemantauan, Sumber Daya Keuangan dan Peralatan, Jadwal Pelaksanaan Kontrol.

4.2.1 Pelaku Kontrol Pelaksanaan Kebijakan

Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dibedakan menjadi dua macam yang terdiri dari, kontrol pelaksanaan kebijakan internal dan eksternal. Pelaku Kontrol internal (internal kontrol) dapat dilakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian dan badan pengawasan daerah sedangkan pelaku kontrol ekstrenal (external control) dapat dilakukan oleh DPRD, LSM dan komponen masyarakat.

Dinas Lingkungan Hidup selaku pelaku kontrol internal merupakan instansi pemerintah yang mempunyai wewenang dalam pengelolaan lingkungan hidup. Di dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Iimbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menjelaskan, bahwasannya dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berabahaya dan beracun (B3) menteri, gubernur, bupati/walikota menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD) yang merupakan pejabat fungsional.

Seperti halnya dikatakan oleh informan Diyan Andhostora Nasution, S.ST, Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah

“Kalau pengawasan khusus pengelolaan limbah B3 di Kota Medan dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)”

Hal tersebut juga dikatan informan Catur M Sarjono, SH, M.Kn selaku Bidang Penegakan Hukum dan Pengaduan

“Untuk Dinas sendiri kita ada yang namanya Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup merekalah yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan langsung ke lapangan/industri”

Informan Tekad Pramoko, ST Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah juga mengatakan:

“Kalau pengawasan limbah B3 ke setiap industri dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD), Kalau turun kelapangan salah satu dari PPLHD wajib hadir saat pemeriksaan dan itu merupakan salah satu standar operasional pengawasan menurut peraturan yang berlaku”.

Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa Peraturan pemerintah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) menjelaskan, dalam melakukan pengawasan Walikota menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD). Adapun fungsi dari Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) merupakan pejabat fungsional.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dikawasan Industri Medan mempunyai pejabat pengawas berjumlah 5 orang, Adapun nama-nama Pejabat Pengawas tersebut yaitu, Dhiyan Andhostora Nasution, S.ST, Antonius Sitorus, M.SI, Hendar Harahap, ST, MT, Tekad Pramoko, ST dan Hotlan ML Tobing, SP, MM.

Seperti yang dikatakan informan Diyan Andhostora Nst, S.ST, Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah

“Kalau kami Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD) ada 5 orang di Dinas ini …itulah yang mengawasi seluruh perusahan, rumah sakit, hotel termasuk semua perusahaan yang ada di di Kota Medan”

Hal serupa juga dikatakan informan Tekad Pramoko, ST Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:

“Kalau kita di Dinas lingkungan Hidup sendiri ada yang namanya Petugas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup. Untuk jumlahnya kita ada 5 orang

“Kalau kita di Dinas lingkungan Hidup sendiri ada yang namanya Petugas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup. Untuk jumlahnya kita ada 5 orang

Dokumen terkait