BAB III METODE PENELITIAN
3.6 Teknik Keabsahan Data
(Wirawan, 2012:156) menjabarkan bahwa, untuk memastikan data/informasi lengkap dan validitasnya dan reliabilitasnya tinggi, penelitian kualitatif mempergunakan teknik triangulasi (triangulation). Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk menjaring data/informasi. Triangulasi membantu untuk meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan reabilitas data, triangulasi tidak hanya membandingkan data dari berbagai sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang sama.
Dalam penelitan ini penulis menggunakan jenis triangulasi data dan metode. Teknik triangulasi data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara subjek penelitian yang satu dengan yang lain.
Kemudian, teknik triangulasi metode digunakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan dengan hasil pengamatan penulis yang berkaitan dengan, Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Gambar 4.1 Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan
Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020
Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang Lingkungan Hidup yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Dinas Lingkungan Hidup berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melaui Sekretaris Daerah. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan terbentuk dari peningkatan status Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber daya Mineral Kota Medan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 dan Perda Kota Medan Nomor 3 tahun 2009.
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, 2020
Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan adalah sebagai berikut:
a. Kepala Dinas
b. Sekretaris, membawahkan:
1. Kepala subbagian perlengkapan dan umum;
2. Kepala subbagian keuangan; dan
3. Kepala subbagian penyusunan program.
c. Kepala bidang Tata Kelola Lingkungan membawahkan:
1. Kepala seksi perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
2. Kepala seksi Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; dan
3. Kepala seksi upaya pengelolaan lingkungan Hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan surat Pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
d. Kepala bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, membawahkan:
1. Kepala seksi pengendalian pencemaran air dan tanah;
2. Kepala seksi pengendalian pencemaran udara; dan
3. Kepala seksi pengendalian Bahan Bahaya Beracun dan Limbah Bahan Bahaya Beracun.
e. Kepala bidang penegakan hukum lingkungan, membawahkan:
1. Kepala seksi pengawasan lingkungan hidup;
2. Kepala seksi pengaduan dan penyelesaian sengketa; dan 3. Kepala seksi penerapan sanksi administratif.
f. Kepala bidang sumber daya alam dan kemitraan lingkungan, membawahkan:
1. Kepala seksi sumber daya alam dan keenergian sumber daya mineral;
2. Kepala seksi bina komunitas dan jejaring informasi; dan 3. Kepala seksi konservasi dan kehutanan.
g. UPT; dan kelompok jabatan fungsional dan pelaksana.
4.1.2 Gambaran Umum PT. Kawasan Industri Medan Gambar 4.2 PT. Kawasan Industri Medan
Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020
PT. Kawasan Industri Medan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bidang usaha jasa pengelolaan kawasan industri. Kawasan ini didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988, dengan komposisi saham Pemerintahan RI (pusat) 60%, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 30%, dan pemerintah Kota Medan 10%. PT. KIM didirikan dengan status BUMN melalui Akta Notaris Soeleman Ardjasasmiota, SH. No 9 Tanggal 7 Oktober 1988 di Jakarta, sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Akta Notaris Ny. Asmara Noer SH, No. 8 dan 9 tanggal 10 Maret 1988 sebagai akibat dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 14 Februari 1998 dan telah diubah lagi dengan Akta Notaris Erita Wagewali Sitohang, SH. Nomor 12 tanggal 7 April 2005, dan telah diubah dengan Akta Notaris Titiek Irawati S. S.H, Nomor 42 tanggal 12 September 2008. Perubahan tersebut sesuai hasil keputusan para pemegang saham perusahaan perseroan, Kep-114S.MBU2008, No. Kep-23D2.MBU2008, No. 5752836K2008 dan No. 570106522008 tanggal 13 Agustus 2008. Untuk terakhir kalinya diubah berdasarkan Akta Nomor 42 tanggal 22 Maret 2018 yang
dibuat di hadapan Notaris Aida Selli Siburian, SH, M.Kn yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-AH.01.03- 0128563 tanggal 29 Maret 2018.
Sejak didirikannya kawasan ini, seiring dengan tingginnya minat investor untuk menanamkan investasinya di Sumatera Utara, PT. KIM terus melakukan pengembangan lahan. Hingga saat ini telah memiliki luas areal 780 ha dan akan terus dikembangkan dengan usaha sendiri maupun kerjasama dengan pihak-pihak swasta yang berpengalaman dan professional dalam pembangunan kawasan industri. Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I), dengan luas +200 Ha, terletak disebelah barat jalan tol, dan areal di sebelah timur jalan tol disebut dengan Kawasan Industri Medan (Tahap II) dengan luas +325 Ha. Tata ruang tahap II sangat terecana dengan asri, dengan jalan utama keluar dan masuk terbuat dari beton seluas 2 x 17,5 meter dan jalan sekunder sebesar 12 meter. Pada kiri dan kanan jalan terdapat pipa air bersih, air limbah, hydran, pipa gas, kabel listrik dan telepon, semua dengan konstruksi dibawah tanah. PT. KIM akan terus meningkatkan berbagai sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dunia usaha maupun investor.
4.2 Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar
Kegiatan pemantauan (monitoring) dan pengawasan merupakan bentuk aktivitas dari kontrol yang tujuannya untuk mengendalikan pelaksanaan suatu kegiatan, agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Kontrol diartikan sebagai proses usaha untuk melihat, dan menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian, kegiatan kontrol bukan merupakan kegiatan yang berusaha untuk mencari kesalahan yang telah diperbuat oleh seseorang, namun ditujukan untuk menemukan secara dini kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dan pelurusan kembali agar akibat buruk yang ditimbulkan dari kesalahan atau penyimpangan tadi tidak berkelanjutan.
Pengawasan juga memiliki arti yang sangat penting untuk pemerintah daerah, dikarenakan dengan adanya kegiatan pengawasan dapat mengetahui pelaksanaan kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan dibidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup khususnya terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha/dan atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang–undangan lingkungan hidup serta untuk mencegah terjadinya pencemaran/kerusakan lingkungan hidup.
Perkembangan industri pada saat ini tidak hanya dilihat dari faktor ekonomis saja, tetapi harus dilihat juga dari aspek sosial dan lingkungan. Proses produksi akan menimbulkan sisa dari penggunaan bahan baku, sisa fasilitas dan sisa-sisa produksi lainnya. Sisa dari hasil produksi ini yang biasa disebut dengan limbah. Salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh pelaku usaha/industri yaitu limbah B3. Limbah B3 dalam jumlah cukup besar dapat berpotensi terhadap kasus pencemaran lingkungan di kota Medan. Pengelolaan Limbah B3 harus dikelola dengan baik untuk menghindari kegagalan yang terjadi pada faktor sosial dan lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar setiap perusahaan atau pabrik yang beropersi di kawasan tersebut tidak berpotensi melakukan pencemaran/kerusakan lingkungan terhadap lingkungan dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya.
Kelurahan Mabar merupakan salah satu Kelurahan yang berpotensi terjadinya pencemaran/kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya kegiatan industri di Kawasan Industri Medan, dikarenakan berdekatan langsung dengan lokasi pabrik-pabrik tersebut. Adapun tujuan dari pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan yaitu agar proses pelaksanaan pengelolaan limbah dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan oleh pelaku usaha, melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan, dan supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Peraturan Daerah Kota Medan (PERDA) Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) menjelaskan bahwa, Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan adalah instansi pemerintah yang mempunyai wewenang memberikan pelayanan, pengendalian, pengawasan, dan penindakan atas pelanggaran yang ditemukan. Salah satu tugas dari Dinas
Lingkungan hidup adalah melakukan pengawasan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Dinas Lingkungan Hidup dalam melakukan pengawasan sudah mempunyai standar yang jelas, meliputi siapa saja yang berwenang dalam melakukan pengawasan, teknik pengawasan, seluruh pelaksanaan pengawasan serta apa saja yang harus dilakukan oleh petugas pengawas dalam kegiatan langsung dilapangan terkait limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berada dalam ruang lingkup pengawasan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan.
Untuk mengetahui bagaimana implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Joko Widodo. Peneliti menggunakan teori ini karena, Variabel-variabel teori ini dapat menjelaskan secara kompherensif tentang bagaimana implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar. Adapun variabel-variabel dalam teori ini meliputi, Pelaku kontrol Pelaksanaan kebijakan, Standar Operasional Pemantauan, Sumber Daya Keuangan dan Peralatan, Jadwal Pelaksanaan Kontrol.
4.2.1 Pelaku Kontrol Pelaksanaan Kebijakan
Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dibedakan menjadi dua macam yang terdiri dari, kontrol pelaksanaan kebijakan internal dan eksternal. Pelaku Kontrol internal (internal kontrol) dapat dilakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian dan badan pengawasan daerah sedangkan pelaku kontrol ekstrenal (external control) dapat dilakukan oleh DPRD, LSM dan komponen masyarakat.
Dinas Lingkungan Hidup selaku pelaku kontrol internal merupakan instansi pemerintah yang mempunyai wewenang dalam pengelolaan lingkungan hidup. Di dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Iimbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menjelaskan, bahwasannya dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berabahaya dan beracun (B3) menteri, gubernur, bupati/walikota menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD) yang merupakan pejabat fungsional.
Seperti halnya dikatakan oleh informan Diyan Andhostora Nasution, S.ST, Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
“Kalau pengawasan khusus pengelolaan limbah B3 di Kota Medan dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)”
Hal tersebut juga dikatan informan Catur M Sarjono, SH, M.Kn selaku Bidang Penegakan Hukum dan Pengaduan
“Untuk Dinas sendiri kita ada yang namanya Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup merekalah yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan langsung ke lapangan/industri”
Informan Tekad Pramoko, ST Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah juga mengatakan:
“Kalau pengawasan limbah B3 ke setiap industri dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD), Kalau turun kelapangan salah satu dari PPLHD wajib hadir saat pemeriksaan dan itu merupakan salah satu standar operasional pengawasan menurut peraturan yang berlaku”.
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa Peraturan pemerintah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) menjelaskan, dalam melakukan pengawasan Walikota menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD). Adapun fungsi dari Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) merupakan pejabat fungsional.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dikawasan Industri Medan mempunyai pejabat pengawas berjumlah 5 orang, Adapun nama-nama Pejabat Pengawas tersebut yaitu, Dhiyan Andhostora Nasution, S.ST, Antonius Sitorus, M.SI, Hendar Harahap, ST, MT, Tekad Pramoko, ST dan Hotlan ML Tobing, SP, MM.
Seperti yang dikatakan informan Diyan Andhostora Nst, S.ST, Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
“Kalau kami Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD) ada 5 orang di Dinas ini …itulah yang mengawasi seluruh perusahan, rumah sakit, hotel termasuk semua perusahaan yang ada di di Kota Medan”
Hal serupa juga dikatakan informan Tekad Pramoko, ST Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:
“Kalau kita di Dinas lingkungan Hidup sendiri ada yang namanya Petugas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup. Untuk jumlahnya kita ada 5 orang ya, untuk yang sudah ikut Diklat tetapi untuk yang jadi pejabat pengawas sendiri sesuai SK Walikota ada 4 orang.”
Hal tersebut juga dikatakan informan Pahmi Harahap, S.Sos, M.Si selaku
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan:
“Kalau pengawasan khusus pengelolaan limbah B3 di Kota Medan dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD).
Untuk bentuk pengawasannya terkait izin, jadi Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan mengeluarkan izin terkait pengelolaan limbah B3 ada 2 macam, yang pertama izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 dan izin pengumpulan skala kota. Dinas Lingkungan Hidup melalui PTSP mengeluarkan izin terkait pengelolaan limbah B3 tersebut.”
Berdasarkan pernyataan diatas jumlah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLHD) dalam melakukan pengawasan ada 5 orang yang sudah mengikuti diklat/pelatihan dan 4 sudah yang sudah mendapatkan SK walikota. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan (KIM) yaitu terkait izin tempat penyimpanan sementara limbah B3. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan melakukan pemeriksaan terkait izin lingkungan, izin tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3 dan dokumen yang menjelaskan keadaan kegiatan usaha tersebut, limbah apa saja yang dihasilkan setiap harinya, pembuatan laporan rutinnya, sarana dan prasarana pengelolaan limbahnya sudah sesuai dengan peraturan pemerintah. Adapun pelaksanaan pengawasan Dinas Lngkungan Hidup terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kelurahan Mabar sendiri yaitu KIM tahap 1.
DAFTAR NAMA PERUSAHAAN KIM 1
33. PT. MEDAN SUGAR INDUSTRI 34. PT. VVF INDONESIA
Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Perusahaan Di PT.KIM 1 dan KIM 2
Sumber: Dokumentasi Peneliti di PT. KIM, 2020
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas jumlah perusahaan di PT. KIM sendiri ada total 34 perusahaan, 16 perusahaan di KIM 1 dan 18 perusahaan di KIM 2.
Dilihat dari segi kuantitas jumlah sumber daya manusia yang dimilliki dalam melakukan pengawasan kesetiap industri-industri, masih dikatakan kurang efektif.
Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan atau kegiatan usaha yang harus diawasi, belum lagi pihak Dinas Lingkungan Hidup juga mempunyai tanggung jawab pengawasan terhadap limbah medis rumah sakit, limbah perhotelan dan seluruh jenis industri lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah B3 di Kota Medan.
Seperti yang dikatakan informan Diyan Andhostora Nst, S.ST, selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:
“Tugas PPLHD (Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah) banyak … kalau dilihat dari segi jumlah tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang diawasi belum lagi rumah sakit, hotel dan lain-lain.
Hal serupa juga dikatakan informan Tekad Pramoko, ST Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:
“Kalau kami PPLHD (Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah) hanya berjumlah 5 orang sedangkan jumlah perusahaan di Kota Medan ada banyak jumlahnya”
Berdasarkan pernyataan diatas, salah satu faktor yang menjadi hambatan dalam imlementasi pengawasan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) Kota Medan yaitu, kurangnya sumber daya manusia untuk mendukung pengawasan yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan atau kegiatan usaha yang harus diawasi. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan akan lebih sering melakukan pengawasan jika suatu perusahaan melakukan pencemaran lingkungan atau adanya laporan pengaduan dari masyarakat.
Jika pelaku internal didalam pengawasan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar dilakukan oleh Dinas Iingkungan Hidup Kota Medan. Pelaku eksternal dapat dilakukan oleh DPRD, LSM, dan komponen mansyarakat. Namun, untuk pengawasan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan hanya dilakukan oleh Dinas Iingkungan Hidup Kota Medan saja, dan tidak terdapat pelaku kontrol eksternal.
Seperti yang dikatakan informan Diyan Andhostora Nst, S.ST, selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:
“Kalau pengawasan limbah B3 hanya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan. Namun, kami juga bekerja sama dengan pihak laboratorium di Kota Medan untuk menguji sampel kandungan limbah B3”
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pelaku kontrol eksternal yang melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) Di Kawasan Industri Medan, dan hanya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan bekerja sama dengan pihak laboratorium yang sudah terakreditasi di Kota Medan, guna menguji sampel kandungan limbah B3 industri.
4.2.2 Standar Operasional Prosedur Pengawasan
Standar operasional prosedur merupakan panduan atau langkah yang digunakan agar kegiatan suatu organisasi berjalan dengan lancar. Standar operasional prosedur menjadi acuan pedoman untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi disuatu organisasi tersebut.
Tujuan dari adanya Standar operasional prosedur (SOP) ialah memperjelas dan mempermudah proses pemberian tugas, wewenang, serta tanggung jawab setiap pegawainya, memudahkan dan mengetahui terjadinya kesalahan atau kegagalan didalam proses kerja serta memudahkan proses pengontrolan kerja masing-masing pegawainya. Standar operasional prosedur berfungsi juga sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan, mengarahkan pegawai untuk berprilaku disiplin dalam bekerja, mengetahui secara cepat hambatan-hambatan dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan dalam melaksanakan pengawasan dalam pengelolaan limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) sudah memiliki standar pengawasan yang jelas. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) pengawasan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1
Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berabahaya Dan Beracun.
Tabel 4.3 Pelaksanaan Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup
Sumber: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas Peraturan Daerah Kota medan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Limbah B3 menjelaskan bahwa pengawasan yang dilakukan Dinas lingkungan Hidup yakni pengawasan terhadap izin penyimpanan sementara limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 skala kota.
Dinas Lingkungan Hidup mengenai standar pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan berdasarkan UU 32 Tahun 2009 menetapkan ketentuan bahwa setiap industri yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki izin penyimpanan sementara limbah B3, kepemilikan izin penyimpanan sementara limbah B3 merupakan kewajiban setiap pelaku usaha industri yang menghasilkan limbah B3 mengingat bahwa pengelolaan limbah B3 ini harus dilakukan sebaik-bainya, sesuai dengan proses dan prosedur yang terencana salah satunya yaitu melalui proses tempat penyimpanan sementara oleh pelaku usaha industri.
Gambar 4.3 Wawancara dengan Pak Dian Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) dan Pak Catur selaku Bidang
Penegakan Hukum Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan
Sumber: Dokumentasi Penelitian di Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, 2020
Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun mengatakan bahwa, setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan sementara limbah B3 dan setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dilarang melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya. Untuk dapat melakukan penyimpanan limbah B3, setiap orang wajib memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan keputusan Kepala Badan Pengendalian dampak Lingkungan Nomor: Kep-001/09/1995.
Seperti yang dikatakan informan Diyan Andhostora Nasution, S.ST, selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:
“Untuk di bidang pengendalian pencemaran kita ada beberapa seksi, kalau kita di bidang pengendalian utamanya itu terkait di izin, untuk perizinan sendiri dikeluarkan di Dinas Perizinan Terpadu tapi untuk proses teknisnya di Dinas Lingkungan Hidup. Semua pengelolaan lingkungan hidup harus memiliki izinnya. Kalau perizinan itu sendiri ada perizinan air limbah sama penyimpanan sementara limbah b3 atau pengumpulan limbah B3 skala kota Medan. Untuk menjalankan tupoksi tersebut kita ada seksi air dan udara seksi pengelolaan limbah b3. Kalau saya yang lebih khusus di bidang pengelolaan limbah B3 ya… kalau pengelolaan limbah B3 sendiri itu suatu perusahan harus mempunyai tempat penyimpanannya dan itu disesuaikan dengan keputusan Kepala Badan Pengendalian dampak Lingkungan Nomor: Kep-001/09/1995 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Itu kami verifikasi terkait perlengkapan-perlengakapan terkait pengelolaan limbah B3 tersebut”
Hal serupa dikatakan informan Pahmi Harahap, S.Sos, M.Si selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan:
“Untuk SOP Pengawasan terhadap limbah B3 ada, yaitu berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009, dan pelaksanaan teknisnya ada di Kepmenlh Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas ”
Hal serupa juga dikatakan informan Tekad Pramoko, ST Selaku Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah:
“Kalau SOP Pengawasan sendiri sudah ada berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup 32 tahun 2009 dan Kepmenlh Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas”
Hal serupa juga dikatakan informan Hotma P. Tambunan selaku Kepala Infrastruktur Bidang Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Kawasan Industri Medan (KIM):
“Setiap perusahaan/industri yang ada di Kawasan Industri Medan wajib mengelola atau memiliki tempat penyimpanan sementara limbah B3 mereka masing-masing dan melaporkannya ke Dinas Lingkungan Hidup”
Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan adalah instansi pemerintah yang mempunyai wewenang memberikan pelayanan, pengendalian, pengawasan, dan penindakan atas pelanggaran yang ditemukan. Salah satu tugas dari Dinas Lingkungan hidup adalah melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar yaitu mengenai izin tempat penyimpanan sementara. Adapun SOP pengawasannya
Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan adalah instansi pemerintah yang mempunyai wewenang memberikan pelayanan, pengendalian, pengawasan, dan penindakan atas pelanggaran yang ditemukan. Salah satu tugas dari Dinas Lingkungan hidup adalah melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar yaitu mengenai izin tempat penyimpanan sementara. Adapun SOP pengawasannya