• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Implementasi Kebijakan

2.2.2 Kontrol Pelaksanaan Kebijakan Publik

Kegiatan pemantauan (monitoring) dan pengawasan merupakan bentuk aktivitas dari kontrol yang tujuannya untuk mengendalikan pelaksanaan suatu kegiatan, agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Kontrol diartikan sebagai proses usaha untuk melihat, dan menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian kegiatan kontrol bukan merupakan kegiatan yang berusaha untuk mencari kesalahan yang telah diperbuat oleh seseorang, namun ditujukan untuk menemukan secara dini kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dan pelurusan kembali agar akibat buruk yang ditimbulkan dari kesalahan atau penyimpangan tadi tidak berkelanjutan.

Menurut Joko Widodo startegi melakukan kontrol (monitoring dan pengawasan) kegiatannya sama dengan strategi implementasi, yaitu menetapkan siapa yang melakukan, bagaimana SOP untuk melakukan kontrol, berapa besar anggaran, peralatan yang diperlukan dan bagaimana jadwal pelaksanaan

pengawasan.

1. Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan

Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kontrol ekternal dan kontrol internal. Pelaku kontrol internal (internal kontrol) dapat dilakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian

dan badan pengawasan daerah. Pelaku kontrol ekstrenal (external control) dapat dilakukan oleh DPRD, LSM dan komponen masyarakat.

2. Standar Operasional Pemantauan

SOP kontrol atas pelaksanaan kebijakan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Organisasi harus menetapkan serangkaian tujuan yang dapat diukur dari aktivitas yang telah direncanakan.

b. Alat monitoring harus disusun untuk mengukur kinerja individu, program atau sistem secara keseluruhan.

c. Pengukuran dapat diperoleh melalui penerapan berbagai alat monitoring untuk mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti.

d. Tindakan korektif dapat mencakup usaha-usaha yang mengarah pada kinerja yang ditetapkan dalam rencana atau modifikasi rencana kearah mendekati kinerja.

3. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

Untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan, disamping memerlukan dana yang cukup juga diperlukan peralatan yang memadai.

Besarnya anggaran dan jenis peralatan untuk melakukan kontrol sangat tergantung pada variasi dan komplesitas pelaksanaan suatu kebijakan.

Sumber anggaran dapat berasal dari anggaran pendapatan belanja negara

(APBN), anggaran pendapatan belanja daerah (APBD), lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan swadaya masyarakat.

4. Jadwal Pelaksanaan Kontrol

Dalam kontrol internal, pelaksanaan dapat dilakukan setiap bulan, setiap triwulan, atau setiap semester sekali. Namun dalam kontrol eksternal berada diluar organisasi dan bukan menjadi kewenangan organisasi yang menjadi pelaku kontrol untuk melakukan penjadwalan. Selain itu kontrol eksternal sulit dilakukan intervensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Joko Widodo (2018:94). Hal tersebut dikarenakan, dapat membantu dan memudahkan peneliti dalam proses menyelesaikan penelitian ini.

Selain itu teori ini dapat menjelaskan secara kompherensif mengenai implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kawasan Industri Medan Kelurahan Mabar ditinjau dari Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan, Standar Operasional Pemantauan, Sumber Daya Keuangan dan Peralatan, Jadwal Pelaksanaan Kontrol.

2.3 Konsep Pengawasan

2.3.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikan penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Siagian dalam bukunya fungsi-fungsi manajerial (2007:125) mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengertian pengawasan menurut Handoko (2003:359) yaitu sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.

Sedangkan pengawasan menurut Kadarman (2001:159) pengawasan adalah:

“Suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefesien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.

Melihat uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan tindakan-tindakan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar supaya segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.

Menurut G.R Terry dalam buku Principles of Management mengemukakan bahwa:

“Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standar apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya pengawasan adalah suatu pemantauan atau tindakan yang bertujuan agar, kegiatan tersebut sesuai rencana dengan standar yang sudah ditetapkan dan

segera mengambil tindakan-tindakan jika terjadi penyimpangan atau pelanggaran.

2.3.2 Tujuan Pengawasan

Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan kegiatan bisa berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Semua aktivitas organisasi harus diawasi dengan pengawasan yang baik, efektif dan efisien yang harus dilakukan secara sistematis. Pengawasan yang sistematis akan memberikan hasil yang optimal.

Menurut Manulang (2004:173) tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang.

Definisi Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan sangat diperlukan disetiap organisasi. Karena pengawasan disini dimaksudkan sebagai suatu hal yang dipakai untuk memperbaiki kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya, atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

2.3.3 Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefullah (2005:12) fungsi pengawasan ialah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan indikator yang ditetapkan.

2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tentang fungsi pengawasan di atas dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan pengawasan dapat mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan, mengambil tindakan koreksi sedini mungkin jika terjadi penyimpangan serta bisa memberikan solusi untuk berbagai masalah untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan di perusahaan.

2.3.4 Manfaat Pengawasan

Menurut Siagian (2012:261) Manfaat pengawasan adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dalam mana organisasi berada.

2. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana dengan efisien dan efektif.

3. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.

4. Langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja yang memuaskan.

5. Tindakan preventif apa yang segera dapat dilakukan agara deviasi dari standar tidak terus berlanjut.

Berdasarkan penjelasan Siagian di atas, maka manfaat pengawasan adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan dari kegiatan operasional tersebut serta pengambilan tindakan preventif agar kegiatan operasional tidak terhambat.

2.3.5 Tahap-Tahap Dalam Proses Pengawasan

Menurut Handoko (2003:362) proses pengawasan biasanya terdiri paling sedikit lima tahap (langkah), tahap-tahapnya adalah:

1. Penetapan standar pelaksanaan, tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan, ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: a) pengamatan (observasi), b) laporan-laporan baik lisan dan tertulis, c) metode-metode otomatis, d) inspeksi pengujian).

4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan, tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.

5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan, bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil dalam berbagai bentuk.

Sedangkan Menurut (Siagian, 2007:128) Pengawasan akan berjalan dengan lancar apabila proses dasar pengawasan diketahui dan ditaati. Yang dimaksud dengan proses dasar itu meliputi:

1. Penentuan standar hasil kerja.

Standar hasil pekerjaan merupakan hal yang amat penting ditentukan karena terhadap standar itulah hasil pekerjaan dihadapkan dan diuji.

Tanpa standar yang ditetapkan secara rasional dan objektif, manajer dan para pelaksana tidak akan mempunyai kriteria terhadap mana hasil yang dicapai memenuhi tuntutan rencana atau tidak.

2. Pengukuran hasil pekerjaan.

Pengukuran prestasi kerja perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa karena pengawasan ditujukan kepada seluruh kegiatan yang sedang berlangsung, sering tidak mudah melakukan pengukuran hasil prestasi kerja para anggota organisasi secara tuntas dan final. Akan tetapi meskipun demikian melalui pengawasan harus dapat dilakukan pengukuran atas prestasi kerja, meskipun sementara sifatnya. Pengukuran sementara demikian, menjadi sangat penting karena ia akan memberi petunjuk tentang ada tidaknya gejala-gejala penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.

3. Koreksi terhadap penyimpangan

Meskipun bersifat sementara, tindakan korektif terhadap gejala-gejala penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan harus bisa diambil.

Berdasarkan penjelasan proses pengawasan yang dikemukakan oleh Handoko dan Siagian bahwasannya, terdapat langkah-langkah di dalam proses pengawasan agar pengawasan yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang maksimal dan rencana yang sudah dibuat tepat sasaran.

2.3.6 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Menurut Silalahi dalam Handayaningrat dalam buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (2008:33) Prinsip-prinsip dalam pengawasan antara lain:

1. Pengawasan harus berlangsung terus-menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan

2. Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan pekerja secara objektif

3. Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari atau menemukan kelemahan dalam melaksanakan pekerjaan 4. Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk

mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan

5. Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efisiensi (hasil guna)

6. Pengawasan harus fleksibel

7. Pengawasan harus berorintasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan (plan and objective oriented)

8. Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan- kegiatan yang sangat menentukan atau control by exeption 9. Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan

perbaikan (corrective action).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan dengan adanya prinsip pengawasan maka pengawasan akan lebih berorientasi, berdayaguna dan berkesinambungan, karena pada dasarnya prinsip yang baik merupakan kunci keberhasilan tercapainya tujuan pengawasan.

2.3.7 Teknik-Teknik Pengawasan

Menurut Hasibuan (2008:245) Teknik pengawasan atau pengendalian yaitu ada dua (2) cara:

1. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri oleh secara langsung oleh seorang manajer.Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mnegetahui apakah dikerjakan benar dan hasilnya-hasilnya sesuai dengan yang dikehendaki.

Kebaikanya :

a. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga perbaikannya dilakuukan dengan cara cepat.

b. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,sehingga akan mempererat hubungan antara atasan dan bawahannya.

c. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan karena merasa diperhatikan oleh atasannya.

d. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.

e. Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan.

Keburukannya:

a. Waktu seorang manajer banyak tersita, sehingga waktu untuk pekerjaan lainnya berkurang.

b. Mengurangi inisatif bawahan, karena mereka merasa bahwa atasannya selalu mengawasinya.

c. Ongkos semakin besar karena adanya biaya pengeluaran dan lain- lainnya.

2. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan.

Kebaikannya:

a. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin banyak, misalnya perencanaan kebijaksanaan dan lain-lain.

b. Biaya pengawasan relatif kecil.

c. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.

Keburukannya:

a. Laporan kadang-kadang kurang objektif,karena ada kecenderungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.

b. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya, sehingga perbaikannya pun terlambat.

c. Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.

Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang

dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan.

Berdasarkan teknik pengawasan yang dikemukakan oleh Hasibuan diatas dapat kita simpulkan bahwa, dalam melakukan pengawasan manajer bisa mendatangi langsung pekerjaan atau kegiatan yang sedang dilakukan oleh bawahannya agar bisa mengetahui sejauh mana pekerjaan yang sudah dilakukan, serta bisa juga melakukan pengawasan melalui laporan yang diberikan oleh bawahannya sehingga tidak perlu mendatangi langsung ke lokasi pekerjannya.

2.4 Tinjauan Umum Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2.4.1 Pengertian Limbah

Limbah merupakan buangan atau material sisa, yang dianggap tidak mempunyai nilai yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri atau juga domestik (rumah tangga). Pengertian limbah menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah benda yang tidak bernilai dan tidak berharga. Serta bisa juga diartikan sebagai sisa proses produksi. Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) mengartikan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan.

Limbah berbeda dengan sampah, sampah cenderung dianggap sebagai sisa hasil buangan yang banyak dijumpai pada kegiatan rumah tangga. Sedangkan limbah

adalah sisa hasil buangan dari kegiatan industri. Pada dasarnya berbagai jenis limbah ini dihasilkan oleh kegiatan atau aktivitas manusia, baik itu dari kegiatan atau aktivitas industri atau juga domestik (rumah tangga) memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan juga tentu bagi kesehatan manusia apabila tidak dikelola dengan baik.

2.4.2 Jenis-jenis Limbah 1. Limbah Cair

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.

Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:

a. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran.

Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.

b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.

c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair

melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.

d. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

e. Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di proses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

2. Limbah Padat

Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu: kertas, plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dan lain-lain. Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi enam kelompok sebagai berikut:

a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah sayuran, kulit buah-buahan.

b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.

c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah membusuk.

d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.

e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas dan plastik.

f. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal daribuangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.

3. Limbah Gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.

Secara alami udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2, dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan menurunkan kualitas udara. Limbah gas yang dihasilkan

berlebihan dapat mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume.

Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.

Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung partikel-partikel bahan padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan ringan sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan tersebut disebut sebagai materi partikulat. Seperti limbah gas yang dihasilkan oleh suatu pabrik dapat mengeluarkan gas yang berupa asap, partikel serta debu. Apabila ini tidak ditangkap dengan menggunakan alat, maka dengan dibantu oleh angin akan memberikan jangkauan pencemaran yang lebih luas. Jenis dan karakteristik setiap jenis limbah akan tergantung dari sumber limbah.

4. Limbah Suara

Limbah suara yaitu limbah yang berupa gelombang bunyi yang merambat di udara. Limbah suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin-mesin pabrik, peralatan elektronik dan sumber-sumber yang lainnya.

2.4.3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun mendefinisikan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,

dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Mark Landy (1993) berpendapat bahwa tujuan dari undang-undang, yang bersikeras membersihkan semua tempat pembuangan limbah beracun dan berbahaya menurut standar yang berlaku, tidak mendorong orang untuk berpikir cerdas tentang masalah ini. Tampaknya ia membangun kebebasan penuh dari resiko, tetapi ada terlalu banyak lokasi dan biaya pembersihan terlalu tinggi agar tujuan ini dapat tercapai. Karena dolar federal, diharapkan pulih dari pencemar, membawa sebagian besar beban, warga tidak didorong untuk membahas mana lokasi upaya pembersihan yang paling diinginkan. Akibatnya sumber daya berharga perlindungan lingkungan menjadi salah alokasi dan sinisme warga bahwa hukum tidak mendukung janji meluas (Landy1993; Hird 1994). Salah satu usulan untuk mendefinisikan kembali masalah dan mendorong musyawarah dimulai dengan membuat perbedaan antara berbagai jenis lokasi limbah bahan berbahaya yang tidak aktif dan terbengkalai (Hird 1994).

2.4.4 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengelolaan merupakan tindakan pengusahaan pengorganisasian sumber- sumber yang ada dalam organisasi dengan tujuan agar sumber-sumber tersebut dapat bermanfaat untuk kepentingan organisasi. Dengan demikian pengelolaan merupakan hubungan dengan seluruh elemen yang terdapat di dalam suatu organisasi, seperti pengelolaan berkaitan dengan personal, administrasi, ketatausahaan, peralatan ataupun prasarana yang ada di dalam organisasi.

Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Prinsip pengelolaan limbah B3 yaitu from cradle to grave artinya, pencegahan pencemaran yang dilakukan dari

sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan ditimbun/dikubur. Seperti diketahui proses penanganan limbah B3 meliputi dihasilkan, dikemas, digudangkan/penyimpanan, ditransportasikan, di daur ulang, diolah, dan

sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan ditimbun/dikubur. Seperti diketahui proses penanganan limbah B3 meliputi dihasilkan, dikemas, digudangkan/penyimpanan, ditransportasikan, di daur ulang, diolah, dan

Dokumen terkait