• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Defenisi Operasional

Struktur modal adalah suatu keputusan pendanaan jangka panjang perusahaan dimana dalam hal ini perusahaan akan mempertimbangkan mengenai sumber dananya, yaitu apakah perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pihak internal (dari dalam perusahaan) seperti modal sendiri atau dari pihak eksternal (dari luar perusahaan) seperti utang jangka panjang, serta juga mempertibangkan mengenai porsi dana yang digunakan.

Diukur dengan mengunakan rumus Debt To Equity Ratio (DER).

2. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Di peroleh mengunakan rumus Net Profit Margin (NPM)

3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah hasil kinerja keuangan suatu perusahaan. Nilai perusahaan ini dapat tercermin dari harga saham perusahaan atau dari nilai ekuitas dan utang perusahaan. Di peroleh mengunakan rumus Price Book Value (PBV)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Signaling

Adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak internal dan eksternal perusahaan sehingga pihak investor sering memproteksi dirinya dengan menawarkan harga yang lebih rendah untuk perusahaan tersebut.

Pihak internal perusahaan lebih mengetahui kondisi perusahaan dibandingkan dengan pihak eksternal. Teori signaling menggambarkan tindakan yang diambil manajemen untuk memberikan petunjuk bagi investor tentang prospek yang dimiliki perusahaan (Brimingham dan Houston, 2006:36).

Informasi tentang perusahaan merupakan halyang sangat penting bagi perusahaan untuk mengambil keputusan apakah investorakan menginvestasikan modalnya atau tidak pada pasar modal. Informasi biasanya menyajikan catatan, keterangan atau gambaran tentang masa lalu saat ini, ataupun masa yang akan datang tentang kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor dipasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Para pelaku pasar menterjemahkan informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news) pada waktu informasi diumumkan. Apabila terdapat informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news), maka investor akan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news), maka investor akan meningkat maka investor akan menterjemahkan informasi tersebut sebagai signal yang baik sehingga investor akan

menginvestasikan uangnya dengan membeli saham perusahaan tersebut.

Perusahaan tersebut memiliki dana yang kuat untuk melakukan kegiatan investasi atau melakukan ekspansi perusahaan sehingga ukuran perusahaan semakin besar dan terjadilah pertumbuan perusahaan yang baik. Volume perdagangan saham dipasar modal juga akan meningkat dan nilai perusahaan meningkat (Ira Tiara, 2018).

2. Nilai Perusahaan

a. Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan atau juga disebut nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya (Husnan, 2013).

Nilai pasar perusahaan dapat didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada suatu tahun yang tercermin pada harga saham tahun berikutnya.

Konsep mengenai nilai perusahaan mengaitkannya dengan fungsi manajemen keunagan yang terdiri dari keputusan internal, keputusan pendanaan dan keputusan dividen (Febrianti, 2012).

Tujuan perusahaan menurut Sudana (2009:7) memiliki tujuan untuk memaksimumkan laba, akan tetapi tujuan memaksimumkan laba dinilai kurang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang keuangan, para pakar dibidang keuangan merumuskan tujuan normatif suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi presepsi investor terhadap perusahaan. Jika nilai perusahaan tersebut baik, maka kinerja perusahaan tersebut baik karena nilai perusahaan mencerminkan suatu kondisi perusahaan.

Untuk dapat menciptakan value atau nilai bagi perusahaan, manajer keuangan harus (Rodani, 2014:3)

1) Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat.

2) Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.

3) Keputusan deviden yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja bersih.

Nilai perusahaan adalah nilai pasar hutang ditambah nilai pasar ekuitas. Hutang merupakan sebuah janji dari perusahaan peminjam untuk membayar kembali sejumlah uang pada tanggal tertentu. Klaim hak pemegang saham terhadap nilai perusahaan merupakan nilai sisi (residual) setelah hak pemegang surat hutang dibayarkan. Jika nilai perusahaan dari jumlah yang dijanjikan kepada pemegang surathutang, maka pemegan saham tidak akan mendapat apa-apa. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai yang tinggi menunjukakan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari harga saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing) dan manajemen asset (Rodoni, 2014:4).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan

Yuniarti (2014) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu :

a. Pengaruhnya keputusan investasi

Jika investasi perusahaan bagus maka akan berpengaruh pada kinerja perusahaan, dan hal ini pun akan direspon positif oleh investor dengan membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham akan naik.

b. Keputusan Pendanaan

Perusahaan yang prosi utangnya tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban di

masa yang akan datang sehingga akan mengurangi ketidakpastian investor terhadap kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas modal yang telah disetorkan investor.

c. Kebijakan Dividen

Dalam Signaling theory menekankan bahwa pembayaran dividen merupakan sinyal bagi para investor bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk tumbuh di masa yang akan datang, sehingga pembayaran dividen akan meningkatkan apresiasi pasar terhadap saham perusahaan yang membagikan dividen tersebut, dengan demikian pembayaran dividen berimplikasi positif terhadap nilai perusahaan.

d. Ukuran Perusahaan

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar keyakinan investor akan kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian investasi.

e. Profitabilitas

Profitabilitas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi para pemegang saham.

Dengan rasio profitabilitas yang tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.

c. Pengukuran Nilai Perusahaan

Menurut Atmaja (2008:417) Price Book Value (PBV) dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut

Indikator rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah price to book value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut. Price to book value dipilih sebagai ukuran kinerja karena menggambarkan besarnya premi yang diberikan pasar atas modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Nuryaman, 2015).

Menurut Salvatore (2005) dalam Apriada dan Suardikha (2016) nilai perusahaan yang dihitung berdasarkan harga sahamnya ada beberapa istilah diantarnya adalah:

1) Price to book value (PBV) adalah perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham.

2) Market to book ratio (MBR) adalah perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham.

3) Market to book assets ratio yaitu ekspektasi pasar tentang nilai dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar aset dengan nilai buku aset.

4) Market value of equity (MVE) yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian para pelaku pasar. Nilai pasar equitas adalah jumlah equitas (saham beredar) dikali dengan harga perlembar equitas.

5) Enterprise value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah minority interest dan saham preferen dikurangi total kas dan ekuivalen kas.

6) Price earning ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual. Rumus PER yaitu price per share dibagi earning per share.

7) Tobins’Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan nilai suatu peusahaan yang terdaftar dipasar keuangan dengan nilai pengganti aset perusahaan.

Indikator rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah price to book value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas.

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut. price to book value dipilih sebagai ukuran kinerja karena menggambarkan besarnya premi yang diberikan pasar atas modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Nuryaman, 2015).

Price to book value (PBV) digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Sumampow dan Murni, 2016).

Menurut Hidayati (2010) dalam Sudibya dan Restuti (2014) rasio PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :

1) Nilai buku mempunyai ukuran nilai yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan.

2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.

3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan PBV.

d. Tujuan Memaksimumkan Nilai Perusahaan

Menurut I Made Sudana (2011:7) toeri-teori di bidang keuangan memiliki satu fokus, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan (wealth of the shareholders). Tujuan normatif ini dapat diwujudkan dengan memaksimalkan nilai pasar perusahaan (market value of firm). Bagi perusahaan yang sudah go public, memaksimalkan nilai perusahaan sama dengan memaksimalkan harga pasar saham. Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan perusahaan karena:

1) Memaksimalkan nilai perushaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham dimasa yang akan datang atau berorientasi jangka panjang.

2) Mempertimbangkan faktor resiko.

3) Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada sekedar laba menurut pengertian akuntansi.

4) Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.

e. Konsep Nilai Perusahaan

Menurut Christawan dan Tarigan (2007) beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai perusahaan di antaranya sebagai berikut:

1) Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif

2) Nilai pasar atau sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan di jual di pasar saham

3) Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai rill suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai

perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari

4) Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi

3. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja adalah tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkatpencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual.Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisikeuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yangmencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Sianturi, 2015).

Pengertian kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatanperusahaan tersebut Sutrisno (2009:53) dalam Syahlina (2013). Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi-kondisi keuangan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis rasio-rasio keuangan (Pongrangga et al, 2014).

Salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk analisis keuangan adalah profitailitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Profitabilitas suatu perusahaan merupakan gambaran yang mengukur seberapamampu perusahaan menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang (Manopo dan Arie, 2016).

b. Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 (delapan) macam, menurut Jumingan (2006:242) yaitu:

1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).

2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untukmengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikanatau penurunan.

3) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca

maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

4. Struktur Modal

a. Pengertian struktur modal

Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentuan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasaldari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dalam dan luar perusahaan. (Rodoni, 2014:138).

Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara utang dan modal sendiri (saham biasa dan saham preferen) yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. (Sri, Dwi, 2010:1).

Struktur modal adalah perbandingan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (Meidiawati dan Mildawati, 2016).

Struktur modal dapat diukur dengan debt to equity ratio (DER).

DER merupakan perbandingan antara total hutang perusahaan dengan total ekuitas perusahaan (Sudiartha dan Prastuti, 2016). DER adalah indikator leverage yang paling sering digunakan perusahaan untuk

menunjukan berapa persen dari total aset perusahaan dibiayai oleh kreditor. Semakin tinggi persentase dari total aset yang dibiayai oleh hutang, semakin besar resiko perusahaan yang mungkin tidak dapat memenuhi kewajibannya hingga jatuh tempo (Al-Fisah, 2016).

Struktur modal perusahaan juga merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri. Jika hutang sesungguhnya berada dibawah target, pnjaman perlu ditambah. Namun, jika rasio hutang melampaui target, maka perusahaan harus menjual sahamnya (Margareta, 2005:119).

b. Teori Struktur Modal

Menurut Hanafi (2012:297) dalam teori struktur modal menjelaskan pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dimana keputusan investasi dan kebijakan dividen yang di tetapkan perusahaan sama (konstan). Bila perusahaan mengganti struktur modal yang dimilikinya dengan hutang ataupun saham dan member dampak pada nilai perusahaan, maka akan diperoleh struktur modal yang baik untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang maksimal. Tujuan utama perusahaan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan pemilik atau pemegang saham.

Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan

eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang.

Teori struktur modal menurut Irfan Fahmi (2015:193) yaitu sebagai berikut:

1) Balancing Theories

Balancing theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari pinjaman baik ke-perbankan, leasing atau juga dengan menerbitkan obligasi (bonds). Obligasi (bonds) adalah sebuah surat berharga (commercial paper) yang mencantumkan nilai nominal, tingkat suku bunga, dan jangka waktu dimana itu dikeluarkan baik oleh perusahaan atau government untuk kemudian dijual kepada publik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa menjual obligasi adalah artinya berutang pada publik atau perusahaan melakukan penambahan long term liabilities-nya. Maka penerapan balancing theories juga memungkinkan diterapkan oleh suatu pemerintahan adalah dengan cara melakukan pinjaman ke pihak asing seperti pemerintah negara asing atau juga pada lembaga donatur internasional seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), dan lembaga lainnya.

Ada beberapa resiko yang harus ditanggungkan oleh perusahaan pada saat kebijakan balancing theriesi diterapkan yaitu:

a) Jika perusahaan meminjam dana ke perbankan, maka dibutuhkan jaminan atau agunan seperti tanah, gedung, kendaraan dan sejenisnya. Dan jika angsuran kredit tersebut terlambat dibayar perbankan akan memberikan teguran dalam

bentuk lisan dan tulisan. Persoalannya adalah seandainya perusahaan tidak mampu lagi membayar angsuran di atas batas waktu yang ditentukan/ditolerir maka agunan tersebut diambil dan dilelang oleh perbankan untuk menutupi kerugian sejumlah nilai pinjaman. Artinya perusahaan telah kehilangan aset yang diagunankan tersebut.

b) Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk risiko yang dihadapi adalah jika seandainya tidak sanggup membayar bunga obligasi secara tepat waktu atau bergeser dari waktu yang disepakati maka perusahaan harus melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi ini, termasuk mengonversi dari pemegang obligasi ke pemegang saham.

c) Resiko selanjutnya terhadap masalah yang diambil oleh perusahaan tersebut adalah telah menyebabkan nilai perusahaan di mata publik terjadi penurunan, karena publik menilai kinerja keuangan perusahaan tidak baik khususnya dalam kemampuan manajemen struktur modal (capital structure management).

2) Packing Order Theory

Packing order theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual aset yangdimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk dana yang berasal dari labaditahan (retained earnings).

Mengenai laba ditahan M. Fuad dkk. dalam Irham Fahmi (2015:194) mengatakan “Alternatif lain untuk pembiayaan modal sendiri adalah labaditahan, yakni bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham”. Lebih jauh Smith dan Skousen dalam

Irham Fahmi (2015:194) mengatakan “Laba yang ditahan hakikatnya adalah tempat pertemuan akun neraca dan akun-akun laporan laba-rugi”.

Pada kebijakan packing order theories artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan aset karena dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang maupun yang akan. Yang sedang seperti untuk membayar utang yang jatuh tempo dan yang akan datang seperti untuk pengembangan produk baru (new product) dan ekspansi perusahaan dalam membuka kantor cabang (brand office) dan berbagai kantor cabang pembantu (sub brand office).

Menurut Modigiliani dan Miller dalam Irham Fahmi (2015:

194) bahwa penggunaan utang akan selalu menguntungkan apabila dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri, terutama dengan meminjam ke perbankan. Karena pihak perbankan dalam menetapkan tingkat suku bunga adalah berdasarkan acuan dalam melihat perubahan dan berbagai persoalan dalam perekonomian suatu negara, yaitu dengan menghubungkan antara tingkat inflasi dengan presentase pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan.

Sehingga dengan begitu sangat tidak mungkin bagi suatu perbankan menerapkan suatu angka suku bunga pinjaman yang memberatkan bagi pihak debitur, karena nantinya juga akan bermasalah bagi perbankan itu sendiri yaitu memungkinkan untuk timbulnya bad debt”.

Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk memperkecil resiko yang akan timbul karena kebijakan packing order theory, yaitu:

a) Melakukan kebijakan penjualan aset berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan. Artinya jika kebutuhan dana sebesar 2 milyar maka dicari sumber alokasi yang berasal dari nilai 2 milyar juga, karena jika kelebihan dari nilai tersebut akan terjadi keputusan yang tidak efisien. Contohnya nilai tanah Rp1.950.000.000,-, nilai kendaraan Rp1.560.000.000,- dan nilai gedung Rp2.280.000.000.000,. Maka dengan komposisi nilai seperti ini lebih baik bagi perusahaan menjual tanah dan selanjutnya mencari tambahan sebesar Rp50.000.000,- dari alokasi sumber yang lain dengan nilai yang sama seperti menjual mobil second yang harganya Rp55.000.000,-.

b) Menerapkan kebijakan prudential principle (prinsip kehati-hatian) sebelum keputusan tersebut dibuat. Prudencial principle artinya keputusan yang dibuat dilakukan berdasarkan perhitungan yang matang, matang dari segi perhitungan matematis dan analisis kualitatifnya.

c) Menerapkan kebijakan yang bersifat hard control (kontrol keras) terhadap yang sudah diambil. Adapun hard control artinya setelah keputusan tersebut diambil maka dilaksanakan secara betul-betul penuh dengan pengawasan yang ketat dan maksimal”.

c. Jenis Struktur Modal

Menurut Petty Martin, untuk memahami tentang struktur modal maka perlu kita pahami pembagian struktur modal itu sendiri yaitu secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Simple capital structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan

1) Simple capital structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan