i
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Pertambangan Batubara Tahun 2014-2018)
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Batusangkar
Oleh:
NURLATIVAH 15301210081
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
2019/1441 H
i ABSTRAK
Nama Nurlativah. NIM 15301210081. Judul Skripsi “Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Pertambangan Batubara Tahun 2014-2018). Jurusan Ekonomi Syariah Falkutas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah selama 5 tahun nilai perusahaan di sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara dari tahun 2014 sampai tahun 2018 mengalami kenaikan dan penurunan (Fluktuasi). Nilai perusahaan dengan rentang naik turun dapat mengakibatkan perusahaan akan kehilangan daya tariknya di pasar modal dan akan membuat para investor kurang percaya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara yang terdaftar di BEI selama tahun 2014-2018. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh sebanyak 7 perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari laporan tahunan perusahaan sampel yang diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan secara simultan struktur modal dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci : struktur modal, profitabilitas, nilai perusahaan
ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 9
G. Defenisi Operasional ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori... 11
1. Teori Signaling ... 11
2. Nilai Perusahaan ... 12
3. Kinerja Keuangan ... 18
4. Struktur Modal ... 20
5. Profitabilitas ... 28
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 34
C. Kerangka Berpikir ... 36
D. Perumusan Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Jenis Penelitian... 41
iii
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan Sampel ... 41
D. Data dan Sumber Data ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Variabel Penelitian ... 44
G. Definisi Operasional Variabel... 44
H. Metode Analisis Data ... 46
I. Teknik Analisis Data... 48
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Gambaran Umum ... 51
1. PT Adaro Energy Tbk ... 51
2. PT Baramulti Suksessarana Tbk ... 53
3. PT Resource Alam Indonesia Tbk ... 54
4. PT Mitrabara Adiperdana Tbk ... 56
5. PT Samindo Resources Tbk ... 57
6. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk ... 59
7. PT Toba Bara Tbk ... 60
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data ... 62
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 62
2. Uji Asumsi Klasik ... 63
3. Analisis regresi linear berganda ... 68
4. Uji Hipotesis ( Uji t) ... 69
5. Uji Simultan (Uji F) ... 71
6. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) ... 72
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 73
BAB V PENUTUP ... 75
A. KESIMPULAN ... 75
B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai DER Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Batubara periode
2014-2018 ... 4
Tabel 1.2 Nilai NPM Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Batubara periode 2014-2018 ... 4
Tabel 1.3 Nilai PBV Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Pertambangan Batubara Periode 2014-2018 ... 4
Tabel 3.1 Distribusi Sampel ... 42
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan ... 43
Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin-Watson ... 47
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 63
Tabel 4.2 Hasil Struktural 1 Uji Normalitas ………..64
Tabel 4.2 Hasil Struktural 2 Uji Normalitas ………..65
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas... 66
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas menggunakan Uji Glesjser ... 68
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Individu (Uji Statistik T) ... 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 72
Tabel 4.9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 73
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 32
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang di dunia, hal ini terbukti dengan adanya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan sektor ekonomi. Perekonomian di Indonesia yang semakin membaik menyebabkan timbulnya gairah bagi para pengusaha untuk mengelola perusahaannya di Indonesia. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan. (Salvatore, 2005:9)
Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan dalam kajian dihubungkan pada prinsip-prinsip syariah yang harus diperhatikan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Prinsip syariah yang dimaksud adalah didalam mencari keuntungan yang tidak mengandung unsur maysir, gharar, dan riba yang dilarang oleh syariat islam. Maysir merupakan cara memperoleh keuntungan secara tidak benar (Huda dan Nasution, 2007:27).
Dalam Al-Quran sudah dijelaskan dalam surat (Qashash Ayat 37):
Artinya: Musa menjawab: Tuhanku lebih mengetahui orang yang membawa petunjuk dari sisi-nya dan siapa yang akan mendapatkan kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang- orang yang zalim.”(QS Al Qashash:37)
Maksud ayat ini dapat diketahui bahwa sikap memberi informasi palsu dalam bisnis untuk mendapatkan nilai yang baik dari investor dan menzalimi orang lain sehingga menghilangkan sumber keberkahan karena merugikan atau menipu orang lain yang didalamnya terjadi eksploitasi hak-hak yang tidak dibenarkan dalam ajaran islam. (Djakfar, 2012:37)
Menurut Husnan (2013:7) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan juga merupakan alat analisis untuk suatu keputusan yang akan di ambil oleh para investor dalam menempatkan investasinya dalam hal ini mempertimbangkan apakah suatu perusahaan tersebut akan menguntungkan atau sebaliknya. Selain itu, nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Harga saham menurut Jogiyanto (2011:167) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangutan di pasar modal.Kekayaan pemegang saham akan tercermin dari nilai perusahaan yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham dan hal ini ditunjukkan oleh harga pasar saham perusahaan bersangkutan di bursa saham. Pada perusahaan yang publik, nilai suatu perusahaan tercermin pada harga saham.
Harga saham di sektor pertambangan mengalami tanda-tanda pertumbuhan.
Dari data Bloomberg, secara year to date sektor pertambangan di awal tahun 2018 memiliki bobot 5,55%. Padahal sampai pada penutupan tahun 2017, bobot sektor pertambangan yakni 4,94%. Bahkan pada tahun 2015, sektor ini sempat punya bobot 2,97%. Pada tahun 2015 inilah, sektor pertambangan memiliki bobot terendah sejak tahun 2007.Sementara itu, tercatat pula perubahaan bobot sektor saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (www.Kontan.co.id Rabu, 17 Januari 2018, 21:49 WIB | Diakses Tanggal 30 Juni 2019).
Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pusat transaksi capital market saat ini.Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal yang dapat dijadikan alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di Indonesia.Salah satu alternatif pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di Bursa Efek. Sektor yang sahamnya masuk dalam Bursa Efek Indonesia adalah sektor pertambangan sub sektor batubara.
Perusahaan sub sektor batubara mengalami penurunan harga saham pada tahun 2015 akibat permintaan yang menurun, seiring negara tujuan ekspor batubara seperti Tiongkok sedang mengalami perlambatan ekonomi. Harga batubara terus jatuh dan saat ini bertengger di level US$52 per ton dari sebelumnya sudah mencapai US$150. Pada tahun 2018 harga saham di sektor pertambangan batubara ditutup di teritori negatif. Sektor pada tahun 2015 ditutup anjlok paling tajam dibanding sektor lainnya, atau turun 2,72%.(www.garta.com Selasa, 31 Juli 2018, 18:11 WIB | Diakses Tanggal 30 Juni 2019).
Perkembangan pertambangan sub sektor batubara yang menunjukkan siklus negatif ini membuat para investor untuk tidak menginvestasikan dananya untuk sektor batubara. Hal ini akan membuat sedikit investor luar yang akan masuk pada perusahaan sektor batubara di Indonesia dan semakin sedikit investor yang membeli saham peusahaan maka harga saham tersebut akan menurun kemudian nilai perusahaan akan turun.
Indikator nilai perusahaan yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan price book value (PBV). PBV merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham dan memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahannya diatas biaya investasi dengan cara membandingkan nilai pasar saham terhadap nilai buku perusahaan (Kasmir, 2009 dalam Prasetia et al, 2014).
Berikut ini disajikan data dari DER, NPM dan PBV perusahaan sektor pertambangan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018, sebagai berikut:
Tabel 1.1
Nilai DER Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Batubara periode 2014-2018
Kode Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 0,968 0,777 0,723 0,665 0,641
BSSR 0,863 0,657 0,445 0,402 0,631
KKGI 0,379 0,284 0,169 0,185 0,352
MBAP 0,735 0,478 0,270 0,315 0,397
MYOH 1,024 0,727 0,370 0,327 0,328
PTBA 0,708 0,819 0,760 0,593 0,486
TOBA 1,119 0,820 0,771 0,993 1,328
Sumber : data olahan (lampiran)
Tabel 1.2
Nilai NPM Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Batubara periode 2014-2018
Kode Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 0,055 0,056 0,151 0,159 0,129
BSSR 0,012 0,102 0,113 0,211 0,156
KKGI 0,059 0,051 0,102 0,160 0,008
MBAP 0,109 0,158 0,145 0,227 0,195
MYOH 0,089 0,109 0,112 0,065 0,128
PTBA 0,154 0,147 0,144 0,234 0,242
TOBA 0,071 0,074 0,056 0,133 0,155
Sumber : data olahan (lampiran)
Tabel 1.3
Nilai PBV Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Batubara periode 2014-2018
Kode perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
ADRO 1,012 0,429 1,295 1,282 0,767
BSSR 3,903 2,067 2,169 2,739 2,935
KKGI 0,424 0,430 1,335 1,401 1,506
MBAP 2,922 1,384 2,104 1,428 2,487
MYOH 1,057 0,928 0,973 1,127 1,458
PTBA 3,367 1,136 2,769 2,083 3,093
TOBA 1,404 0,834 1,569 2,022 1,342
Sumber : Data Olahan Dari Beberapa Laporan Keuangan
Tabel diatas menunjukkan inkonsistensi nilai dari struktur modal dan profitabilitas sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang berbeda dari setiap perusahaan. Nilai struktur modal dan profitabilitas
perusahaan dari tahun 2014 sampai dengan 2018 menunjukkan fluktuasi di setiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan.
Fluktuasi nilai dari struktur modal dan profitabilitas ini akan mempengaruhi nilai perusahaan dengan rentang naik turun yang dapat menimbulkan masalah, seperti perusahaanakan kehilangan daya tariknya di pasar modal. Hal ini dikarenakan akan membuat para investor kurang percaya terhadap kinerja keuangan perusahaan sehingga mereka akan memilih menghindari berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Untuk dapat melakukan investasi, agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan akses perusahaan tersebut kepada sumber dana yang tersedia baik itu sumber dana eksternal berupa utang maupun sumber dana internal berupa ekuitas (Wahyuati dan Safitri, 2015).
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa (Rambe, 2013).
Struktur modal ini juga merupakan salah satu keputusan keuangan yang dihadapi oleh manajer keuangan perusahaan, dimana struktur modal itu merupakan perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh merupakan kombinasi dari sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yaitu berasal dari dalam dan luar perusahaan. (Rodoni, 2014:137).
Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2013:157). Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio hutang dimana semakin besaar ratio DER maka semakin besar penggunaan dana dalam memenuhi pendanaan perusahaan (Prasetia et al, 2014).
Keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana perusahaan yang berasal dari sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Keputusan
pendanaan berkaitan dengan penentuan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Dalam prospektif manajerial, inti dari fungsi pendanaan adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham (Astuti dan Hotima, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Wirawati (2016) menyatakan bahwa struktur modal yang diprosikan oleh DER berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang berbeda dari Prasetia, et all (2014) yang menunjukan bahwa struktur modal yang diprosikan oleh DER berpengaruh positifdan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian berbeda dari Apsari et all (2015) dan Wulandari et all (2015) menyatakan bahwa struktur modal yang diprosikan oleh DER tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai perusahaan adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan dinilai dengan menggunakan rasio profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinnya (Sianturi, 2015).Profitabilitas adalah rasio dari efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang di hasilkan dari penjualan dan investasi. Semakin besar profitabilitas maka kinerja perusahaan semakin baik dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (Wahyuati dan Safitri, 2015).
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio net profit margin (NPM).Rasio NPM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan.NPM merupakan pebandingan antara laba bersih dengan penjualan.Semakin tinggi rasio tersebut maka kemampuan memperoleh laba bersih oleh perusahaan akan semakin besar (Irayanti dan Tumbel, 2014).
Menurut Brigham dan Houston (2010) berdasarkan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik dan memaksimumkan kekayaanpemegang
saham, maka salah satu cara pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat di lihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah rasio dari kinerja keuangan yang memiliki hubungan positif terhadap nilai perusahaan, dimana semakin tinggi kinerja yang dicapai perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Desi Irayanti (2014) menyatakan bahwa net profit margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Hasil penelitian berbeda dari Ardimas dan Wardoyo (2014) yang menunjukan net profit margin (NPM) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dalam penjelasan diatas dan penelitian terdahulu yang masih terdapatnya perbedaan pengaruhantara variabel independen struktur modal dan profitabilitas terhadap variabel dependen nilai perusahaan. Dan alasan memilih perusahaan sektor pertambangan sub sektor batubara karena di Indonesia ini prospek dalam hal sumber daya alam berupa batubara sangatlah melimpah, sehingga hal ini menarik bagi investor untuk menanamkan modal ke perusahaan sektor pertambangan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Maka penulis merumuskan penelitian dengan judul :“Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan: Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Sub Sektor Pertambangan Batubara Tahun 2014-2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diindentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan
2. Fluktuasi nilai perusahaan dengan rentang naik turun yang terlalu jauh dapat mempengaruhi presepsi investor terhadap perusahaan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan idenfikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang diteliti berfokus pada analisis pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara periode 2014-2018.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar struktur modal berpengaruh secara parsial tehadap nilai perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara periode 2014-2018?
2. Seberapa besar profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara periode 2014-2018?
3. Seberapa besar struktur modal dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batu bara periode 2014-2018?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur modal secara parsial tehadap nilai perusahaansektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara periode 2014-2018
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh profitabilitas secara parsial terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara periode 2014-2018
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur modal dan profitabilitas secara simultan terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara periode 2014-2018
F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
1) Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi (SE) di IAIN Batusangkar.
2) Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai analisis pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
3) Sebagai bahan pembanding antara teori yang didapat dalam perkuliahan dengan fakta di lapangan.
b. Bagi Perusahaan
1) Diharapkan dapat memberikan manfaat maupun masukanmasukan untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan yang mungkin ada sehingga memotivasi perusahaan untuk lebih meningkatkan manajemen penjualannya sehingga mencapai target yang ingin dicapai.
2) Untuk memberikan informasi pada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap Perusahaan di sektor pertambangan sub sektor pertambangan batubara
c. Bagi Akademik
1) Sebagai tambahan wacana akademik di IAIN Batusangkar.
2) Untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2. Luaran Penelitian
Adapun luaran penelitian dari penelitian ini adalah dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah perpustakaan IAIN Batusangkar.
G. Defenisi Operasional 1. Sruktur modal
Struktur modal adalah suatu keputusan pendanaan jangka panjang perusahaan dimana dalam hal ini perusahaan akan mempertimbangkan mengenai sumber dananya, yaitu apakah perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pihak internal (dari dalam perusahaan) seperti modal sendiri atau dari pihak eksternal (dari luar perusahaan) seperti utang jangka panjang, serta juga mempertibangkan mengenai porsi dana yang digunakan.
Diukur dengan mengunakan rumus Debt To Equity Ratio (DER).
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Di peroleh mengunakan rumus Net Profit Margin (NPM)
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah hasil kinerja keuangan suatu perusahaan. Nilai perusahaan ini dapat tercermin dari harga saham perusahaan atau dari nilai ekuitas dan utang perusahaan. Di peroleh mengunakan rumus Price Book Value (PBV)
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori Signaling
Adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak internal dan eksternal perusahaan sehingga pihak investor sering memproteksi dirinya dengan menawarkan harga yang lebih rendah untuk perusahaan tersebut.
Pihak internal perusahaan lebih mengetahui kondisi perusahaan dibandingkan dengan pihak eksternal. Teori signaling menggambarkan tindakan yang diambil manajemen untuk memberikan petunjuk bagi investor tentang prospek yang dimiliki perusahaan (Brimingham dan Houston, 2006:36).
Informasi tentang perusahaan merupakan halyang sangat penting bagi perusahaan untuk mengambil keputusan apakah investorakan menginvestasikan modalnya atau tidak pada pasar modal. Informasi biasanya menyajikan catatan, keterangan atau gambaran tentang masa lalu saat ini, ataupun masa yang akan datang tentang kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor dipasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Para pelaku pasar menterjemahkan informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news) pada waktu informasi diumumkan. Apabila terdapat informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news), maka investor akan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news), maka investor akan meningkat maka investor akan menterjemahkan informasi tersebut sebagai signal yang baik sehingga investor akan
menginvestasikan uangnya dengan membeli saham perusahaan tersebut.
Perusahaan tersebut memiliki dana yang kuat untuk melakukan kegiatan investasi atau melakukan ekspansi perusahaan sehingga ukuran perusahaan semakin besar dan terjadilah pertumbuan perusahaan yang baik. Volume perdagangan saham dipasar modal juga akan meningkat dan nilai perusahaan meningkat (Ira Tiara, 2018).
2. Nilai Perusahaan
a. Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan atau juga disebut nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya (Husnan, 2013).
Nilai pasar perusahaan dapat didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada suatu tahun yang tercermin pada harga saham tahun berikutnya.
Konsep mengenai nilai perusahaan mengaitkannya dengan fungsi manajemen keunagan yang terdiri dari keputusan internal, keputusan pendanaan dan keputusan dividen (Febrianti, 2012).
Tujuan perusahaan menurut Sudana (2009:7) memiliki tujuan untuk memaksimumkan laba, akan tetapi tujuan memaksimumkan laba dinilai kurang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang keuangan, para pakar dibidang keuangan merumuskan tujuan normatif suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi presepsi investor terhadap perusahaan. Jika nilai perusahaan tersebut baik, maka kinerja perusahaan tersebut baik karena nilai perusahaan mencerminkan suatu kondisi perusahaan.
Untuk dapat menciptakan value atau nilai bagi perusahaan, manajer keuangan harus (Rodani, 2014:3)
1) Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
2) Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.
3) Keputusan deviden yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja bersih.
Nilai perusahaan adalah nilai pasar hutang ditambah nilai pasar ekuitas. Hutang merupakan sebuah janji dari perusahaan peminjam untuk membayar kembali sejumlah uang pada tanggal tertentu. Klaim hak pemegang saham terhadap nilai perusahaan merupakan nilai sisi (residual) setelah hak pemegang surat hutang dibayarkan. Jika nilai perusahaan dari jumlah yang dijanjikan kepada pemegang surathutang, maka pemegan saham tidak akan mendapat apa-apa. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai yang tinggi menunjukakan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari harga saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing) dan manajemen asset (Rodoni, 2014:4).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan
Yuniarti (2014) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu :
a. Pengaruhnya keputusan investasi
Jika investasi perusahaan bagus maka akan berpengaruh pada kinerja perusahaan, dan hal ini pun akan direspon positif oleh investor dengan membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham akan naik.
b. Keputusan Pendanaan
Perusahaan yang prosi utangnya tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban di
masa yang akan datang sehingga akan mengurangi ketidakpastian investor terhadap kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas modal yang telah disetorkan investor.
c. Kebijakan Dividen
Dalam Signaling theory menekankan bahwa pembayaran dividen merupakan sinyal bagi para investor bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk tumbuh di masa yang akan datang, sehingga pembayaran dividen akan meningkatkan apresiasi pasar terhadap saham perusahaan yang membagikan dividen tersebut, dengan demikian pembayaran dividen berimplikasi positif terhadap nilai perusahaan.
d. Ukuran Perusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar keyakinan investor akan kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian investasi.
e. Profitabilitas
Profitabilitas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi para pemegang saham.
Dengan rasio profitabilitas yang tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.
c. Pengukuran Nilai Perusahaan
Menurut Atmaja (2008:417) Price Book Value (PBV) dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut
Indikator rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah price to book value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.
Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut. Price to book value dipilih sebagai ukuran kinerja karena menggambarkan besarnya premi yang diberikan pasar atas modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Nuryaman, 2015).
Menurut Salvatore (2005) dalam Apriada dan Suardikha (2016) nilai perusahaan yang dihitung berdasarkan harga sahamnya ada beberapa istilah diantarnya adalah:
1) Price to book value (PBV) adalah perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham.
2) Market to book ratio (MBR) adalah perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham.
3) Market to book assets ratio yaitu ekspektasi pasar tentang nilai dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar aset dengan nilai buku aset.
4) Market value of equity (MVE) yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian para pelaku pasar. Nilai pasar equitas adalah jumlah equitas (saham beredar) dikali dengan harga perlembar equitas.
5) Enterprise value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah minority interest dan saham preferen dikurangi total kas dan ekuivalen kas.
6) Price earning ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual. Rumus PER yaitu price per share dibagi earning per share.
7) Tobins’Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan nilai suatu peusahaan yang terdaftar dipasar keuangan dengan nilai pengganti aset perusahaan.
Indikator rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah price to book value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut. price to book value dipilih sebagai ukuran kinerja karena menggambarkan besarnya premi yang diberikan pasar atas modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Nuryaman, 2015).
Price to book value (PBV) digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Sumampow dan Murni, 2016).
Menurut Hidayati (2010) dalam Sudibya dan Restuti (2014) rasio PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :
1) Nilai buku mempunyai ukuran nilai yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan.
2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.
3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan PBV.
d. Tujuan Memaksimumkan Nilai Perusahaan
Menurut I Made Sudana (2011:7) toeri-teori di bidang keuangan memiliki satu fokus, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan (wealth of the shareholders). Tujuan normatif ini dapat diwujudkan dengan memaksimalkan nilai pasar perusahaan (market value of firm). Bagi perusahaan yang sudah go public, memaksimalkan nilai perusahaan sama dengan memaksimalkan harga pasar saham. Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan perusahaan karena:
1) Memaksimalkan nilai perushaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham dimasa yang akan datang atau berorientasi jangka panjang.
2) Mempertimbangkan faktor resiko.
3) Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada sekedar laba menurut pengertian akuntansi.
4) Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.
e. Konsep Nilai Perusahaan
Menurut Christawan dan Tarigan (2007) beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai perusahaan di antaranya sebagai berikut:
1) Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif
2) Nilai pasar atau sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan di jual di pasar saham
3) Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai rill suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai
perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari
4) Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi
3. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja adalah tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkatpencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual.Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisikeuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yangmencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Sianturi, 2015).
Pengertian kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatanperusahaan tersebut Sutrisno (2009:53) dalam Syahlina (2013). Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi-kondisi keuangan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis rasio-rasio keuangan (Pongrangga et al, 2014).
Salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk analisis keuangan adalah profitailitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Profitabilitas suatu perusahaan merupakan gambaran yang mengukur seberapamampu perusahaan menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang (Manopo dan Arie, 2016).
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 (delapan) macam, menurut Jumingan (2006:242) yaitu:
1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).
2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untukmengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikanatau penurunan.
3) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing- masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
4. Struktur Modal
a. Pengertian struktur modal
Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentuan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasaldari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dalam dan luar perusahaan. (Rodoni, 2014:138).
Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara utang dan modal sendiri (saham biasa dan saham preferen) yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. (Sri, Dwi, 2010:1).
Struktur modal adalah perbandingan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (Meidiawati dan Mildawati, 2016).
Struktur modal dapat diukur dengan debt to equity ratio (DER).
DER merupakan perbandingan antara total hutang perusahaan dengan total ekuitas perusahaan (Sudiartha dan Prastuti, 2016). DER adalah indikator leverage yang paling sering digunakan perusahaan untuk
menunjukan berapa persen dari total aset perusahaan dibiayai oleh kreditor. Semakin tinggi persentase dari total aset yang dibiayai oleh hutang, semakin besar resiko perusahaan yang mungkin tidak dapat memenuhi kewajibannya hingga jatuh tempo (Al-Fisah, 2016).
Struktur modal perusahaan juga merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri. Jika hutang sesungguhnya berada dibawah target, pnjaman perlu ditambah. Namun, jika rasio hutang melampaui target, maka perusahaan harus menjual sahamnya (Margareta, 2005:119).
b. Teori Struktur Modal
Menurut Hanafi (2012:297) dalam teori struktur modal menjelaskan pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dimana keputusan investasi dan kebijakan dividen yang di tetapkan perusahaan sama (konstan). Bila perusahaan mengganti struktur modal yang dimilikinya dengan hutang ataupun saham dan member dampak pada nilai perusahaan, maka akan diperoleh struktur modal yang baik untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang maksimal. Tujuan utama perusahaan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan pemilik atau pemegang saham.
Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan
eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang.
Teori struktur modal menurut Irfan Fahmi (2015:193) yaitu sebagai berikut:
1) Balancing Theories
Balancing theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari pinjaman baik ke-perbankan, leasing atau juga dengan menerbitkan obligasi (bonds). Obligasi (bonds) adalah sebuah surat berharga (commercial paper) yang mencantumkan nilai nominal, tingkat suku bunga, dan jangka waktu dimana itu dikeluarkan baik oleh perusahaan atau government untuk kemudian dijual kepada publik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menjual obligasi adalah artinya berutang pada publik atau perusahaan melakukan penambahan long term liabilities-nya. Maka penerapan balancing theories juga memungkinkan diterapkan oleh suatu pemerintahan adalah dengan cara melakukan pinjaman ke pihak asing seperti pemerintah negara asing atau juga pada lembaga donatur internasional seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), dan lembaga lainnya.
Ada beberapa resiko yang harus ditanggungkan oleh perusahaan pada saat kebijakan balancing theriesi diterapkan yaitu:
a) Jika perusahaan meminjam dana ke perbankan, maka dibutuhkan jaminan atau agunan seperti tanah, gedung, kendaraan dan sejenisnya. Dan jika angsuran kredit tersebut terlambat dibayar perbankan akan memberikan teguran dalam
bentuk lisan dan tulisan. Persoalannya adalah seandainya perusahaan tidak mampu lagi membayar angsuran di atas batas waktu yang ditentukan/ditolerir maka agunan tersebut diambil dan dilelang oleh perbankan untuk menutupi kerugian sejumlah nilai pinjaman. Artinya perusahaan telah kehilangan aset yang diagunankan tersebut.
b) Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk risiko yang dihadapi adalah jika seandainya tidak sanggup membayar bunga obligasi secara tepat waktu atau bergeser dari waktu yang disepakati maka perusahaan harus melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi ini, termasuk mengonversi dari pemegang obligasi ke pemegang saham.
c) Resiko selanjutnya terhadap masalah yang diambil oleh perusahaan tersebut adalah telah menyebabkan nilai perusahaan di mata publik terjadi penurunan, karena publik menilai kinerja keuangan perusahaan tidak baik khususnya dalam kemampuan manajemen struktur modal (capital structure management).
2) Packing Order Theory
Packing order theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual aset yangdimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk dana yang berasal dari labaditahan (retained earnings).
Mengenai laba ditahan M. Fuad dkk. dalam Irham Fahmi (2015:194) mengatakan “Alternatif lain untuk pembiayaan modal sendiri adalah labaditahan, yakni bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham”. Lebih jauh Smith dan Skousen dalam
Irham Fahmi (2015:194) mengatakan “Laba yang ditahan hakikatnya adalah tempat pertemuan akun-akun neraca dan akun- akun laporan laba-rugi”.
Pada kebijakan packing order theories artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan aset karena dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang maupun yang akan. Yang sedang seperti untuk membayar utang yang jatuh tempo dan yang akan datang seperti untuk pengembangan produk baru (new product) dan ekspansi perusahaan dalam membuka kantor cabang (brand office) dan berbagai kantor cabang pembantu (sub brand office).
Menurut Modigiliani dan Miller dalam Irham Fahmi (2015:
194) bahwa penggunaan utang akan selalu menguntungkan apabila dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri, terutama dengan meminjam ke perbankan. Karena pihak perbankan dalam menetapkan tingkat suku bunga adalah berdasarkan acuan dalam melihat perubahan dan berbagai persoalan dalam perekonomian suatu negara, yaitu dengan menghubungkan antara tingkat inflasi dengan presentase pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan.
Sehingga dengan begitu sangat tidak mungkin bagi suatu perbankan menerapkan suatu angka suku bunga pinjaman yang memberatkan bagi pihak debitur, karena nantinya juga akan bermasalah bagi perbankan itu sendiri yaitu memungkinkan untuk timbulnya bad debt”.
Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk memperkecil resiko yang akan timbul karena kebijakan packing order theory, yaitu:
a) Melakukan kebijakan penjualan aset berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan. Artinya jika kebutuhan dana sebesar 2 milyar maka dicari sumber alokasi yang berasal dari nilai 2 milyar juga, karena jika kelebihan dari nilai tersebut akan terjadi keputusan yang tidak efisien. Contohnya nilai tanah Rp1.950.000.000,-, nilai kendaraan Rp1.560.000.000,- dan nilai gedung Rp2.280.000.000.000,. Maka dengan komposisi nilai seperti ini lebih baik bagi perusahaan menjual tanah dan selanjutnya mencari tambahan sebesar Rp50.000.000,- dari alokasi sumber yang lain dengan nilai yang sama seperti menjual mobil second yang harganya Rp55.000.000,-.
b) Menerapkan kebijakan prudential principle (prinsip kehati- hatian) sebelum keputusan tersebut dibuat. Prudencial principle artinya keputusan yang dibuat dilakukan berdasarkan perhitungan yang matang, matang dari segi perhitungan matematis dan analisis kualitatifnya.
c) Menerapkan kebijakan yang bersifat hard control (kontrol keras) terhadap yang sudah diambil. Adapun hard control artinya setelah keputusan tersebut diambil maka dilaksanakan secara betul-betul penuh dengan pengawasan yang ketat dan maksimal”.
c. Jenis Struktur Modal
Menurut Petty Martin, untuk memahami tentang struktur modal maka perlu kita pahami pembagian struktur modal itu sendiri yaitu secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Simple capital structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan modal sendiri saja dalam struktur modalnya.
2) Complex capital structure, yaitu jika perusahaan tidak hanya menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman dalam struktur modalnya.
Atas dasar dua hal inilah kemudian dilakukan kajian secara komprehensif manakah yang paling tepat dipergunakan berdasarkan situasi kondisi internal dan eksternal, tentunya dengan tetap mengedepankanpendekatan secara efektif dan efisien. (Fahmi, 2013:185).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan akan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengarui struktur modal, seperti menurut Agus Sartono (2012:248) yaitu sebagai berikut:
1) Tingkat penjualan: perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. Sebagai contoh perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, di mana harga produknya sangat berfluktuasi, maka aliran kasnya tidak stabil. Oleh sebab itu sebaiknya tidak dibiayai dengan utang dalam jumlah yang besar.
2) Struktur aset: perusahaan yang memeiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan. Memang penggunaan utang dalam jumlah besar akan mengakibatkan financial risk meningkat, sementa raaset tetap dalam jumlah besar tentu akan memperbesar business riskdan pada akhirnya berarti total risk juga meningkat.
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan: semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R & D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh.
4) Profitabilitas: profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa manajer lebih senang menggunakan pebiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teorisme sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian, saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan.
5) Variabel laba dan perlindungan pajak: variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjulan. Jika variabilitas atau volatilitas laba perusahaan kecil maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang. Ada kecenderungan bahwa penggunaan utang akan memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.
6) Skala perusahaan: perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Bukti
empirik menyatakan bahwa skala perusahaan berhubungan positif dengan rasio antara utang dengan nilai buku ekuitas dan debt to book value ofequity ratio.
7) Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro; perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara umum kondisi yang paling tepat untuk menjual obligasi atau saham adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish. Tidak jarang perusahaan harus memberikan signal- signal dalam rangka memperkecil informasi yang tidak simetris agar pasar dapat menghargai perusahaan secara wajar. Sebagai contoh perusahaan membayar dividen sebagai upaya untuk meyakinkan pasartentang prospek perusahaan, dan kemudian menjual obligasi. Strategiitu diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa prospek perusahaanbaik. Alternatif lain adalah perusahaan segera mengumumkan setiapkeberhasilan dalam hal research and development dan secarakonsisten serta kontinyu memberikan informasi yang relevan kepasar”.
e. Rumus Perhitungan Struktur Modal
Menurut Prasetya (2014) Debt To EquityRatio (DER) merupakan rasio dari struktur modal yang merupakan perbandingan antara total hutang perusahaan dengan total ekuitas perusahaan.
5. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Pengertian profitabilitas menurut Harahap (2007: 304) menyatakan bahwa “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Sedangkan menurut Sugiyarso (2005: 118) menyatakan “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasi (Arindita, 2015).
Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasi menyangkut aktiva yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Profitabilitas sangat penting bagi suatu perusahaan agar dapat melanjutkan operasinya di masa mendatang, karena profitabilitas sendiri menunjukan bagaimana prospek perusahaan tersebut dimasa yang akan datang. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaann dalam memperoleh laba dan bagaimana keefektivan pengelolaan aktiva perusahaan (Smith dan Kousen, 1992) dalam Alvianto (2018). Dalam hal ini analisis profitabilitas akan membantu para investor dalam jangka panjang untuk mengambil keputusan.
Secara garis besar ada 4 jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,2001:107).
Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:372).
Artinya di dalam berinvestasi, seorang investor melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, sehingga investor memerlukan informasi yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan.
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Perhitungan rasio profitabilitas memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan di perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan dan manfaat menggunakan rasio profitabilitas menurut kasmir (2013:197), diantaranya adalah sebagiai berikut:
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4) Untuk menilai besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5) Mengetahui produktivitas sari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6) Dan manfaat lainnya
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Menurut Kasmir (2013: 89), faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas antara lain, adalah :
1) Margin laba bersih 2) Perputaran total aktiva 3) Laba bersih
4) Penjualan 5) Total aktiva 6) Aktiva tetap 7) Aktiva lancar 8) Total biaya
Menurut Hartono (2007), tinggi rendahnya tingkat profitabilitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk profitabilitas. Adapun faktor-faktor yang dimaksud yaitu:
1) Profit Margin
Profit Margin merupakan perbandingan antara net income dengan revenue, besar kecilnya net income dan revenue tersebut akan dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal yang sangat mempengaruhi profit margin ini ialah kuantitas dan kualitas earning asset serta tingkat bungannya, juga volume dan komposisi dana atau struktur sumber dana dan tingkat bunga dari sumber dana tersebut.
2) Assets utilization
Assets utilization merupakan perbandingan antara total revenue dengan total assets yang terdiri dari earning asset, cash asset, dan fixed asset. Assets utilization dapat dipergnakan untuk melihat
efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan dari perputaran aset yaitu berapa besar pedapatan yang dihasilkan dari aset yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu smeakin tinggi Assets utilization masing-masing atau keduanya akan berdampak kepada tingginya profitabilitas
3) Total equity
Total equity adalah modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan berupa modal disetor, laba ditahan, dan laba tahun berjalan. Total equity berkaitan dengan besar kecilna modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan yang berpengaruh terhadap potensi pertumbuhan aktiva perusahaan. Apabila modal sendiri meningkat maka potensi pertumbuhan akan naik. Apabila kualitas pertumbuhan aktiva perusahaan dapat dijaga dengan baik maka akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.
d. Pengukuran Profitabilitas
Profitabilitas dapat diukur menggunakan rasio. Rasio yang dapat dipergunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut:
1) Gross Profit Margin (GPM)
Menurut Munawir (2010:99) Gross Profit Margin adalah rasio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Menurut Werner R. Murhadi (2013:63) Gross Profit Margin adalah menggambarkan persentase laba kotor yang dihasilkan oleh setiap pendapatan perusahaan, semakin tinggi GPM maka akan menunjukkan semakin baik.
2) Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.Rasio ini tidak menggambarkan besarnya presentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non operasional. Secara matematis rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006:107):
3) Return on Asset (ROA)
Rata-rata total aktiva diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Return on Asset bisa diperoleh dari Net Profit Margin dikalikan Asset turn over. Asset turn over adalah penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva.Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.
4) Return on Equity (ROE)
Rata-rata ekuitas diperoleh dari ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua.Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dan pemilik.Rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham.
Rasio Profitabilitas dapat memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan.Rasio profitabilitas ini merupakan suatu perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat laba yang diperoleh perusahaan dengan berdasarkan komponen-komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Analisis profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamel perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono,2009:109).
Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Net Profit Margin (NPM). Hal ini dilakukan karena NPM dijadikan indikator yang paling sering diperhitungkan oleh para investor sebelum mengambil keputusan berinvetasi karena NPM mampu menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang.
Semakin tinggi NPM menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih (Ali, 2016).
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
1. Dyah Putri Pratiwi (2017) judul penelitian pengaruh growth opportunity, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linear berganda hasil penelitian growth oppurtunity tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan yang membedakannya yaitu rasio
yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan rasio NPM dan variabel independen yang lain digunakan growth opportunity dan ukuran perusahaan.
2. Dewi et al (2014) judul penelitian pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ 45 di BEI periode 2008-2012 teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linear berganda hasil dari penelitiaan struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pengaruh srtuktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan yang membedaannya adalah penelitian ini lebih berfokus pada perusahaan pertambangan sub sektor batubara dan menggunakan 3 variabel idependen sedangkan penelitian ini mengunakan 2 variabel independen.
3. Prapaska dan Mutmainah (2012) judul penelitian Analisis pengaruh tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2009 – 2010 teknik analisis data yang digunakan analisis regresi berganda.
hasil dari penelitian ROA dan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, MBVA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, DER berpengaruh negative tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan DPR berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada level 10%. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama- sama meneliti pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan yang membedakannya yaitu rasio yang digunakan penelitian ini mengunakan rasio NPM dan menggunakan 4 variabel independen sedangkan penelitian ini mengunakan 2 variabel independe.
4. Kusumajaya (2011) judul penelitian pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada