BIOGRAFI MULYADHI KARTANEGARA
A. Definisi Epistemologi
Istilah epistemologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cabang ilmu falsafah tentang dasar-dasar dan batas-batas
pengetahuan.1Selanjutnya, Menurut Kamus Filsafat karangan Lorens Bagus,
ditinjau dari segi etimologi Epistemologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti ilmu atau informasi. Dapat dikatakan, pengetahuan tentang pengetahuan.
Adakalanya disebut “teori tentang ilmu pengetahuan”.2
Sedangkan menurut terminologinya, epistemologi berarti ilmu falsafah tentang pengetahuan atau
falsafah pengetahuan.3Istilah epistemologi pertama kali digunakan oleh J. F.
Ferrier pada tahun 1854 untuk membedakannya dengan cabang falsafah
lainnya yaitu ontology.4
Selanjutnya, Harun Nasution berpendapat dalam bukunya Falsafat Agama, epistemologi ialah ilmu yang membahas tentang apa itu pengetahuan
dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.5Sedangkan, A. Susanto
mendefinisikan epistemologi sebagai cabang falsafah yang mempelajari asal
1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 234.
2Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 212.
3
Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam: Pengantar Falsafah Pengetahuan Islam, (Jakarta: UI-Press, 2006), h. 2.
4Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu: Klasik hingga Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), h. 31.
5
mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya (validitas) pengetahuan.6Di sisi lain, Jalaluddin dalam bukunya Filsafat Ilmu Pengetahuan berpendapat bahwa epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengacu kepada proses. Dalam pandangan epistemologi, setiap pengetahuan merupakan hasil dari pemeriksaan dan
penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia.7Kemudian Mukhtar
Latif dalam bukunya Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu mengatakan, epistemologi merupakan salah satu cabang falsafah yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan atau dengan kata lain, epistemologi merupakan disiplin falsafah yang secara khusus hendak
memperoleh pengetahuan tentang pengetahuan.8Selain itu, Inu Kencana
Syafiie dalam bukunya Pengantar Filsafat berargumen bahwa epistemologi adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran
ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral.9Terakhir Amsal Bakhtiar dalam
bukunya Filsafat Ilmu berpandangan epistemologi adalah cabang falsafah yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.10
6A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 102.
7Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 166.
8Mukhtar Latif, Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2014), h. 197.
9Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 10.
10
Jika dilihat dari penjelasan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa epistemologi adalah teori tentang ilmu pengetahuan, mulai dari cara memperolehnya, melaui proses-proses hingga menjadi pengetahuan yang ilmiah yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan dan diakui masyarakat.
Sebagai cabang ilmu falsafah, epistemologi bermaksud mengkaji dan
mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia.11
Menurut Surajiyo epistemologi membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya ? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?.12
Epistemologi atau falsafah pengetahuan pada dasarnya merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial dan alam sekitarnya. Maka, epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya atau memiliki dasar yang dapat
11Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 63.
12Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,
dipertanggungjawabkan secara nalar. Selanjutnya, normatif adalah menentukan norma atau tolok ukur dan dalam hal ini tolok ukur kenalaran
bagi kebenaran pengetahuan. Sedangkan kritis berarti banyak
mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil kegiatan manusia
mengetahui.13
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan. Menurut AR Lacey, untuk menemukan kebenaran maka perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menemukan kebenaran dari masalah
2. Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran 3. Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran
4. Falsification atau operasionalism (experimental operation, operation research)
5. Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran 6. Metode hipotetico-deduktif
7. Induksi dan presuposisi / teori untuk menemukan kebenaran fakta.14
Untuk mencapai kebenaran tersebut tentu memerlukan alat-alat pengetahuan yaitu dapat diperoleh melalui pengalaman data-data indera, benda-benda memori, keadaan internal, diri kita sendiri, orang lain atau
benda-benda fisik.15
13J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar Falsafah Pengetahuan, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), h. 18-19.
14Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 78.
15Apollo Daito, Pencarian Ilmu Melalui Pendekatan Ontologi, Epistemologi, Aksiologi,
Pembahasan tentang epistemologi (teori tentang ilmu pengetahuan) dimulai dengan penjelasan tentang definisi sains, ilmu dan opini. Ilmu dalam epistemologi Islam mempunyai kemiripan dengan istilah science dalam epistemologi Barat. Sains dalam epistemologi dibedakan dengan knowledge, ilmu dalam epistemologi Islam dibedakan dengan opini (ra’y). Sementara sains dipandang sebagai sembarang pengetahuan yang terorganisasi (any organized knowledge) Ilmu didefinisikan sebagai “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Ilmu bukanlah sembarang pengetahuan atau opini, melainkan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengertian ilmu tidak jauh berbeda dengan sains, hanya saja sains dibatasi pada bidang-bidang fisik atau inderawi, ilmu melampauinya pada bidang-bidang-bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.16
Dari pengertian di atas, pembahasan epistemologi kali ini lebih luas tidak hanya berkutat pada aspek yang fisik tetapi juga pada yang metafisik.