• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Isalam Nusantara

BAB V: Pada bab ini berisi tentang kesimpulan ringkasan uraian penulis dari apa yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya serta dilengkapi dengan saran

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA

B. Definisi Isalam Nusantara

Dalam kata religio, memliki tiga unsur yaitu pertama, memilih kembali sesuatu yang sudah ada, namun terlupakan seiring dengan perubahan masa. Kedua, keterikatan diri kepada sesuatu yang dapat diandalkan dan dipercaya dimana sebelumnya sudah ada, tetapi dengan perubahan ruang dan waktu menjadikan keerikatan tersebut menjadi putus. Ketiga, telah memilihnya kembali dan terus

menerus memiliki keterikatan dengan-Nya, dengan begitu manusia akan terus menerus akan berpaling pada hal itu.57

Persoalan antara agama dengan budaya merupakan persoalan krusial yang menjadikan berbagai penilaian dalam masyarakat, sebagian dari masyarakat ada yang bersemangat untuk mensterilkan agama dari akulturasi budaya setempat, sementara sebagian yang lainnya fokus untuk membangun dialog antara agama Islam dengan budaya Indonesia yang sudah ada.

Terlepas dari kedua pandangan tersebut, dalam faktanya keberagamaan semakin menunjukan pola akulturasi antara agama dengan budaya, bahkan memungkinkan sinkretisasi lintas agama. Didalam Islam terjadi perubahan pola pemahaman dan prilaku beragama dari tradisi Islam, seperti hadirnya beberapa corak Islam diantaranya, Islam Sunni, Islam Syi’I, Islam Mu’Tazili, dan Islam Khawarij.

Dalam perspektif sosiologi, Islam datang dan menyatu dengan tradisi setempat. Hal ini menunjukan bahwa Islam adalah respon dari kondisi yang bersifat khusus di tanah Arab. Dalam konteks ini, terdapat beberapa kondisi yang dapat dicermati. Pertama, Islam itu sebagai produk lokal (Arab) yang di sebar luaskan sehingga menjadi Islam secara umum sama. Kedua, Islam di yakini sebagai wahyu yang universal, dengan demikian Islam dipandang oleh pemeluknya sesuai dengan pengalaman, problem, kapasitas sistem budaya dan segala keragaman setiap pemeluk di dalam komunitasnya, dengan kata lain, aktualisasi Islam dalam sejarah menjadikan

57M.Ridwan Lubis, Agama dan Perdamaian Tujuan dan Realitas Kehidupan Beragama di Indonesia (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama 2017) Cet.1, hlm.4.

Islam tidak dapat dipisahkan dari aspek lokalitas. Seperti Islam yang ada di Arab, Persia, Turki, India bahkan Asia Tenggara yang sesuai dengan karakternya masing-masing.58

Gerakan Islam Nusantara atau bisa disebut juga dengan gerakan kultural pada dasarnya untuk menegakkan ajaran Islam di muka bumi ini agar terciptanya kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam di seluruh dunia. Islam Nusantara atau model Islam di Indonesia merupakan suatu wujud empiris Islam yang dikembangkan di Nusantara, sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, dan interpretasi terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam yang universal, dan sesuai dengan sosio-kultural Indonesia.

Adapun upaya pemaknaan dari para pemikir Islam untuk memahami makna dari Islam Nusantara, ada beberapa definisi dari Islam Nusantara diantaranya, ”Islam Nusantara adalah Paham dan praktek keislaman di bumi Nusantara hasil dialektika antara teks, syariat dengan realitas dan budaya setempat”. Dari definisi tersebut Islam Nusantara dilihat dari substansi dari Islam yang implementasinya berlangsung di kawasan Nusantara sebagai akibat dari wahyu dan budaya lokal, sehingga menjadikan Islam tersebut mengandung nuansa kearifan lokal.59

Pemaknaan senada lainnya, “Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan antara nilai teologi Islam dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, adat istiadat di tanah air”. dari definisi yang ke dua, Islam memiliki karakter

58Andik Wahyu Mukoyyidin, Dialektika Islam Dan Budaya Lokal Jawa (Jurnal Kebudayaan Islam, Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum, Jombang, 2013) Vo.11, No.1 hlm.8-9.

59Mujamil Qomar, Islam Nusantara Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengalaman Islam, (Tulungagung, el Harakah, 2015) vol.17, No.21, hlm.200.

Indoensia dan memiliki sintesis antara nilai-nilai dari teologi Islam dengan nilai-nilai dari tradisi lokal. Hanya wilayah geraknya dibatasi di wilayah Indonesia, berbeda dengan yang pertama, yang menyebut bumi nusantara akan tetapi tidak menyebut batasan-batasan wilayah nusantara.60

Azyumardi Azra mendefinisikan Islam Nusantara sebagai distingtif hasil dari interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakulasi Islam yang Universal dengan realitas sosial, budaya dan agama yang ada di Indonesia ortodoksi Islam Nusantara dengan menggunakan kalam Asy’ari, dengan fiqih mazhab Syafi’I dan dengan tasawuf dari imam Ghazali, dengan demikian mampu menjadikan Islam Nusantara dengan karakter washatiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya akan warisan Islam menjadi harapan renaisans peradaban Islam baik di Indonesia maupun global di masa yang akan datang.61

Sedangkan menurut Faiqoh sebagai warga Nahdiyyin dan juga sebagai Peneliti. Islam Nusantara meupakan Islam yang berbaju budaya dan memiliki karakter pluralistik serta menghormati. Berangkat dari Islam yang Rahmatan Lil Alamin, tidak ada yang terkotakan walaupun di dalam Islam terdapat empat mazhab, yaitu Hanafi, Hambali, Syafi’I, dan Maliki, menurutnya semua mazhab tersebut merupakan bagian dari Islam.

60Mujamil Qomar, Islam Nusantara Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengalaman Islam, (Tulungagung,, el Harakah, 2015) vol.17, No.21, hlm.200-201.

61 https://www.nu.or.id/post/read/93478/islam-nusantara-menurut-azyumardi-azra-profesor-kelahiran-sumbar NU Online. Islam Nusantara menurut Azryumardi Azra, Profesor Kelahiran Sumba.

27 Juli 2018.

Dalam segi praktek Islam Nusantara berbeda dengan Islam yang ada di Arab, karena Al Qur’an yang di turunkan Allah SWT terdapat bagian asbabul wurud, asbabun nuzul, hikmatut tasyri dan maqoshid syariah, dan itu merupakan filosfi dari Islam jika dilihat dari konteksnya, dengan begitu dalam penerapannya yang menjadikan Islam Nusantara berbeda dengan Islam yang ada di Arab.62

Pendapat lain dari Faiqoh Seperti yang dicontohkan olehnya, di mana pada zaman Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab masih di kenal sebagai bangsa yang jahiliyah, pada saat itu masih belum adanya teknologi yang maju, ini berbeda dengan keadaan yang ada di Indonesia pada saat ini, sudah terjadinya perkembangan terutama pada bidang teknologi, jika di ikuti seutuhnya pada masa itu.

Hal tersebut akan menjadikan Islam tidak berkembang, karena di Indonesia ini sudah memiliki budaya yang melekat pada masyarakat dan sudah terjadi sebelum Islam datang ke Indonesia, itu menunjukan bahwa segala sesuatu yang ada di Arab tidak bisa seutuhnya dibawa ke Indonesia, karena dapat mengakibatkan benturan antara budaya Arab dengan budaya yang sudah ada di Indonesia. Namun sebaliknya jika dengan ittiba63 kita harus konsisten melakukannya.64

Abdul Jamil Wahab selaku peneliti di Litbang Kementrian Agama mengungkapkan Islam Nusantara merupakan Islam yang telah berinteraksi dengan

62Wawancara langsung dengan Faiqoh M.Hum (Nahdiyin, Peneliti), di Kementrian Agama, 10 Desember 2019.

63Menurut bahasa itiba adalah mengikuti atau menurut. Sedangkan menurut istilah itiba adalah mengikuti yang diprintahkan atau yang dilarang dan dibenarkan oleh rosulullah.

64Wawancara langsung dengan Faiqoh M.Hum (Nahdiyin, Peneliti), Kemntrian Agama, 10 Desember 2019.

budaya lokal bersifat fleksibel dan menerima lokalitas dengan budaya Indonesia yang sanagat kaya nilai-nilai seperti toleransi dan terbuka.65

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat yang berlandaskan Islam menjadikan Islam Nusantara sebagai tema dari Muktamar NU yang ke-33 pada tahun 2015 di Jombang. Di dalam diskusi tersebut masih menuai perdebatan yang cukup serius dalam memaknai Islam Nusantara, terutama dari kalangan para ulama dan pemikirnya yang memiliki argumen.66

Setidaknya ada dua kubu yang terpecah di dalam forum tersebut, yakni kubu yang pro dengan Islam Nusantara dan kubu yang kontra terhadap Islam Nusantara, di dalam NU sendiri sudah memiliki paradigma theologi, tasawuf, dan yurispundensi Islam. Namun jika dihadapkan dengan Islam Nusantara masih ada yang pro dan kontra.67

Mereka yang menolak Islam Nusantara memiliki pandangan bahwa Islam itu hanya ada satu, yakni Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Islam tidak bisa diberikan identitas dengan melalui suatu pendekatan, corak, peranan maupun kawasan, sehingga terjadi identitas khusus Islam itu sendiri seperti Islam Nusantara, sehingga menjadikan keunikan Islam tertentu yang dipandang negatif karena

65Wawancara langsung dengan Abdul Jamil Wahab, M.Si (Peneliti), di Kemntrian Agama, 18 November 2019.

66Wawancara langsung dengan Faiqoh M.Hum (Nahdiyin, Peneliti), Kemntrian Agama, 10 Desember 2019.

67Wawancara langsung dengan Faiqoh M.Hum (Nahdiyin, Peneliti), Kemntrian Agama, 10 Desember 2019.

dianggap telah keluar dari Islam yang ideal, yaitu Islam yang di contohkan oleh Salaf al-Shalih.68

Menurut kelompok tersebut keunikan Islam yang diekspresikan oleh masyarakat Indonesia dipandang “jahiliyah modern” yang keluar dari otentitas dan Islam yang asli. karena pada dasarnya Islam hanyalah satu. Islam tidak mengalami perubahan kapan pun dan dimanapun meski ketika memasuki masa modern sekalipun Islam akan sama. Jadi, sifat Islam itu mutlak kekal dan abadi, Jika ada perbedaan hanya pada pelaksanaannya, sifat Islamlah yang akan mengawal identitas Islam sehingga dimanapun dan kapan pun akan tetap sama seperti Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

Dari sisi lain yang mendukung Islam Nusantara menyatakan bahwa, Islam itu hanya satu yaitu pada level Al Qur’an. Namun, Al Qur’an juga memiliki rumusan yang rinci untuk menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat yang terkandung dalam Al Qur’an itu sendiri, hasil dari tafsiran dan penjelasannya akan berbeda-beda karena itu merupakan hasil dari akal manusia dan akan melahirkan mazhab atau sekte. Untuk para pemikir Islam ini mereka memandang Islam itu memang hanya ada satu, namun jika dilihat dari ekspresinya menjadi sangat beragam dan berbeda-beda.69

Hasyim Muzadi dalam acara kholaqoh ulama Asean di Surabaya.

Mengatakan, Islam Nusantara itu harus di dalami sebagai ilmu keislaman karena jika

68Mujamil Qomar, Islam Nusantara Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengalaman Islam, (Tulungagung, el Harakah 2015) vol.17, No.2, hlm.203

69Mujamil Qomar, Islam Nusantara Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengalaman Islam, (Tulungagung, el Harakah 2015) vol.17, No.2, hlm.204.

didalami sebagai ilmu keislaman maka dia harus berada pada persoalan kajian theologi, kajian tasawuf, kajian yurispondensi dan kajian-kajian yang lainnya.

Dengan begitu Islam Nusantara tidak hanya memaknai dari tekstual, akan tetapi ada berbagai aspek untuk merumuskan Islam Nusantara.70

Sementara menurut Komarudin Hidayat, Islam adalah ajaran universal dalam wadah lokal, dari kalimat tersebut nampak jelas bahwa ketika Islam hadir, ia merupakan ajaran yang universal, seperti yang diungkap dalam Al Qur’an

“Bahwasanya, Rasulullah diutus untuk membawa ajaran rahmatana lil’alamin”, akan tetapi Islam turun di wilayah lokal yaitu di Arab, padahal siapapun orangnya dia akan tumbuh dan besar dengan asuhan budaya dan tradisi dari orang tua dan lingkungannya yang bersifat lokal.71

Artinya pada saat Islam turun bukan berarti di sana tidak ada agama atau budaya, akan tetapi Islam muncul dan berdialog dengan budaya yang sudah ada, dengan karakter Arab yang dimana pada masa itu cukup keras dan mudah tersulut amarah, hingga membuat Islam mendapatkan penolakan yang cukup keras juga, sehingga menjadikan Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah untuk menghindari ancaman di daerah tersebut.72

70Wawancara langsung dengan Faiqoh M.Hum (Nahdiyin, Peneliti), di Kementrian Agama, 10 Desember 2019.

71Moh.Masduki, Islam And Cultural Plurality Of Indonesia, (Ponorogo, Toleransi, Media Komunikasi Umat Beragama) Vol.2 No.2, hlm.98.

72Moh.Masduki, Islam And Cultural Plurality Of Indonesia, (Ponorogo, Toleransi, Media Komunikasi Umat Beragama) Vol.2 No.2, hlm.98.

Dalam wawancara dengan Abdul Jamil Wahab selaku peneliti, belau mengutip perkataan Ma’ruf Amin, sebenarnya Islam Nusantara itu Islam yang menerima Pancasila sebagai ideoogi negara, jadi dalam substansinya tidak beda dalam ibadah, tidak beda dalam hal keyakinan, dan tidak beda dengan sumber-sumber rujukan, akan tetapi bedanya dalam bernegara menerima asas Pancasila.

Penerimaan terhadap asas tersebut yang secara formal negara atau secara formal terhadap hukum yang ada, itu merupakan Islam yang hanya ada di Indonesia.

Jadi Islam Nusantara adalah khas dari Indonesia dan merupakan ciri dari Islam yang ada di Indonesia, jika seperti itu sebenarnya tidak ada yang harus menolak dan tidak ada yang harus keberatan, justru jika ada yang keberatan apakah dia ingin merubah dasar negara, dan itu pasti akan berhadapan dengan pemerintah.73

Islam masuk ke Nusantara tidak mengubah seluruh budaya masyarakat yang ada di Indonesia. seperti contoh, pada Wali sanga yang menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan strategi dan masuk ke dalam budaya dan menciptakan kreasi-kreasi dari seni yang diminati oleh masyarakat pribumi. Dalam beberapa kasus mengakomodasi budaya yang sudah berjalan pada masyarakat Nusantara. Tradisi yang sudah berjalan dibiarkan berlangsung dan selanjutnya diubah dengan mengganti makna baru dan diikuti dengan ajaran Islam.74

73Wawancara langsung dengan Abdul Jamil Wahab, M.Si (Peneliti), di Kemntrian Agama18 November 2019.

74Wawancara langsung dengan Abdul Jamil Wahab, M.Si (Peneliti), di Kemntrian Agama18 November 2019

Dengan demikian Islam masuk bukan melalui invasi atau kekerasan, pola Islamisasi Nusantara yang di lakukan Wali sanga, khususnya di wilayah Jawa sangat ditentukan oleh kecerdasan dengan pendekatan kultural, seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada saat pertama kali menyebarkan ajaran Islam di Arab, Nabi memulai pendakwahannya dengan menggunakan pendekatan kultur yakni dengan berdakwah.75

Ketika Islam datang ke Nusantara sebagaimana menjadi agama yang baru, karena dapat dikatakan kehadirannya lebih belakangan dari agama Hindu, Buddha, animism dan dinamisme. Selain itu Islam juga bukan agama asli dari bangsa Indonesia, melainkan dalam konteks sejarah Islam masuk ke Indonesia, datang dari Arab. Sebagai agama pendatang Islam memiliki strategi dakwah tertentu dengan berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya dan tradisi yang sudah ada di Indonesia.76

Islam Nusantara merupakan Islam yang sudah bertemu dengan budaya lokal dan memiliki konstektualisasi dan juga aktualisasi dengan budaya lokal. Islam Nusantara ini dimanifestasikan dalam ajarannya yang mencakup siyasah yang diantaranya terdapat hukum agama (Fiqih), etika (Akhlak), politik, budaya dan tidak mencakup dengan Akidah. Namun cara beragama seperti ini tidak menghilangkan

75Nur Khalik Ridwan, dkk Gerakan Kultural Islam Nusantara,( Yogyakarta. JNM,2015) cet.1, hlm.273-274.

76Mujamil Qomar, Ragam Identitas Islam Di Indonesia dari Perspektif Kawasan.( IAIN Tulungagung episteme 2015), vol.10, no.2, hlm.318.

kemurnian dari ajaran Islam itu sendiri, tidak mengubah tauhid dan menjadikan Al Qur’an dan Hadist sebagai pedoman dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Seperti yang pernah di kemukakan oleh Abdurahman Wahid.

“…..Islam tidak harus selayaknya berhadapan dengan ideologi-ideologi transformatif manapun di dunia, karena ia juga harus melakukan kerja transformasinya sendiri… yang terjadi adalah sebuah hubungan simbiotik dengan sebuah kesadaran transformasi tanpa nama, yang lalu mewujudkan diri dalam kesadaran pelestarian lingkungan, pengembangan swadayaan, penegakkan demokrasi

tanpa merinci terlebih dahulubentuk sistematiknya, dan

sebagainya”.77

Dengan demikian tidak perlu adanya benturan antara Islam dengan budaya yang ada di dunia, karena Islam mampu bertransformasi dengan budaya-budaya yang ada dalam lingkungan sepanjang tidak mengubah akidah Islam. Merujuk pada pemikiran gus dur tidak adanya sinkretisme, yang ada adalah bahwa kita mencoba mengadopsi budaya-budaya Nusantara untuk di jaga, di rawat dan di pertahankan secara bersamaan juga mengadopsi ajaran Islam.78

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat muslim semakin terbuka dengan kondisi dan keadaan yang dihadapi masyarakat muslim, respon masyarakat terhadapgerakan Islam Nusantara dapat dikatakan ada yang positif dan negatif, dalam

77Ahmad Baso. NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal, (Jakarta,Erlangga. PT Gelora Aksara Pratama) hlm.282.

78Ahmad Baso. NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal, (Jakarta,Erlangga. PT Gelora Aksara Pratama) hlm.282.

hal positif, mereka yang melihat Islam Nusantara sebagai identitas yang ada di Indonesia, jika merujuk pada pemikiran gus dur tidak ada sinkretisme, yang ada adalah bahwa kita mengadopsi budaya budaya yag ada di Indoneia dengan memasukkan unsur dari ajaran Islam. Namun jika mereka yang beranggapan negatif tentang Islam Nusantara, menganggap bahwa gerakan Islam Nusantara merupakan aliran Islam yang baru dan telah keluar dari ajaran Rasulullah.